x

Iklan

Syarifudin

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 29 April 2019

Selasa, 26 Oktober 2021 11:31 WIB

Catatan Pegiat Literasi Bila Orang Lain Salah, Apa Kamu Pasti Benar?

Catatan pegiat literasi atas kondisi Indonesia. Bila orang lain salah, apa kamu selalu benar? Jadilah literat

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Zaman begini, memang ngeri-ngeri sedap. Era digital, justru makin banyak orang yang gemar gibah alias ngomongin orang lain. Atau mengumbar aib orang lain. Atas dalih peduli atau apalah namanya. Mereka jadi lupa. Bahwa mereka tidak memberi makan orang lain. Bahkan tidak sedikitpun bertanggung jawab pada orang lain. Di dunia apalagi di akhirat.

 

Bila orang lain salah, apa kamu pasti benar?

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Begitulah pertanyaan penting. Untuk kamu atau orang-orang yang “sok peduli” atau sering ber-gibah. Kaum yang gemar membicarakan orang lain. Secara tatap muka, online atau di grup WA. Apalagi ditambah embel-embel, atas nama kepedulian. Untuk kebaikan an dalih-dalih lainnya.

 

Kamu lupa ya. Perhatian itu bagus. Peduli itu penting. Tapi untuk hal-hal yang bersifat kebaikan. Untuk membantu kesusahan orang lain. Atau memberikan solusi atas masalah. Orang lapar itu butuh diberi makan, bukan nasihat. Begitulah perhatian dan kepedulian yang hakiki bekerja. Bukan sebaliknya, membantu tidak malah lebih banyak ngomongin. Sama sekali tidak literat.

 

Peduli itu bukan untuk mencari aib atau salah orang lain. Apalagi ber-gibah yang tidak berakhir. Apa tdiak ada kerjaan lain? Katanya rajin ibadah, rajin zikir dan ngaji. Tapi kok perilakunya bertolak belakang? Makin ngeri-ngeri sedap. Bila setiap hari, ada saja yang di-share hanya untuk mendapat respon dan komentar “sepaham”. Bersetuju untuk kejelekan, apa ada gunanya?

 

Katanya, manusia tempatnya berbuat salah. Katanya tidak ada manusia yang sempurna. Bahkan katanya, dunia pun hanya sementara. Bilat ahu sementara, kenapa jatah hidup dipakai untuk perbuatan yang sia-sia dan tidak bermanfaat?

 

Sudah jadi kodrat manusia. Bahwa siapa pun pasti punya kekurangan, pasti pula punya kelebihan. Tinggal apapun realitas-nya, setiap manusia dituntut untuk mampu mengendalikan atau menyelaraskannya. Karena apa pun yang terjadi, sudah ada dalam genggaman-Nya. Bila ikhtiar sudah, doa pun rampung maka selebihnya tinggal menerima lapang dada sesuai ketentuan-Nya. Itu sudah lebih dari cukup.

 

 

Lagi pula selagi di dunia, siapa pun pada akhirnya hanya akan menanggung dua hal saja. Satu, memperoleh kebaikan yang telah ditanamnya. Kedua, menerima keburukan yan telah ditebarkannya. Karena apapun, semua akan kembali kepada yang melakukan perbuatannya. Itu hukum Allah SWT. Seperti pegiat literasi di taman bacaan. Hanya tahu berbuat untuk menyediakan akses bacaan anak-anak kampung, memberantas buta huruf bahkan menyantuni anak-anak yatim dan kaum jompo. Menebar kebaikan, membantu kaum yang membutuhkan bantuan. Maka kerjakanlah yang baik, bukan sebaliknya.

 

Jadi, bila orang lain salah, apa kamu pasti benar?

Belum tentu. Karena kamu tidak bertanggung jawab terhadap orang lain. Seperti orang lain pun tidak bertanggung jawab kepada kamu. Maka kerjakanlah bagian masing-masing sesuai kaidah dan norma-nya. Bila perlu, perbanyka ikhtiar yang baik. Sambil muhasabah diri, introspeksi diri. Lebih baik mencari apa yang salah dari diri sendir. Bukan mencari salah orang lain.

 

Tajassus itu mencari-cari salah orang lain, sekaligus mengumbar aib. Mengumbar aib diri sendiri saja dilarang, apalagi mengumbar aib orang lain. Lalu mengorek-ngorek alias kepo atas nama kepedulian. Lupa ya, tajassus itu tergolong dosa besar. Terus, bila orang lain salah. Apa kamu pasti benar?

 

"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan berprasangka. Karena sesungguhnya sebagian tindakan berprasangka adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain” (Al-Hujurat:12). Bahkan Rasulullah SAW bersabda, "Berhati-hatilah kalian dari tindakan berprasangka buruk. Karena prasangka buruk adalah sedusta-dusta ucapan. Janganlah kalian saling mencari berita kejelekan orang lain, saling memata-matai, saling mendengki, saling membelakangi, dan saling membenci. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara.”

 

Maka pahamilah. Bila orang lain salah, apa kamu benar?

Sungguh di luar sana, masih banyak anugerah Allah SWT yang patut disyukui dan mengajak siapapun untuk mampu “melihat” kebaikan-kebaikan yang lebih besar dalam hidup. Salam literasi. #TamanBacaan #PegiatLiterasi #TBMLenteraPustaka #KampungLiterasiSukaluyu

Ikuti tulisan menarik Syarifudin lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler