x

Ilustrasi anak-anak menunggu berbuka puasa di Jakarta, Selasa 14 April 2020. TEMPO/Subekti.

Iklan

kang nasir

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 4 Mei 2021

Rabu, 5 Mei 2021 06:13 WIB

Buka Puasa Siang Hari

Pengalaman Rohani melaksanakan ibadah puasa

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Bulan Ramadan, bulan yang di tunggu-tunggu ummat Islam. Bulan dimana ummat Islam di perintahkan untuk tidak makan dan minum di siang hari alias puasa sebulan penuh.
Bulan Romadhon juga bulan yang penuh berkah dan kenikmatan. Keberkahan itu tidak hanya berlaku untuk ummat Islam saja, ummat di luar Islam-pun kecipratan berkah itu.
 
Bayangkan, saat bulan Ramadan tiba, berapa produsen makanan yang menawarkan produksinya cocok untuk buka puasa, berapa pedagang makanan, kuwe (baik yg muslim maupun non muslim) yang dagangannya laris manis di beli oleh orang yang sedang berpuasa, betapa ibu-ibu,kelompok remaja, kelompok pengajian ramai ramai menjual Ta’jil (menu buka puasa) berjejer di pinggir jalan, depan took atau pasar dadakan. Para petani Bonteng (Timun Suri) ramai ramai menanam dan meraup penghasilan lumayan dari produksinya karena Bonteng hanya laris manis saat bulan Ramadhon saja.
 
Demikian halnya juga para artis, mereka kebanjiran job dengan bayaran yg lumayan gede untuk mengisi acara ramadhon(an) di berbagai stasiun TV.
 
Keberkahan juga datang bagi anak-anak yatim, para dhuafa dan fuqoro yang mendapat rizki dari para donator yang bersedekah. Para orang kaya, ramai ramai bikin acara buka bersama mengundang handai tolan yang tak mampu sambil ‘memberikan” amplop shodaqoh, zakat sebagai tanda syukur atas di limpahkannya nikmat yang di berikan Allah demi untuk mendapatkan berkah berupa “pahala”.
 
Ramadan memang bulan Istimewa, betapa tidak, pada bulan ini, Alqur’an diturunkan oleh Allah sebagai kitab suci Ummat Islam, pada bulan ini juga di perintah untuk melaksanakan zakat (fitrah), dan kita juga diperintahkan untuk memperbanyak amal. Jadi romadhon punya nilai tinggi baik dilihat dari aspek ekonomi, sosial maupun spiritual.
 
Adapun kenikmatan Ramadan, bisa kita rasakan betapa ramadhon telah menggugah selera makan, melihat makanan ini ngiler, melihat makanan itu kemecer.
 
Untuk melaksanakan puasa Ramadan memang berat, makanya perlu belajar. Belajar pemahaman dan penghayatan terhadap ajaran agama (Islam). Jika sudah yakin dan percaya bahwa Ramadan adalah kewajiban, maka kita semua enjoy saja melaksanakannya.
 
Ini semua berkaitan soal keimanan. Makanya benar kata Nabi Muhammad SAW, bahwa keimanan seseorang itu, bisa naik turun, kadang tipis kadang tebal, kadang lemah, kadang kuat. Nah, jika kita sudah memahami dan menghayati betul apa arti dari ber-agama, maka Insya Allah Iman kita akan selalu kuat.
 
Jika pemahaman dan penghayatan kita terhadap (ajaran) Agama kita masih lemah, maka untuk melaksanakan puasa romadhon, kadang banyak alasan, sakit maag-lah, ngga kuat karena kerja berat-lah dan macam macam alasan lain. Alhasil tidak kuat dengan godaan.
 
Saya sebagai manusia lemah lagi tidak sempurna, teryata tak kuat juga menahan lapar, apalagi melihat hidangan numpuk diatas meja. Ada bekakak (Ayam bakar ala Banten), ada pindang kuning, ada Ketan Bintul, semuanya menggugah selera. Tanpa pikir panjang, satu persatu makanan itu saya santap. Alamak, sungguh nikmat rasanya, buka puasa di siang hari.
 
Semoga anda semua tidak mencibir saya yang buka puasa di siang hari, semua itu terjadi saat saya masih kecil, saat saya sedang belajar berpuasa, saat saya sedang diajarkan oleh orang tua saya untuk melaksanakan ajaran Islam. Semoga Allah mengampuni dosa saya yang sedang belajar mengamalkan ajaranNYA.

Ikuti tulisan menarik kang nasir lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu