x

ilustr: SendaheartArt

Iklan

Nuvia Anda Resia

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 15 November 2021

Selasa, 16 November 2021 08:31 WIB

Sahabat Selamanya!

Anisa, Elena, Icha, Rian dan William adalah kelima sahabat yang mendapat suatu tugas di sekolahnya. Saat sedang berpusing-pusing ria mencari topik mereka malah bertengkar karena berselisih pendapat dan mendahulukan kepentingan pribadi daripada kepentingan kelompok. Setelah pergulatan pikiran akhirnya mereka mendapatkan kedewasaan diri dengan bermaafan kembali

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Karya : Nuvia Anda Resia

 

Anisa, Elena, Icha, Rian, dan, William adalah lima orang sahabat yang telah bersahabat dari kecil, tepatnya sejak mereka duduk di Taman Kanak-Kanak. Suka duka mereka lewati bersama. Kelima sahabat ini saling mengetahui sifat masing-masing seakan sudah seperti saudara kandung. Bahkan orang tua mereka sudah saling mengenal dan percaya kepada anak-anaknya. Suatu hari, mereka di tugaskan oleh guru mereka untuk membuat suatu makalah, yaitu tentang persahabatan. Mereka bingung, mereka tidak pernah membuat suatu cerita tentang persahabatan. Bagi mereka, pertemanan mereka ini sudah seperti saudara dan tidak harus di gembor-gemborkan ke publik.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

“Guys, aku bingung nih mo buat makalahnya gimana. Kalian pada punya ide nggak?” tanya Anisa pada keempat temannya.

“Gimana kalo kita menceritakan pengalaman kita aja?” usul Rian.

“Pengalaman yang mana? Kan banyak” ujar Icha kesal. Diantara mereka berlima, anak inilah yang paling susah untuk di ajak berkumpul mengerjakan tugas. Bawaannya malas terus.

“Gimana kalo kita menceritakan pertemuan kita aja. Kan jarang-jarang ada pertemanan yang seperti kita” usul William.

“Hmm di luar sana juga banyak kali, Wil yang udah berteman dari kecil. Pasaran tuh idenya” tukas Anisa yang langsung di balas pelototan oleh William.

“Kamu punya ide nggak, Len?” tanya Rian kepada Elena yang sedari tadi hanya diam dan melihat temannya sibuk memikirkan ide apa untuk tugas mereka.

“Gimana kalo kita menceritakan tentang kekurangan kita aja. Hitung-hitung sekalian intropeksi dirilah” usul Elena ragu.

“Emang puasa? Intropeksi diri” sahut Icha.

“Hmm usulnya aneh sih. Tapi bisa di coba. Gimana, Guys?” tanya Anisa pada teman-temannya.

“Kenapa kita gak jalan-jalan aja ke mal daripada gak jelas gini?” ujar Icha malas menanggapi ocehan teman-temannya.

“Kamu gimana sih, Cha. Ini tugas kita loh. Kamu mo dapet nilai bagus kan?” tukas William.

“Ya sih. Cuman aku lagi males aja.. udah ahh..”

“Huuh gimana sih. Terbengkalai lagi deh” sungut Elena sambil menarik nafas kesal.

“Sabar, pasti kelar kok” ujar Anisa menenangkan walau dilihat dari raut wajahnya ia sendiripun tak yakin.

☺☺☺

 

Keesokan harinya di sekolah, di antara mereka berlima yang baru datang Anisa dan Rian. Rian pun mendekati Anisa yang sedang sibuk dengan ponselnya.

“Nis..”

“....”

“ANISA!!”

“Hei, ada apa sih?” ujar Anisa sambil mengusap-usap kupingnya.

“Kamu sibuk banget sih. Sampe-sampe aku panggil nggak denger” jawab Rian kesal.

“Iya ya? Maaf deh..”

“Lagi sibuk apaan sih, Non?” tanya Rian sambil duduk di samping Anisa.

“Nggak. Temen aku ngajak aku jalan ntar siang”

“Temen? Siapa?” tanya Rian.

“Pokonya temenku, kenapa sih nanya-nanya?” ujar Anisa sewot.

“Bukannya gitu. Aku kan harus tau kamu pergi kemana, sama siapa. Lagian bukannya kita mo ngerjain tugas kita kemarin ya” tukas Rian.

“Yee.. emangnya kamu siapanya aku? Sampe-sampe harus tau semuanya. Hehe. Yaudah deh kalian kerjain berempat ajaya. Gapapa kan?”

“Loh kok gitu sih..”

“Halo teman-teman!!” potong Elena, Icha, dan William yang datang bersamaan mengagetkan Anisa dan Rian yang sedang mengobrol.

“Ih kalian ini ngagetin aja. Eh bentar ya” ujar Anisa seraya pergi menjauh dari mereka.

“Loh kok malah pergi sih. Padahal kan aku mo nunjukin ide aku tentang makalah kita. Aku punya ide loh” ujar William bersemangat.

“Hah? Itu lagi? Aku ke kelas dulu deh ya” kata Icha seraya berlari meninggalkan mereka.

“Ntar aja deh ya. Aku lagi ada pikiran. Kalian diskusi berdua aja deh” ujar Rian yang langsung pergi meninggalkan mereka berdua.

“Hah? Loh? Kok kita malah di tinggal sih, Wil?” tanya Elena heran.

“Tau.. Anisa sama Rian gak biasanya seperti ini. Mereka itu profesional. Jangan-jangan mereka lagi ada masalah ya?”

“Udah ah. Nggak baik ngomongin sohib sendiri. Mendingan ntar kita tanya baik-baik. Jangan asal buat pemikiran sendiri”

“Yaudah deh, kita ke kelas aja yuk” ajak William yang di sambut anggukan kepala oleh Elena.

☺☺☺

 

Siangnya, mereka berkumpul di rumah Elena untuk melanjutkan mengerjakan tugas makalah tersebut. Akan tetapi, mereka hanya berempat. Anisa tidak datang dengan alasan ia pergi bersama temannya.

“Yan, kamu lagi ada masalah ya sama Anisa?” tanya William hati-hati.

“Loh? Anisa? Enggak kok. Kenapa?” ujar Rian heran.

“Ya nggak biasanya aja gitu. Ngomong-ngomong Anisa kemana ya?”

“Masa kamu nggak tau sih, Wil. Nisa kan pergi sama Kiki” timpal Icha sambil memainkan ponselnya.

“Kiki? Pergi kemana mereka?” tanya Elena.

“Mana aku tau, Len”

“Gimana kalo kamu sms Anisa. Bilang, pulangnya langsung ke rumah Elena buat ngerjain tugas.” usul William.

“Buat apa? Emang dia masih peduli sama kita?” tukas Rian.

“Kamu kok gitu sih, Yan. Biar Nisa tau tugas kita ini apa kabarnya, gimana aja persiapannya. Mungkin aja Nisa ada ide baru” kata Elena sabar.

“Ahh udahlah. Aku capek, dari kemarin ngumpul terus tapi hasilnya nggak ada. kalo gini mendingan aku ngerjain hal lain di rumah. Udah ya aku pulang. Bye..”

“Loh Rian kamu mo kemana?” tanya William.

“Rian kenapa sih? Dari tadi pagi bawaannya emosi terus” tanya Icha bingung.

“Sepertinya ada masalah yang terjadi antara Anisa, Rian, dan Kiki” jawab Elena.

“Wopps cinta segitiga gitu.. Kenapa bisa seperti ini? Terus tugas kita gimana?” tanya Icha yang tiba-tiba peduli dengan tugasnya.

“Kenapa tiba-tiba kamu peduli dengan tugas kita?” tanya William heran.

“Nggak tau kenapa,  aku takut adanya perpecahan di antara kita. Aku takut semua ini terjadi. Aku ingin menyelesaikan makalah ini secepat mungkin agar kalian berempat tau bahwa aku bersungguh-sungguh berteman dengan kalian.” ujar Icha yang langsung pergi dan berjalan ke halaman meninggalkan William dan Elena yang melongo melihat tingkah mereka bertiga.

☺☺☺

 

“Hmm.. Persahabatan.. Pertemanan.. Uhh kenapa sih buk guru mengangkat tema yang sangat rumit. Argh” teriak Anisa di kamarnya sendiri.

Lalu ia pun tertidur. Ia bermimpi, ia melihat betapa akrabnya mereka dahulu. Bercanda, tertawa, menangis, bahagia bersama. Akan tetapi, semua itu telah sirna. Seperti ada kabut yang menyelimuti hati mereka. Yang membuat mereka menjauh. Mulai tak peduli. Dengan nafas tersengal-sengal, Anisa pun terbangun dari tidurnya. Ia masih memikirkan mimpi tersebut.

“Kenapa aku bisa bermimpi seperti itu? Apakah ini peringatan? Bahwa aku sudah terlalu mengabaikan mereka dan jarang berkumpul bersama mereka lagi?” ujar Anisa sambil merenung.

☺☺☺

 

“Nis, kenapa kamu mengumpulkan kami semua disini?” tanya Rian yang heran dengan perilaku Anisa yang sedari tadi diam saja. Tidak heboh seperti biasanya.

“Hmm.. liat ntar aja deh ya. Hehe”

Anisa merasa bersalah atas sikapnya yang kurang peduli terhadap teman-temannya. Ia merasa harus meminta maaf kepada teman-temannya, oleh sebab itu, ia mengumpulkan teman-temannya di rumahnya sepulang sekolah.

“Sebenarnya, aku mo minta maaf sama kalian. Akhir-akhir ini aku udah buat kalian kesal. Udah buat kalian marah. Aku lebih mentingin urusan pribadi aku daripada tugas kita. Aku..”

“Nis, kamu kenapa? Kamu nggak salah apa-apa kok” potong William.

“Aku nggak kenapa-napa Wil, aku cuma ngerasa bersalah aja sama kalian. Maafin aku ya. Mulai sekarang aku janji nggak akan ngulangin kesalahan aku lagi” ujar Anisa serius.

“Aku juga salah, Nis. Aku udah berfikiran yang aneh-aneh sama kamu. Aku udah ngambek-ngambek gak jelas. Maafin aku ya” balas Rian.

“Iya udah dimaafin kok” jawab Anisa sambil tersenyum manis yang membuat pipi Rian memerah.

“Cie ada yang salting nih”

“Apaan sih” ujar Anisa malu-malu.

“Hahaha yaudah mulai sekarang kalo ada masalah atau ada sesuatu ceritain ya, jangan diem-diem aja” ujar Icha sok bijaksana.

“Uh tumben kamu bisa ngomong kaya gitu. Hahaha” timpal Elena.

“Hahaha”

“HENING”

“Aku ada ide!!” ujar mereka berlima serentak.

“Hei.. mentang-mentang kita kompakan, jangan bilang ide kita kompakan juga” ujar Rian.

“Aku dulu deh ya. Ide aku gimana kalo kita buat makalahnya tentang pertemuan kita dari kita kecil sampe kita dewasa, terus selingin tentang masalah-masalah yang kita hadapi seperti saat ini dan kekurangan-kekurangan kita apa aja. Terus buat harapan kalo kita ingin persahabatan ini berlangsung selamanya” potong Anisa panjang lebar.

“Ya ampunn!! Itu kan ide aku” tukas William.

“Hei.. ide aku juga” ujar Elena dan Icha bersamaan.

“Kenapa ide kita berlima bisa sama seperti ini?” ujar Rian bingung.

“Karena kita sahabat. Saling ada. Saling mengerti. Saling menyayangi, dan.. selalu kompak hihi” ujar Anisa bahagia.

“Sahabat??” ujar William sambil meletakkan tangannya di tengah-tengah mereka.

“SELAMANYA!!” balas yang lain sambil mengangkat tangan mereka.

☺☺☺

Tamat!

Ikuti tulisan menarik Nuvia Anda Resia lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu