x

Iklan

Suyatna, S.Pd

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 23 November 2021

Rabu, 24 November 2021 21:10 WIB

Wujudkan Merdeka Belajar dengan Pembelajaran Berdiferensiasi


Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Saya adalah salah satu Guru Penggerak Angkatan 1 Kabupaten Indragiri Hilir  Provinsi Riau, bertugas di SDN 013 Ringin Jaya Pulau Burung. Sekolah ini terletak di titik terluar wilayah Kabupaten Indragiri Hilir yang berbatasan langsung dengan Provinsi Kepulauan Riau. Untuk sampai ke kota kabupaten saya harus menggunakan 4 kendaraan yaitu 1 kendaraan darat dengan menggunakan sepeda motor dari rumah ke bendungan Tambak Sono yang berjarak sekitar 10 km. Kemudian dilanjutkan dengan kendaraan air yaitu menggunakan speedboat sebanyak 3 kali. Saya harus berangkat sekitar pukul 07.30, jika tidak maka saya  akan ketinggalan kendaraan karena hanya ada satu speedboat saja. Sekitar pukul 15.00 atau bahkan lebih barulah saya sampai di kota kabupaten yaitu Tembilahan.

 

Saya merasa merasa bersyukur menjadi salah satu Guru Penggerak. Ini merupakan satu anugerah dan kebanggaan tersendiri bagi saya yang patut disyukuri. Tentunya, bukan hal yang mudah bagi saya untuk menjalani seluruh rangkaian kegiatan dalam menempuh pendidikan Guru Penggerak. Berbagai rintangan dan tantangan harus saya taklukan. Sembilan bulan bukan waktu yang singkat, namun dengan tekad yang kuat dan keteguhan hati akhirnya saya mampu menaklukannya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

Dalam menempuh Pendidikan Guru Penggerak, ada kegiatan lokakarya yang harus saya ikuti. Kegiatan lokakarya ini dilaksanakan setiap 1 bulan sekali di kota kabupaten. Tentunya bukan hal yang mudah bagi saya  untuk bisa mengikuti kegiatan lokakarya ini. Butuh pengorbanan tenaga, pikiran, waktu bahkan materiil yang tidak sedikit. Tapi itu semua tidak menjadikan  patah semangat atau balik arah. Saya   terus maju dan maju demi sebuah perubahan besar. Perubahan pola pikir dalam memaknai sebuah pendidikan, perubahan pola pikir dalam memaknai peserta didik, perubahan pola pikir dalam memaknai peran dan tanggungjawab  sebagai seorang pendidik serta perubahan pola pikir dalam memaknai pembelajaran yang berdampak pada murid.

 

Banyak hal yang saya dapatkan selama menempuh Pendidikan Guru Penggerak, tidaklah sia-sia tenaga, pikiran, waktu dan materiil yang telah saya  keluarkan. Dengan harapan, semoga apa yang yang didapatkan selama menempuh Pendidikan Guru Penggerak mampu saya aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari khususnya dalam kegiatan pembelajaran di kelas saya sendiri dan umumnya di kelas-kelas lain bahkan berdampak juga bagi sekolah lain.

 

Dari pertama bertugas hingga sekarang, saya diberikan amanah oleh kepala sekolah untuk mengajar di kelas 6. Amanah ini tentunya berdasarkan hasil musyawarah dan kesepakatan bersama yang dilakukan pada setiap awal tahun pelajaran baru. Dewan guru yang terdiri dari  8 orang termasuk kepala sekolah sepakat agar saya tetap mengajar di kelas 6. Bagi saya, ini adalah sebuah amanah yang harus  dilaksanakan dengan ikhlas dan penuh tanggungjawab. Walaupun sebenarnya dalam hati kecil saya,  ingin mencoba sebuah petualangan baru yaitu mengajar di kelas lain seperti kelas rendah, misalkan kelas 1. Mungkin akan lebih banyak tantangan yang  dihadapi jika mengajar di kelas 1 daripada mengajar di kelas 6. Semakin banyak tantangan tentunya akan membuat saya semakin tangguh. Karena untuk menaklukan tantangan pasti ada strategi yang harus dimiliki dan dikuasa yang pada akhirnya strategi tersebut saya terapkan.

 

Ada sebuah pendapat yang mengatakan bahwa sebelas tahun mengajar di kelas yang sama dengan materi yang sama pasti murid-murid yang diajarnya akan cepat paham karena gurunya sudah fasih atau hafal materinya di luar kepala. Saya   kurang setuju dengan pendapat seperti ini karena menurut saya, mengajar itu bukan tentang mentransfer materi kepada murid dan bukan tentang hafalan materi pelajaran. Akan tetapi lebih kepada bagaimana cara murid tersebut mampu memahami sebuah konsep untuk mencapai tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Artinya ada konten yang dibutuhkan, ada proses yang diperlukan dan tentunya ada produk yang dihasilkan  sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapainya. Nah, tantangan yang secara umum saya hadapi di kelas adalah tingkat ketercapaian terhadap tujuan pembelajaran masih belum maksimal. Artinya masih ada murid yang belum bisa memahami sebuah konsep yang saya sampaikan.

 

Kemudian, saya mencoba melakukan sebuah refleksi dan evaluasi terhadap pembelajaran yang selama ini dilakukan terhadap murid-murid. Selama sebelas tahun mengajar ternyata saya masih menerapkan model pembelajaran satu untuk semua.  Artinya satu metode untuk semua murid, satu konten untuk semua murid, satu proses untuk semua murid dan satu produk untuk semua murid. Padahal, saya tahu bahwa setiap murid itu memiliki karakteristik yang berbeda-beda dan beranekaragam dalam hal gaya belajar, kemampuan awal dan minat serta potensi yang dimilikinya. Sehingga hal inilah yang menyebabkan ketercapaian dari tujuan pembelajaran belum maksimal yang berimbas kepada menurunnya semangat belajar murid. Menurut saya ini adalah sebuah masalah yang tidak boleh dibiarkan berlarut-larut. Harus ada solusi yang tepat agar masalah ini dapat teratasi. Saya yakin dan percaya bahwa setiap permasalahan yang dihadapi pasti ada cara atau jalan untuk mengatasinya.

 

Akhirnya, saya menemukan solusi dari permasalahan yang selama ini dihadapi  yaitu sebuah  Model Pembelajaran Berdiferensiasi yang saya peroleh dari Pendidikan Guru Penggerak. Model Pembelajaran Berdiferensiasi ini adalah sebuah model pembelajaran yang dirancang untuk mengakomodir kebutuhan belajar setiap murid. Atau sebuah model pembelajaran bagi murid yang memiliki keberagaman. Murid itu unik, murid itu beragam. Kalau menerapkan model pembelajaran satu untuk semua murid, akan ada murid yang dirugikan sehingga tujuan pembelajarannya tidak akan tercapai. Nah, dengan model pembelajaran berdiferensiasi ini saya merancang materi berdasarkan kondisi awal kemampuan murid. Saya membuat  materi pembelajaran dalam bentuk tulisan, video, gambar dan audio. Sehingga murid yang memiliki kemampuan gaya belajar yang berbeda dapat terakomodir kebutuhan belajarnya. Sebut saja murid saya yang bernama J, memiliki gaya belajar audio visual. Ketika materi pembelajaran disajikan dalam bentuk tulisan, murid  tidak mampu memahami apa yang tersirat dalam tulisan tersebut. Murid merasa bingung walaupun telah beberapa kali membacanya. Akan tetapi, ketika materi pembelajaran disajikan dalam bentuk audio visual, murid mampu dengan cepat memahaminya. Begitu juga dengan murid saya yang bernama B, yang memiliki gaya belajar visual yang mana akan cepat memahami sebuah materi dalam bentuk gambar daripada tulisan.

 

Langkah awal yang saya lakukan untuk menerapkan model pembelajaran berdiferensiasi ini adalah melakukan pemetaan kebutuhan belajar murid. Dalam melakukan pemetaan kebutuhan belajar murid ini, saya lakukan langsung melalui pengamatan dan sebuah kuisioner tentang minat dan hobi murid-murid. Langkah selanjutnya adalah merancang pembelajaran dengan menentukan tujuan pembelajaran terlebih dahulu, kemudian membuat konten pembelajaran. Konten pembelajaran tersebut dibuat dalam berbagai bentuk yaitu tulisan, gambar, peta pikiran, video dan rekaman audio. Selanjutnya, menentukan proses pembelajarannya yaitu aktifitas yang dilakukan murid dalam mengakses konten pembelajaran yaitu secara mandiri, kelompok, diskusi, wawancara, pengamatan, maupun praktik. Kemudian  menentukan produk yang dihasilkan bisa dalam bentuk tulisan, gambar, rekaman video, rekaman audio

 

Maka ketika saya  melaksanakan pembelajaran dengan salah satu tujuan pembelajaran yaitu “Murid mampu menceritakan salah satu tokoh penemu terkenal”, murid saya berikan kebebasan untuk menentukan siapa tokoh penemu terkenal yang akan mereka  ceritakan. Murid B yang memiliki hobi berolahraga, memilih tokoh penemu terkenal yang menemukan permainan bola basket. Murid J yang memiliki hobi menyanyi, memilih tokoh penemu terkenal yang menemukan alat musik. Murid P yang menyukai pelajaran IPA, memilih tokoh penenmu terkenal yang menemukan bola lampu pijar. Demikian juga ketika murid-murid mencari informasi tentang tokoh penemu terkenal, murid-murid diberikan kebebasan untuk menemukan informasi baik melalui buku-buku diperpustakaan maupun melalui media internet dan juga video yang diberikan. Alhasil produk yang dibuat murid pun beranekaragam. Ada yang membuatnya dalam bentuk tulisan, ada yang membuatnya dalam bentuk lisan kemudian direkam berupa rekaman audio dan ada juga murid yang membuatnya dalam bentuk rekaman video langsung ketika mereka bercerita. Saya memberikan penilaian bukan berdasarkan kepada media atau alat  yang digunakan murid dalam membuat produk. Kalau penilaiannya berdasarkan kepada media atau alat yang digunakan tentunya akan ada murid yang dirugikan. Karena biasanya akan memberikan nilai yang lebih tinggi kepada murid yang membuat video daripada murid yang membuat tulisan. Tentu ini akan tidak adil karena tujuan pembelajarannya bukan tentang medianya tapi tentang kemampuan murid untuk menceritakan tokoh penemu terkenal. Nah, penilaiannya jelas kepada struktur kalimat dan tata bahasa baik itu yang diceritakan melalui tulisan, rekaman audio maupun rekaman video.

 

Ahamdulilah, setelah saya menerapkan model pembelajaran berdiferensiasi semangat belajar murid menjadi meningkat yang tentunya dibarengi juga oleh ketercapaian tujuan pembelajaran secara maksimal. Murid belajar dengan senang dan merasa bahagia karena apapun yang mereka lakukan dan kerjakan dihargai dan diapresiasi dengan baik. Melalui tulisan yang sangat singkat dan sederhana ini, saya berbagi praktik baik yang telah dilakukan dikelas saya sendiri. Saya berharap semoga hal ini mampu menjadi salah satu inspirasi sahabat-sahabat guru hebat untuk melakukan sebuah perubahan.

Ikuti tulisan menarik Suyatna, S.Pd lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu