x

Iklan

Rivalena rivalena

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 27 November 2021

Minggu, 28 November 2021 14:44 WIB

Secercah Harapan Usai Pandemi

Menghasilkan peserta didik yang berkarakter adalah impian setiap pendidik . Masa pendemi ini telah membunuh sebagian karakter peserta didik kami dari hampir semua aspek .

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Jika kita membandingkan karakter peserta didik zaman dahulu diera 80 sampai 90 an dengan karakter peserta didik diera milenial sekarang ini sangat terlihat perbedaan yang mencolok . Dapat kita rasakan sebagai pendidik saat peserta didik mengalami kesulitan baik itu dalam belajar dan dalam kehidupannya pendidik masih dicari peserta didik untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya.Namun sekarang peserta didik cendrung ingin menyelesaikan masalahnya sendiri melalui smart phone dengan menyendiri , sehingga hal ini mengakibatkan banyak hal buruk yang kita temui dalam keghidupan peserta didik kita .Hamil diluar nikah akibat pergaulan bebas selalu ada ditemukan hampir setiap tahunnya dan hal ini tidak pernah kita temukan diera yang lalu . Ini satu contoh saja selain tawuran antar pelajar, merokok, minuman keras dan lain sebagainya . Penguatan nilai-nilai karakter yang dilaksanakan dalam pembelajaran baik intrakurikuler maupun ekstrakurukuler untuk pendalaman dan/ atau pengayaan tidak dapat sepenuhnya dilakukan dimasa pandemic ini . Sama halnya Kamisa, menjelaskan karakter sebagai serangkaian sifat – sifat bawaan yang meliputi akhlak , budi pekerti, serta sifat yang terkait dengan kejiwaan, yang dapat menjadi simbol pembeda antara individu yang satu dengan individu lainnya. Bagaimana kita pendidik mengetahui dan memahami karakter individu masing masing peserta didik yang tentunya memiliki keunikan masing masing .Hal inilah sepertinya menghilang dimasa pandemic ini . Kepribadian dan watak inilah yang akan dibentuk menjadi pribadi yang sesuai dengan nilai nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat sekolah , namun masa pandemic ini telah “menghancurkan karakter “ dimana sebagai pendidik tidak dapat mengenal anak secara langsung dalam membentuk kepribadian mereka menjadi pribadi yang disiplin, tanggung jawab , relegius , nasionalis , peduli lingkungan , berjiwa wirausaha dan lainnya Dimasa pembelajaran normal karakter karakter itu dapat terbentuk dan terukur , misalnya membentuk karakter dapat dilakukan , setiap pembelajaran jam ke nol setiap siswa akan tiba disekolah sebelum pukul 07.00 pagi, tepatnya 6.30 untuk melaksanakan kegiatan literasi, tilawah serta yasin bersama , maka sudah dapat terbentuk karakter disiplin karna datang tepat waktu, menyimpulkan literasi bacaan terbentuk karakter tanggung jawab , karakter relegius dan nasinalisme upacara setiap senin serta peduli lingkungan dengan operasi semut sebelum peserta didik masuk kelingkungan sekolah , dan selalu diingatkan utk kepedulian juga jiwa social peserta didik dilatih untuk selalu berbagi dengan jumat barokahnya. Menghasilkan peserta didik yang berkarakter adalah impian setiap pendidik . Masa pendemi ini telah membunuh sebagian karakter peserta didik kami dari hampir semua aspek , sebagai pendidik tentunya tidak akan pernah lelah dalam mengingatkan selalu kepada peserta didik , tapi apalah daya dengan alasan jaringan quota karna banyak peserta didik yang berada dikampung halaman masing masing yang jauh jangkauan dipedesaaan dalam menerima pembelajaran, tentunya masalah jaringan menjadi factor utama dalam pembelajaran.Penyaluran quota yang tidak selalu didapat peserta didik , sehinggga orang tua harus mengeluarkan dana khusus dalam penyediaan quota belajar . Sebagian besar orang tua peserta didik kami merupakan oang tua yang berpenghasilan menengah kebawah yang berprofesi sebagai buruh harian lepas , bagaimana bisa kami bisa memaksakan kehendak hanya sebelah pihak saja tanpa memikirkan penghidupan mereka , pandemic ini juga melumpuhkan perekonomian orang tua peserta didik kami yang memang sudah dibawah semakin terpuruk .Peran orang tua juga harus dituntut untuk menyiapkan atau menyisihkan dana dalam penyediaan quota anaknya , memikirkan kehidupan harian keluarga mereka memang terasa semakin sulit dan menghimpit. Kemampuan guru dalam menyampaikan pembelajaran juga harus menyesuaikan dengan keadaaan ini, memilih metoda yang dirasa pas , namun tidak maksimalnya pembelajaran secara daring ini membuat juga sebagian pendidik juga merasa kehabisan ide bagaimana agar pembelajaran yang disajikan akan lebih menarik bagi peserta didik sehingga disaat pembelajaran semua peserta didik hadir dan dapat mengikuti pembelajaran dengan baik, namun pada kenyataannya hanya sebagian kecil dari siswa dikelas yang dapat secara aktif mengikutinya sedangkan yang lain terkendala jaringan dan lainnya . Pada akhirnya pembelajaran daring ini tidaklah mampu menggapai pembentukan perilaku , watak peserta didik yang menjadi impian pendidik dimasa depan, jikalau pandemic ini masing terus ada , dunia pendidikan dalam bahaya dilihat dari pembentukan karakter peserta didik , Jika pembelajaran daring masih terus berlanjut tanpa pembelajaran tatap muka , pendidik tidak mengenali peserta didik yang diajar dan juga sebaliknya , apakah hasil dari pembelajaran yang didapat benar benar telah dikuasai oleh peserta didik , karna pendidik tahu tugas tugas yang diberikan bisa saja dikumpulkan hasil kerjaan orang lain , bukan atas kemampuan dan kemauaannya sendiri. Mudah mudahan pemerintah melalui mas mentrinya bisa melihat pembelajaran yang dilaksanakan sekarang lebih menurun dibanding pembelajaran tatap muka jika dilihat dari pembentukan karakter dan penguasaan peserta didik terhadap materi yang diajarkan , karna memupuk kesadaran akan pentingnya ilmu tentu akan berbeda diantara peserta didik sekolah dasar, menengah dan atas , propinsi, kota , kabupaten , kecamatan samapai tingkat desa tentu punya problematic yang berbeda , Jadi memandang ini harus disesuaikan dengan kondisi yang ada tidak dapat disamakan antara satu aspek dengan yang lainnya . Jadi pemerintah juga sudah harus memikirkan kurikulum darurat bencana , misalnya hanya mengembangkan life skill atau ketrampilan hidup , misalnya dalam pembelajaran agama islam siswa hanya diminta untuk melakukan kegiatan keagamaan yang yang dapat menumbuhkan karakter relegius pada peserta didik dengan dipantau pendidik, orang tua , untuk pelajaran PPKn peserta didik diminta untuk mengembangkan salah satu sila Pancasila dalam kehidupannya dengan kegiatan sosialnya dimasyarakat nya , Matematika siwa dapat diminta untuk menekuni pengukuran yang tepat dalam pengolahan makanan dan lain lain . Sehingga nantinya dapat menjadi bekal dan kecakapan hidup peserta didik .

Ikuti tulisan menarik Rivalena rivalena lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler