x

Pelit Kikir

Iklan

Supartono JW

Pengamat
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 8 Mei 2021 18:12 WIB

Dampak Pelit atau Kikir, Berbahaya!

Siapa pun yang pelit dan kikir, dari mulai rakyat jelata, para orang kaya, hingga elite partai dan para pemimpin bangsa, sadarilah bahaya dari sifat yang dimiliki. Selain menghancurkan diri sendiri, terutama stres, juga menghancurkan umat hingga bangsa dan negara.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Lebaran Idul Fitri 1442 Hijriah tinggal lima hari lagi. Namun, selama Ramadhan tahun ini, masyarakat Indonesia sudah dipenuhi haru-biru berbagai masalah di tengah Covid-19 yang sudah memasuki bulan ke-15 berpandemi di Indonesia.Imbasnya, kondisi kesehatan dan perekonomian masyarakat terpuruk. Meski demikian, herannya, situasi dalam kehidupan nyata, seperti sedang tidak bermasalah. Jalan-jalan tetap penuh kendaraan, pusat perbelanjaan baik pasar tradisional maupun mal tetap padat dan lain sebagainya, seperti tidak sedang terjadi pandemi.

Namun demikian, tetap nampak perbedaan antara rakyat yang kaya, menengah, dan miskin. Terlebih, masyarakat yang masih menerima gaji bulanan sebagai ASN atau PNS, gaji dari uang rakyat tetap tidak dipotong, juga masyarakat yang dapat gaji di perusahaan atau kantor swasta. Semuanya masih dapat hidup wajar, seperti tak terimbas corona, tidak seperti rakyat jelata yang tak ada pekerjaan karena di PHK atau usahanya gulung tikar, atau yang tak punya pekerjaan, terus merasakan penderitaan berkepanjangan.

Kesenjangan ini, nampak begitu nyata, tapi seolah sudah menjadi pemandangan lazim dan biasa. Yang sejahtera tetap sejahtera, yang susah tetap susah.

Simpati, empati, peduli, dan kikir

Dalam situasi kehidupan yang terpuruk ini, masyarakat pun akhirnya dapat menilai orang-orang yang tetap berhati mulia, memikirkan kondisi orang lain yang kesusahan. Tetap peduli mau berbagi dan berpartisipasi menyisihakan harta atau uangnya bagi orang lain atau lingkungan atau tempat kerja atau tempat perkumpulannya.

Orang-orang yang berhati mulia ini pun dari golongan orang kaya, menengah, dan miskin. Takjubnya, tetap banyak orang miskin yang berhati mulia. Meski untuk dirinya sendiri berkekurangan, tetap punya simpati, empati, dan peduli terhadap sesama, mau berpartisipasi, dan berbagi.

Sebaliknya, banyak juga masyarakat khususnya mulai dari orang kaya dan menengah yang tetap pelit, kikir. Hanya mementingkan dirinya sendiri dan keluarganya.

Orang-orang yang pelit atau kikir atau bakhil, sangat mudah diidentifikasi di lingkungan Rukun Tetangga (RT) atau Kompleks Perumahan. Juga dapat diidentifikasi di lingkungan kantor-kantor, dan di perkumpulan-perkumpulan sosial, budaya, olah raga, dan lainnya, karena intensitas pertemuan dan bersinggungannya dalam kegiatan dan pekerjaan.

Tanpa disadari, orang-orang pelit atau kikir ini, justru menampilkan dirinya di tengah masyarakat dengan apa adanya. Sehingga sangat mudah terbaca yang bersangkutan susah untuk berbagi dengan orang lain, membantu saudaranya pun pelit.

Ciri orang kikir, di tengah masyarakat sudah lazim di pahami masyarakat. Suka
menumpuk harta tanpa pernah mau memerhatikan nasib saudaranya dan orang lain. Tidak peduli dengan kondisi orang lain, yang penting dia sendiri bahagia.

Sifat pelit atau kikir, biasanya juga bakat bawaan dari seseorang, karena sepanjang hidupnya kering dari siraman rohani. Ada yang ibadahnya rajin, tapi tetap pelit dan kikir.

Apakah sifat pelit atau kikir ini hanya masalah pribadi seseorang? Jawabnya, ya. Tapi apakah sifat pelit atau kikir ini berdampak bagi masyarakat sekitarnya? Jawabnya, ya. Berdampak.

Sifat pelit atau kikir, sejatinya dampaknya dirasakan langsung oleh yang bersangkutan. Sebab, yang bersangkutan tentu akan mengalami hal yang tak diinginkan dengan hartanya. Sebab harta yang kita miliki sebagian ada hak orang lain, kalau seseorang pelit atau kikir dengan hartanya, maka Allah yang akan membuat harta dan rezeki seseorang hilang dengan berbagai cara.

Dampak sifat dan sikap pelit atau kikir

Sifat pelit atau kikir, selain membawa bahaya besar pada kehidupan pribadi, mudah stres. Juga berdampak pada lingkungan masyarakat atau kantor, atau perkumpulan dan lainnya, juga dapat terkena dampak sifat kikir seseorang.

Dari berbagai pengalaman nyata dan berbagai literasi menyoal pelit dan kikir ini, ada dampak luas dari sifat pelit dan kikir seseorang di antaranya:

1) Dapat menjerumuskan orang untuk melakukan segala cara demi mendapatkan harta dengan cara tidak bermoral.
2) Dapat membuat seseorang berbuat zalim, bengis; tidak menaruh belas kasihan; tidak adil; kejam, dan menghancurkan umat.
3) Mendorong seseorang memutuskan silaturrahim, pertemanan, persahabatan, persaudaraan.
4) Mendorong orang untuk berbuat bohong.
5) Menjadikan orang lain berbuat jahat karena tak memberikan hak kepada orang lain.
5) Mendorong orang korupsi.
6) Mengakibatkan orang lain dapat melalukan berbagai perbuatan buruk dan lainnya.

Dari dampak-dampak tersebut, bahaya yang sangat mengancam dari sifat pelit dan kikir ini adalah melahirkan kezaliman. Orang cenderung merasa bebas melanggar hak orang lain dalam mencari harta sehingga mereka mencuri, menipu, korupsi dan lainnya dengan seenaknya. Siapa orang-orang yang zalim semacam itu di Indonesia? Masyarakat tentu dapat menjawab dan menyebutnya.

Orang pelit atau kikir, cenderung tidak merasa berdosa telah melakukan kezaliman. Yang penting, keinginan mereka terpenuhi.

Selain timbulkan kezaliman, pelit atau kikir juga sangat rentan memutuskan silaturahim. Sebab, tidak peduli dengan kehidupan orang lain dan lebih mementingkan diri sendiri. Tidak akan mau berbagi harta dengan orang lain. Putuslah tali silaturahim karena ada sifat curiga dan kebencian. Orang-orang semacam ini ada di lingkungan warga, kantor, perkumpulan dan lainnya.

Sifat pelit atau kikir, juga cenderung membuat seseorang tidak mau patuh pada perintah agama dan negara untuk berbagi dengan sesama. Tidak percaya janji rezeki yang diberikan Allah. Yang dia percayai hanyalah melimpahnya harta dan tak mau membaginya dengan orang lain, padahal dalam harta yang dimiliki ada hak orang lain. Orang semacam ini menyebar hampir di semua lingkungan.

Untuk itu, fenomena sifat pelit dan kikir yang nampak di masyarakat kita, khususnya sejak pandemi corona hadir di dunia dan Indonesia, di bulan penuh hikmah, berkah, dan ampunan ini, pun jelang Idul Fitri, adalah waktu yang tepat bagi orang yang pelit dan kikir untuk merefleksi diri dan lebih mendekatkan diri kepadaNya, agar dapat hidayah.

Siapa pun yang pelit dan kikir, dari mulai rakyat jelata, para orang kaya, hingga elite partai dan para pemimpin bangsa, sadarilah bahaya dari sifat yang dimiliki. Selain menghancurkan diri sendiri, terutama stres, juga menghancurkan umat hingga bangsa dan negara.

Memang banyak pula yang menyebut untuk sukses dan kaya harus pelit dan kikir. Pernyataan ini silakan dijawab fakta dan kebenarannya oleh masing-masing dari kita.

Dan, ada fakta banyak orang kaya yang pelit, kikir, perhitungan, akhirnya bunuh diri, karena bingung mau apalagi dengan hartanya karena sepanjang hidupnya hanya duniawi yang dikejar.

Semoga minimal saya, keluarga, saudara, teman, sahabat, rekan kerja, rekan perkumpulan terdekat saya terus terhindar dari sifat dan perbuatan pelit dan kikir. Terus diberikan keberkahan dan kesehatan di dunia dan akhirat kelak. Aamiin.

Ikuti tulisan menarik Supartono JW lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB