x

Iklan

sapar doang

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 30 April 2020

Jumat, 27 Agustus 2021 07:16 WIB

Mencermati Parpol Baru dan Kandidat Presiden Baru dalam Kontestasi Kekuasaan 2024

Sampai akhir bulan Juni 2021 tercatat ada lebih 10 parpol baru berniat terjun dalam kontestasi 2024. Jelas mereka menghadapi tantangan berat untuk dapat meraih suara. Apaltah lagi untuk mampu meraih kursi di Senayan. Saat ini sngat sulit mengubah persepsi publik yang minor terhadap parpol. Belum di suatu pandemi seperti saat ini. Pada saat yang sama, kontestasi kepresidenan juga bakal ramai melihat banyak tokoh muda paska persaingan Jokowi-Praboow yang digadang-gadang beberapa tahun teraakhir ini.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Oleh: Saparuddin, KIPP  PASAMAN

Walaupun Kontestasi politik pada Pemilu 2024, masih tiga tahun lagi, namun aroma persaingan sudah terlihat dan terdengar di ruang publik. Entah hanya sebagai jargon propaganda untuk menarik perhatian, atau sebagai taktik menyusun strategi sejak awal. Harapannya akan siap saji saat bertarung pada Pilpres 2024 yang dinantikan bersama.

Jelas, merupakan suatu gerakan yang tepat ketika dari awal mempersiapkan diri mencari titik celah. Lalu berharap menemukan peluang yang dapat digerogoti untuk meraih kemenangan pada Pilpres 2024 sebagai presiden, alias sosok orang nomor satu di Indonesia. Nampak para elit politik hari ini, mulai memunculkan nama-nama, meskipun sifatnya masih abstraksi semata. Itulah hebatnya dari strategi para elit politik kita.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Menghadapi Pemilu 2024 nanti, tentu bukan perkara mudah. Suatu kenyataan bahwa negara kita masih dilanda pandemi Covid-19 yang semakin ganas. Si samping itu masih diiringi pula krisis ekonomi yang terus memudar.

Lantas, cukup mengejutkan pula dengan munculnya parpol baru. Dalam situasi normal saja, parpol baru sangat sulit menjaga stamina politik, apalagi di masa pandemi. Tentu para wajah baru ini akan dihadapkan beban berlipat ganda.

Walaupun itu hal lumrah dan sering terjadi. Yakni muncul parpol baru saat pemilu menjelang. Entah, hanya ingin ikut meramaikan pertarungan politik atau pun ingin menguak stabilitas di mata publik.

Sampai akhir bulan Juni 2021 telah tercatat ada lebih 10 parpol baru yang muncul. Ada parpol yang sudah berstatus badan hukum, maupun parpol yang belum memperoleh pengesahan. Namun, seiring itu juga tentu mereka mengupayakan mengurus legalitasnya dari Kementerian Hukum dan HAM.

Adapun parpol baru tersebut adalah Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia, Partai Ummat, Partai Masyumi, Partai Era Masyarakat Sejahtera (Emas), Partai Usaha Kecil Menengah (UKM), Partai Indonesia Terang (PIT), Partai Hijau Indonesia, dan Partai Rakyat Adil Makmur (Prima).

Jelas menjadi tantangan berat bagi parpol baru untuk dapat meraih suara, apalagi sampai dapat menduduki kursi di Senayan. Sangat sulit mengubah persepsi publik terhadap parpol baru yang bernada minor, sementara parpol baru tidak memiliki tokoh atraktif, tidak memiliki distingsi program yang jelas, serta tidak memiliki jejaring aktor yang menawarkan kebaruan. Maka, jalan setapak pun mesti dapat diterima bagi parpol baru dalam perjuangan berat.

Ketika kita menengok hasil hasil Pemilu 2019, ternyata tidak satu pun parpol baru yang lolos ke Senayan. Hasil suara yang diperoleh dari Partai Perindo 2,67 persen, Partai Berkarya 2,09 persen, PSI 1,89 persen, dan Partai Garuda hanya 0,50 persen. Bahkan, parpol lama seperti Hanura pun tersingkir dari DPR pada Pemilu 2019.

Bagaimana pun parpol baru tetap memiliki peluang meraih dukungan publik. Dalam catatan sejarah kepemiluan ternyata parpol baru seperti Partai Nasdem berhasil menduduki kursi Senayan dengan perolehan suara 6.7 persen pada Pemilu 2014. Tentu hal tersebut tidak lepas dari wajah Surya Paloh. Di samping itu juga, parpol baru seperti Partai Gerindra pada Pemilu 2009 juga berhasil meraih 4,5 persen suara.

Sementara di negara-negara lain, keberhasilan parpol baru perlu diapresiasi, misalnya di Prancis. Kemenangan Partai La Republique en Marche (LREM) berhasil meraih kursi di parlemen pada Pemilu 2017. Bahkan, pimpinan LREM Emmanuel Macron berhasil meraih posisi sebagai presiden Prancis.

Lantas, apakah kontestasi politik dari parpol baru di Indonesia dapat mengikuti jejak Emmanuel Macron? Kita tunggu saja nanti tanggal mainnya, yang tidak sabar pasti akan kecewa.

Pada Pilpres 2024 nanti akan terlihat seru, selain parpol baru, wajah baru pun akan menghiasi taman demokrasi. Mengingat Jokowi Widodo sudah pensiunkan diri untuk menjabat sebagai presiden.

Oleh karena itu, deretan nama-nama seperti Ganjar Pranowo, Anies Baswedan, Airlangga Hartato, Muhaimin Iskandar dan AHY akan bertarung dengan gaya politik Mataraman. Tentu saja tidak terlupan Prabowo Subianto sebagai politikus senior yang sudah dua kali mencalonkan priseden melawan Jokowi, meski tidak pernah meraih kemenangan.

Apakah Prabowo Subianto akan bertarung lagi pada Pilpres 2024 melawan wajah-wajah baru? Apakah dengan munculnya partai-partai baru dapat menjadi cerminan terbaik pada Pilpres 2024? Ya, tentu butuh orang-orang terbaik untuk membawa partai baru itu dengan perjuangan politik yang mati-matian.

Yang jelas, para elite politik perlu mengedepankan etika politik dan moral dalam pertarungan merebut kekuasaan. Kalau sudah dapat kekuasaan, gunakan untuk kepentingan rakyat. Begitu pula dalam hal kampanye dan sosialisasi serta komunikasi, jangan sampai mempermainkan isu SARA, agar persatuan dan kesatuan bangsa tetap terpelihara. Perpecahan anak-anak bangsa harus dihindari.

Namun demikian, untuk mencapai dukungan rakyat, sekali lagi memerlukan strategi dan taktik yang hebat. Dengan banyaknya Parpol yang akan bersaing nantinya, maka tepat seperti yang diistilahkan Mawardin, perlu mati-matian politik. Maksudnya usaha yang keras, tidak boleh setengah-setengah.

Inti dari demokrasi sebenarnya bukan hanya soal pesta Pemilu, Pileg, dan Pilpres, tetapi bagaimana demokrasi itu berkaitan dengan kesejahteraan rakyat. Menurut Abraham Lincoln, "Democracy is a government of the people, by the people, and for the people." Jadi, politik mesti diniatkan untuk membela rakyat, bukan kepentingan pribadi.

SAPARUDDIN adalah Penggiat Demokrasi Aktif di Pemantau Pemilu menjabat sebagai Sekretaris Umum Komite Independen Pemantau Pemilu ( KIPP) Daerah Pasaman 2013-2016 dan Sebagai Ketua Umum Komite Independen Pemantau Pemilu ( KIPP) Daerah Pasaman 2016 -2019, Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) Pileg Pilpres 2019 Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK)  Pilkada 2020 dan tulisan Artikel telah di muat di ( Koran  Padang Expres, Koran Padang, Rumah Pemilu, Klikpositif.com, Kompassiana.com dan Indonesiana.com)

Ikuti tulisan menarik sapar doang lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu