x

Pembukaan sekolah kembali kerap dianggap sebagai suatu hal yang berisiko

Iklan

Wahyu Nur Saputra

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 23 November 2021

Jumat, 26 November 2021 08:59 WIB

Talents Mapping: Menemukan Bakat, Mengasahnya, Kemudian Menjadi ‘Senjata Khas’ untuk Menjadi Siswa yang Kompeten, Cerdas, dan Berbudi Luhur


Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Merdeka Belajar merupakan program kebijakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemendikbud RI) yang telah dicanangkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Bapak Nadiem Anwar Makarim, memiliki esensi kemerdekaan berpikir. Kemerdekaan berpikir ini, harus dimulai dari sisi para Guru yang kemudian bisa menerapkannya pada siswa.

Kebijakan Merdeka Belajar tersebut, memiliki konsep membentuk siswa yang kompeten, cerdas untuk Sumber Daya Manusia (SDM) bangsa, dan berbudi luhur, dengan motto Merdeka Belajar, Guru Penggerak. Dari konsep tersebut, akan dilakukan perubahan pada sistem pembelajaran yang tidak hanya berfokus pada pembelajaran indoor, tetapi juga outdoor. Selain itu, pembelajaran akan dibuat lebih nyaman dengan lebih banyak memberi kesempatan siswa untuk berdiskusi dengan guru. Kemudian, karakter siswa juga menjadi fokus pada konsep Merdeka Belajar yang dicanangkan Pak Nadiem A. Makarim. Siswa tidak hanya akan dinilai dari sistem ranking semata, akan tetapi juga akan dilihat dari karakternya (kemandirian, keberanian, pandai bergaul, beradab, sopan, dan berkompetensi). Dengan konsep seperti ini, kita dipahamkan bahwa setiap anak memiliki bakat dan kecerdasannya masing- masing.

“... setiap anak memiliki bakat dan kecerdasannya masing- masing”. Poin ini menjadi salah satu awal fokus saya dalam menerapkan merdeka belajar di SMK Telkom Bandung. Salah satu hal mendasar yang perlu kita sadari dan pahami bersama adalah sesungguhnya setiap manusia sangat unik, tidak ada yang sama persis satupun di antara seluruh manusia di muka bumi ini. Sehingga masing- masing manusia merupakan limited edition. Oleh sebab itu, untuk mengoptimalkan potensi setiap orang, khususnya siswa, kita perlu mengetahui data keunikan siswa- siswa kita. Bakat dan kecerdasan yang Allah titipkan ini bisa terus kita asah. Bakat yang terasah inilah yang kemudian bisa kita jadikan ‘senjata khas’ pribadi kita. Setelah mengetahui minat dan bakat, berikutnya dapat kita formulasikan threatment yang tepat untuk masing- masing siswa kita.

Seperti yang sebagian kita alami bersama, paradigma keluarga dan masyarakat yang di sebagian daerah masih “mewajibkan” anak dan warganya yang nilai matematikanya 9 adalah anak yang pintar dan akan sukses masa depannya. Dan berlaku pula sebaliknya. Kondisi ini saya temui ketika saya berdomisili di Yogyakarta hingga tahun 2008 dan di Bandung hingga saat ini. Tidak menutup kemungkinan, hal ini juga terjadi di daerah yang lain. Di sinilah dibutuhkan peran kita sebagai guru yang diharapkan mampu menjadi katalis atau agen perubahan pendidikan di daerahnya masing- masing yang salah satunya bisa dilakukan dengan cara membuka ruang diskusi positif dan ruang kolaborasi antar guru dan pihak- pihak terkait baik di dalam dan di luar sekolah dalam meningkatkan kualitas pembelajaran.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan


Untuk dapat memahami bakat sebagai bagian psikologis yang menggambarkan sifat, karakteristik, dan keunikan siswa serta memahami kekuatan sebagai wilayah aktivitas unggul dan konsisten, perlu dilakukan identifikasi awal dan memetakan bakat siswa (talents mapping). Memahami bakat siswa menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan dalam kebijakan merdeka belajar. Dengan memahami bakat, setiap siswa akan:
1.    Muncul dorongan yang kuat untuk melakukan aktivitas,
2.    Mengetahui potensi diri dan sumber produktivitas dalam hidupnya,
3.    Mengembangkan bentuk ekspresi dirinya seiring pengalaman dan pendewasaan
4.    Menemukan cara penyaluran bakatnya setiap waktu.


Setelah mengetahui bakatnya, akan memunculkan kekuatan setiap siswa untuk menemukan aktifitas produktif yang nantinya aktifitas produktif tersebut dapat siswa lakukan dengan mudah, menyenangkan, berkualitas, dan bermanfaat. Selain itu, guru juga perlu mengetahui pola pikir, pola perasaan, dan pola perilaku yang alami dari setiap siswa. Kemudian, guru juga perlu mengetahui ragam kekuatan yang paling potensial untuk dikembangkan setiap siswa.


Sebagai bagian dari golden triangle system (Sekolah/ Guru, Orang Tua, dan Siswa), kita perlu melakukan identifikasi bakat yang kita miliki, khususnya siswa. Inilah hal pertama yang perlu dilakukan setiap lembaga pendidikan. Identifikasi minat bakat bisa dilakukan pada saat awal siswa diterima di jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP)/ sederajat atau Sekolah Menengah Atas/ Kejuruan (SMA/ K)/ sederajat. Hal ini perlu dilakukan untuk mengetahui sedini mungkin bakat yang dimiliki setiap siswa. Hasil dari identifikasi awal ini yang kemudian bisa dijadikan salah satu dasar guru, orang tua, dan masyarakat dalam melihat siswa/ anak sebagai individu yang merdeka, yang kita dorong menjadi siswa yang kompeten, cerdas untuk Sumber Daya Manusia (SDM) bangsa, dan berbudi luhur. Bahkan, Sekolah/ Guru, Orang Tua, dan Siswa bisa menemukan threatment yang tepat untuk meningkatkan potensi diri siswa.


Setidaknya hal tersebut merupakan salah satu yang saya lakukan bersama rekan- rekan di SMK Telkom Bandung. Kami menggunakan tools Talents Mapping ST30 dari Abah Rama Royani, untuk mengetahui minat dan bakat siswa. Selain itu, saya juga mengikuti pelatihan Talents Mapping untuk belajar dan lebih memahami konsep talents mapping.

Ikuti tulisan menarik Wahyu Nur Saputra lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler