x

Iklan

sapar doang

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 30 April 2020

Minggu, 18 April 2021 07:10 WIB

Reshuffle Kabinet, Antara Kinerja dan Jatah

Hingga akhirnya, berbicara kelambanan dan kurang cekatan dan cepatnya kinerja para kabinernya tersebut, presiden Jokowi mewacanakan soal reshuffle kabinet. Pertanyaannya adalah apakah perlu reshuffle kabinet Indonesia Maju saat ini?. Sejatinya, di tengah pandemi sekarang ini kalau ada agenda reshuffle merupakan waktu yang kurang tepat. Sebab, kalau dilakukan reshuffle ataupun penyegaran kabinet. Persoalannya, selajutnya apakah menteri yang baru langsung cepat beradaptasi dan beraksi dalam membuat kebijakan di masa sulit ini?. Jawaban belum tentu. Situasi saat ini, jelas berbeda dengan masa sebelum ada corona.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Akhir-akhir ini isu mengenai perombakan atau reshuffle kabinet kembali mewarnai jagad politik tanah air. Wacana ini semakin mengemuka setelah Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan kekecewaanya terhadap kinerja para menteri, baik dalam mengatasi pandemi virus Corona (Covid-19) beserta dampaknya, serta kurang maksimalnya penanganan pandemi di bidang kesehatan, sosial dan ekonomi.

Respon positif wacana reshuffle itu perlu kita tangkap sebagai suatu kewajaran. Karena bisa jadi menteri-menteri pada gagap menyelesaikan persoalan Corona. Tidak heran jika  hal itu berprospek membawa isu perlunya langkah extraordinary dari Presiden. Langkah politik atau pemerintahan siap diambil. Bisa jadi isu pembubaran lembaga dan reshuffle kabinet akan menghangat beberapa bulan ke depan di tengah pandemi tidak menentu ini.

Cukup beralasan Jokowi mengganti menterinya kapan saja. Reaksi Presiden Jokowi terhadap para meterinya tidak harus kita sikapi negatif. Ada nilai-nilai positif terkait ancaman perombakan kabinet tersebut.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pertama, isu itu bertujuan menegur para menteri dengan cara menyampaikan langsung capaian kinerja mereka ke hadapan publik. Sehingga diharapkan ada stimulus melalui ‘cubitan’ ini, supaya menteri bekerja lebih baik.

Kedua, bisa jadi Presiden Jokowi sudah memiliki wacana reshuffle dan menunggu respon publik. Publik saat ini terbelah menilai wacana reshuffle. Sebagian mendukung karena menganggap pemerintah harus kerja cepat. Ada pula yang menilai tidak tepat karena membuat menteri bekerja dari awal. Jadi presiden tengah testing the water dan melihat respon dari publik.

Ketiga, kemungkinan Jokowi memang sudah siap merombak kabinet. Publikasi video pidato Jokowi dalam sidang kabinet paripurna itu adalah sinyal awal. Sehingga publik kelak tak kaget dengan adanya reshuffle di tengah pandemi. Para stakeholder, baik partai atau menteri-menteri tersebut juga tidak akan kaget.

Keempat, bisa jadi sebenarnya Pak Jokowi sedang jengkel dengan kita semua. Iya, kita sebagai rakyat Indonesia. Pandemi yang masih terus berlangsung, angka penyebaran yang terus bertambah menjadi indikatornya. Suka tidak suka, mau tidak mau, semua berhubungan dengan kita. Itu nilai positif yang sekiranya bisa kita terima secara bijak. Perpu, Perpres dan Permen bisa saja dikeluarkan, tetapi yang lebih penting bagaimana efektivitas penerapannya di masyarakat.

Semua ini sangat bergantung kepada kita sebagai masyarakat. Apakah kita mau mengikuti peraturan, himbauan maupun kebijakan yang diambil pemerintah atau malah mengabaikannya. Jika melihat hal ini, maka sebenarnya teguran ini sebenarnya diberikan untuk kita semua bukan berhenti pada kabinet yang ada. Pentingkah reshuffle?

Di tengah situasi pandemi ini semua serba gagap. Pandemi ini diluar dugaan kita semua. Wajar jika akhirnya kita dituntut untuk aktif, cepat dan reaktif menghadapi persoalan. Termasuk sama dengan harapan Presiden Joko Widodo yang akhir-akhir ini menutut para menteirnya berkerja cepat di berbagai sektor.

Pertanyaannya adalah apakah perlu reshuffle kabinet Indonesia Maju saat ini? Sejatinya, di tengah pandemi sekarang ini kalau ada agenda reshuffle merupakan waktu yang kurang tepat. Kalau dilakukan reshuffle apakah menteri yang baru langsung cepat beradaptasi dan beraksi di masa sulit ini? Jawabannya, belum tentu. Situasi saat ini, jelas berbeda dengan masa sebelum ada corona.

Wajar adanya Presiden Joko Widodo menutut kabinet bekerja di atas kewajaran yang ada. Artinya, cara kerja di tengah pandemi tentu harus beda dengan masa-masa biasa sebelum ada corona. Logikannya, bisa dipastikan setiap orang baru dalam kabinet meski dia sudah berpengalaman di legislatif atau eksekutif, pasti dia butuh adaptasi. Konkretnya, sekarang ini pemerintahan butuh keseriusan tindakan, tidak sekedar teori tapi aksi.

Berfikir jernihlah yang saat ini kita butuhkan. Sebab, bagaimana juga secara sosiologis publik saat ini terbelah terbelah dua dalam menilai wacana reshuffle di tengah pandemi corona. Pertama, sebagian publik mendukung karena menganggap pemerintah harus kerja cepat. Kedua, ada pula yang menilai wacana reshuffle tidak tepat karena membuat menteri bekerja dari awal. Sehingga bisa jadi ada upaya testing the water melihat respon dari publik.

Intinya, juga yang perlu kita pahami bersama bahwa jangan berharap banyak pada reshuffle maka situasi selesai. Jadi hemat kata reshuffle kabinet di tengah pandemi bukanlah solusi dalam menyelesaikan pekerjaan rumah pemerintahan saat ini. Itu artinya, penyegaran atau reshuffle tidak dibutuhkan saat masa sulit ini. Reshuffle akan ideal jika dilakukan ketika semua sudah normal. Namun, semua akan berpulang pada keputusan Presiden Jokowi sebagai pemegang kekuasaan akan mengevaluasi kinerja kabinetnya selama Pandemi Covid-19.

 

Oleh: SAPARUDDIN

Penggiat Demokrasi/KIPP Pasaman

Ikuti tulisan menarik sapar doang lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu