x

Pekerjaan Membikin Masalah

Iklan

Supartono JW

Pengamat
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Selasa, 23 Februari 2021 07:15 WIB

Membuat Masalah di +62 Dibayar dan Ada yang Melindungi?

Cukuplah negeri ini dipenuhi orang-orang yang run dari masalah, dan mereka memang perlu dibantu karena tak dapat menyelesaikan masalahnya sendiri. Dan, bersyukurlah, banyak orang yang sudah fight dengan masalahnya sendiri. Jadi, kini tinggal orang-orang yang malah gemar memproduksi masalah dengan mencipta konflik dari masalah, membayar orang-orang menjadi ujung tombak penyebar masalah, yang semuanya demi membentengi, melindungi, dan demi keuntungannya sendiri dan kelompoknya. Tetapi, herannya orang-orang yang kini terus membikin masalah, membikin permusuhan, membikin perseteruan, malah terus bebas berkeliaran dan terbaca dilindungi hukum. Lalu, saat ada yang sudah terendus hukum, UU ITE baru akan direvisi, meski sudah tak terhitung menjerat orang- orang yang berseberangan. UU ITE direvisi untuk melindungi siapa, ya? Rakyat Indonesia secara umum? Atau rakyat Indonesia secara khusus, karena rakyat yang khusus itu masih dibutuhkan sebagai ujung tombak pembikin masalah?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Ada rakyat yang masih lari dari masalah, ada yang kuat dan mampu selesaikan masalah, ada yang bekerjanya membikin masalah. Anda yang mana? (Supartono JW.22022021)

Hidup tanpa masalah, rasanya seperti masakan yang kurang garam atau kurang manis atau yang lainnya. Apalagi bila hidup lancar dan aman-aman saja, maka akan hambar.  Terlebih hidup tanpa ada hambatan dan rintangan, seperti mengemudi mobil di jalan tol, tentu bisa terlena.Karenanya, masalah sudah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Bahkan bagi beberapa orang, masalah dapat membuat mereka benar-benar menjadi petaka dan musibah atau justru dianggap sebagai ujian hingga merasakankan arti kehidupan atau malah ada yang memanfaatkannya demi cuan, keuntungan pribadi dan kelompoknya.

Bagi yang menganggap masalah sebagai petaka, maka bila tak dapat mengendalikannya akan lari dari masalah, bahkan bagi yang tidak kuat sampai memilih mengakhiri hidup dengan bunuh diri.

Bagi yang kuat menganggap sebagai cobaan dan ujian, hingga menjadi memahami arti kehidupan. Dan, bagi yang menjadikan masalah untuk cuan, maka tak akan memikirkan akibatnya bagi orang lain. Yang penting memikirkan keuntungan untuk diri dan kelompoknya.

Di zaman sekarang, terkait masalah, banyak orang yang masih hobi lari dari masalah, sebab tidak setiap orang bisa menghadapi segala masalah yang datang menghampirinya. Beberapa dari mereka justru lari dari masalah, sekalipun hanya dihadapkan dengan hal sepele.

Di sisi lain, malah banyak orang yang sengaja menutupi dan menyembunyikan masalah, sampai-sampai orang yang dianggap menjadi kunci masalah, dilenyapkan seolah sudah meninggal padahal mungkin masih hidup seperti kasus Harun Masiku.

Sementara banyak orang yang malah sengaja memancing dan memperkeruh suasana dengan terus memproduksi berbagai masalah hingga ada pekerjaan khusus yang bayarannya besar, tapi pekerjaannya mengadu domba, bikin kisruh dan terang-terangan bangga atas masalah yang dibuatnya. Dia bernama influenser dan buzzer yang justru dipelihara oleh rezim, serta sebutan-sebutan rakyat Indonesia bernama cebong, kampret, dan kadrun yang hingga kini masih dianggap oleh sebagian masyarakat Indonesia sebagai pembawa masalah yang julukannya diciptakan oleh masing-masing lawan politik.

Lempar batu, sembunyi tangan

Secara wajar, banyak orang yang memang sengaja kabur dan menghilang untuk sementara waktu ketika seseorang dilanda banyak masalah tekanan, stres, dan kepanikan. Orang yang lari dari masalah punya kecemasan dan perasaan tidak mampu dalam menghadapi situasi yang ada. Cara yang paling mudah baginya, yaitu menghindari sumber tekanan dan masalah.

Ini sesuai kodrat manusia, yaitu keadaan mental dan tubuh manusia memang secara alamiah bereaksi untuk menghindari masalah (run) dan bagaimana cara mengakalinya menjadi penyelesaian (fight).

Dari berbagai literasi, run or fight merupakan naluri alami manusia saat menghadapi suatu masalah. Bahkan, melarikan diri dari masalah (avoidance) termasuk sebagai bentuk pertahanan diri.

Sebab itu, bila ada orang yang melarikan diri dari masalah dan  menjadi kebiasaan adalah hal yang tidak baik. Pasalnya, kelakuan tersebut dapat menambah tingkat stresnya sendiri, dan efek yang timbul akibat masalah juga bisa semakin besar. Malah ada orang yang tidak mau pusing sama masalah dan meremehkan, padahal masalah yang dibuatnya berkaitan dengan hidup orang banyak, dan benar-benar merugikan. Terlebih mengacuhkan hal besar, tidak memikirkan dampaknya buat hidup orang lain.

Untuk itu, bila Anda adalah orang yang suka lari, run dari masalah, ingat, sekecil apa pun masalah, tetap harus diselesaiakan, apalagi masalah besar. Anda harus jujur demi ada solusi dan penyelesaian masalah. Bukan menghindar, apalagi menghilang. Masalah harus diselesaikan, dan cara menyelesaikannya harus dihadapi.

Bersyukurlah bila Anda adalah orang yang fight menghadapi masalah. Menjadikan masalah adalah teman kehidupan, sebagai rintangan dan ujian, hingga Anda benar-benar memahami arti kehidupan karena Anda menjadi kuat, menjadi sukses dan berhasil karena terdidik dan belajar dari berbagai masalah yang berhasil dilewati.

Khusus bagi orang-orang yang kini bekerja dan menghidupi diri dan keluarga dengan bayaran dari uang rakyat dan haram karena rakyat tidak rela dan ikhlas, semoga Anda-Anda segera diberikan hidayah oleh Allah agar sadar diri, supaya tidak menjadi biang masalah di negeri ini.

Sadarilah dan ketuklah hati nurani Anda, orang-orang yang sukanya mencipta masalah dan membikin masyarakat membenci Anda, bila rezim sekarang telah usai, dan Anda masih hidup, apa Anda akan terus menjadi benalu bagi rezim baru dan terus menjadi sampah rakyat?

Dan apa bedanya, orang yang membayar untuk Anda membikin masalah dengan Anda yang menjadi antek pembikin masalah? Yang pasti rakyat sudah sangat paham siapa Anda-Anda, dan siapa yang menyuruh Anda-Anda sebagai tukang pembikin masalah hingga tak peduli disintegrasi bangsa, namun sebaliknya seolah meyakinkan masyarakat ada kelompok lain yang menjadi pengacau. Padahal siapa aslinya pengacau itu? Lempar batu, sembunyi tangan.

UU ITE direvisi untuk melindungi siapa?

Cukuplah negeri ini dipenuhi orang-orang yang run dari masalah, dan mereka memang perlu dibantu karena tak dapat menyelesaikan masalahnya sendiri. Dan, bersyukurlah, banyak orang yang sudah fight dengan masalahnya sendiri.

Jadi, kini tinggal orang-orang yang malah gemar memproduksi masalah dengan mencipta konflik dari masalah, membayar orang-orang menjadi ujung tombak penyebar masalah, yang semuanya demi membentengi, melindungi, dan demi keuntungannya sendiri dan kelompoknya.

Tetapi, herannya orang-orang yang kini terus membikin masalah, membikin permusuhan, membikin perseteruan, malah terus bebas berkeliaran dan terbaca dilindungi hukum. Lalu, saat ada yang sudah terendus hukum, UU ITE baru akan direvisi, meski sudah tak terhitung menjerat orang- orang yang berseberangan.

UU ITE direvisi untuk melindungi siapa, ya? Rakyat Indonesia secara umum? Atau rakyat Indonesia secara khusus, karena rakyat yang khusus itu masih dibutuhkan sebagai ujung tombak penyebar masalah?

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ikuti tulisan menarik Supartono JW lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler