x

ilustr: SendaheartArt

Iklan

Lath_ffah Nurtys

Penulis Indonesia
Bergabung Sejak: 12 November 2021

Minggu, 14 November 2021 16:05 WIB

Kisahku Hari Ini

Hai, namaku Lathifah Nurtys. Kalian bisa memanggil Iffah, siswi jurusan agama kelas 12. Tidak terkenal tidak pula terkucil, semua serba bisa saja. Namun, ada kisah yang lumayan menarik tentang aku dan dia, seseorang yang ku kagumi dari jauh, sejauh jarak matahari ke bumi. Selamat datang di duniaku, Senja diujung jalan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

               Kisahku Hari Ini

Namaku Lathifah Nurtys, siswi jurusan agama kelas 12. Menjadi aku enak-enak saja. Tak terlalu mencolok, tapi juga tak dikucilkan. Ini kisah tentang aku dan dia, seorang yang ku kagumi dalam diam, sembunyi-sembunyi seperti maling. Tak berani mengungkapakan, tak berani bertemu secara langsung. Intinya aku rela menjadi pengagum rahasianya. Hahah...pengecut sih.

Sampai suatu hari, saat udara subuh masih segar. Saat matahari masih malu-malu menampakkan wujudnya. Saat itulah dia menyapa. Tak menyangka jika aku yang berdiri mematung mengantri mandi dan dia bertanya dengan kalimat panjang. Huft, mimpi apa aku semalam?

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Kemarin Kinan berangkat sekolah nggak? Hari ini dia nitip surat.." ucapnya.

"Dia tidak masuk tiga hari, suratnya baru datang hari ini?"

Dia mengangguk, "dua hari dia masih di asrama. Kalau sekarang dia pulang." 

Aku mengangguk mengerti, "baik, akan ku konfirmasikan ke wali kelas."

"Terima kasih," ucapnya setelah itu berlalu menjauh.

Aku diam, ada rasa kaget ada rasa tidak percaya. Heiii, itu barusan dia nyapa thoo...?

Pagi harinya aku mengkonfitmasi Kinan. Bu Nisa memberiku banyak pertanyaan. Ingin sekali aku mengumpat, ini semua gara-gara Kinan. Aaaahhh!

"Lho kok kamu tahu kalau Kinan sakit?"

"Ya Alloh, Bu aku dapat surat keterangan dokter langsung, dia emang sakit. Tipusnya kambuh.." ucapku mencoba menjelaskan.

"Ini buka kamu yang mengada-ngada kan Fah?" Bu Nisa terus saja curiga. Demi apa sih..?!

"Astagfirulloh Ibu cantik, Iffah ndak bohong. Biar Iffah panggil saksi." putusku.

Bu Nisa menghela napasnya, "silakan."

Aku chat dia, dengan kata tanpa basa-basi. Semenit kemudian dia datang. Aku menatap menang ke Bu Nisa.

"Assalamu'alaikum.."

"Wa'alaikumsalam warohmatullohi wabarokatuh," jawab kami serempak.

"Duduk, Mas. Ibu mau tanya beberapa hal."

Azra duduk di samping kanan ku. Menunduk takzim. Itulah bedanya ia dan aku. Sejauh matahari dan bumi. Dalam diam lamunanku melayang, bertavling kemanapun sesuai keinginanku. Sebenarnya aku tidak terlalu mendengarkan Bu Nisa. 

"Iffah!"

"...."

"Benar-benar ini anak! Ibu tanya Kinan memberi tahu keadaannya sama kamu tidak?"

Oowh, ternyata itu thoo.

"Iyes, seratus buat Ibu. Tadi pagi pukul 04.54 Kinan chat aku, tapi hp ku masih dikumpulkan baru kebuka tiga jam kemudian. Tipusnya kambuh, kalau Ibu tidak percaya, lihat chatnya." 

Bu Nisa membaca dengan sangat teliti ketikan Kinan. Aku sampai geleng-geleng kepala. Saking tidak relanya anak kesayangan sakit, masya Alloh.

"Semoga cepat sembuh, Ibu benar tak rela Kinan tidak masuk."

Sudah ku duga...

"Azra, terima kasih banyak konfirmasinya..."

Azra mengangguk takzim, "kalau begitu saya permisi, Bu."

"Silakan.."

Nah inilah sisi aku tak menyukai Bu Nisa. Ia selalu bisa beramah tamah dengan anak lain kecuali aku yang judulnya anak bandel.

"Fah..Iffah, kamu itu harus tiru Azra, Kinan. Rajin, sopan, tidak neka-neka."

"Oke, itu mereka ini aku, Bu. Lathifah Nurtyas orang yang tidak akan meniru siapapun, dimanapun dan kapanpun."

Bu Nisa mendesah frustasi, "terserah kamu saja, Nak. Yang penting nilai kamu nggak turun, saya sudah bersyukur."

 

Pembicaraan ini berakhir, aku ke luar ruangan beliau dengan hati dongkol. Bagaimana tidak setiap kali selalu dibandingkan. 

Saat sibuk misuh-misuh sendiri, seseorang menyodorkan map biru. "Dari Ibu, suruh tanda tangan." Azra lagi, Azra lagi. Huft. Beruntung aja sih, he.

"Kenapa gak tanda kaki aja sih?" tanyaku sewot.

"Terserah, izinin anak kesayangan sesulit ini yah..."

"Eem, banget. Kalau berangkat Kinan pengin tak lempar sampai pluto sekalian, sebel aku sama dia."

Dan jadilah Azra pelepasan amarah. Dia tersenyum menanggapi, "oke. Jangan lupa senyum. Wajahmu lupa tak disetrika sepertinya.."

Satu detik..

 

Dua detik...

 

Tiga detik...

 

"Azraaaaaaa! Sini kamuuu!"

 

Aku terdiam, untuk pertama kali aku mampu melafalkan namanya selancar ini. Ya alloh image aku hancur. Hiks..

 

 

 

 

 

 

 

 

Kebumen, 12 November 2021

Kisah ini bisa berlanjut atau berbeda judul nanti. Inti tokoh dan cerita masih sama. Yaitu aku dan dia.

 

Salam, Senja diujung Jalan.

 

 

Ikuti tulisan menarik Lath_ffah Nurtys lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler