x

Iklan

Siti Asiah

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 28 November 2021

Minggu, 28 November 2021 16:39 WIB

Praktik Baik Merdeka Belajar Bidang Kewirausahaan

SMA PGRI 2 KAYEN, sebuah sekolah di pinggiran Kabupaten Pati Provinsi Jawa Tengah. Sekolah ini termasuk sekolah “mewah” karena letaknya yang mepet sawah. Sebagai sekolah swasta yang berada di pinggiran dan desa, sudah seharusnya sekolah memiliki nilai plus untuk mendongkrak namanya di masyarakat agar eksistensinya tetap terjaga.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Oleh : Siti Asiah Guru Mapel Prakarya dan Kewirausahaan

Sekolah Riset dan Vokasi

Sejak tahun 2010, sekolah ini sudah menggaungkan sebagai sekolah riset dan vokasi. Artinya, selain sekolah menyelenggarakan pengajaran secara umum, sekolah juga memberikan tambahan pelajaran ketrampilan hidup yang disebut dengan life skill, yang bebas dipilih oleh seluruh peserta didik yang ada di sekolah. Tidak main-main, life skill yang ditawarkan tidak hanya satu atau dua macam saja, tapi ada 10 life skill menyesuaikan minat dan bakat siswa. Life skill tersebut antara lain tata boga, tata busana, sinematografi, tata rias, elektronika, musik, otomotif, Bahasa Korea dan sablon.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Peserta didik di sekolah kami sangat beragam, akan tetapi bisa dikatakan hampir 70% persen berasal dari keluarga menengah ke bawah dan bisa dipastikan tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Hal ini adalah salah satu alasan yang mendasari branding vokasi atau kewirausahaan dari sekolah kami. Sekolah memiliki kewajiban untuk menyiapkan peserta didik yang tidak melanjutkan kuliah agar siap untuk masuk ke dunia kerja dan mendorong mereka agar berani dan mandiri untuk berwirausaha diatas kaki mereka sendiri, dengan bekal pengetahuan dan ketrampilan yang mereka dapatkan dari pelajaran life skill dan kewirausahaan.

Yah, jauh sebelum Mas Menteri menggaungkan merdeka belajar dan memasukkan mata pelajaran parakarya dan kewirausahaan sekolah kami sudah menerapkan hal tersebut. Saya akan berbagi pengalaman cara memerdekan siswa melalui mata pelajaran prakarya dan kewirausahaan serta dibarengi dengan life skill tata boga. Gaung merdeka belajar yang memberikan kebebasan kepada guru untuk bertindak dan berinovasi dalam proses belajar mengajar jelas sekali terasa dalam pelajaran yang saya ampu.

Dalam satu tahun pelajaran, jumlah siswa yang mengikuti life skill tata boga adalah 40 sampai dengan 50 siswa baik laki-laki maupun perempuan. Materi yang diajarkan antara lain perencanaan usaha kuliner, pembuatan produk, pembuatan branding produk, legalisasi produk, pemasaran melalui offline maupun online, dan penjualan produk.

Merdeka Belajar Seperti Apa Yang Dilakukan?

Teknis pembelajarannya adalah dalam satu minggu siswa diberikan alokasi waktu 3 jam pembelajaran untuk praktek life skill dan 2 jam pelajaran untuk teori prakarya dan kewirausahaan di kelas.  Dalam 3 jam pelajaran itu, siswa secara berkelompok melakukan praktek pembuatan produk. Nah, dalam life skill tata boga, pada minggu sebelumnya guru memberikan tema tentang produk apa yang akan dipraktekkan. Materi-materi persiapan dituangkan dalam modul dan jobsheet serta diunggah melalui google calssroom. Produk-produk kuliner yang dibuat menyesuaikan trend yang ada di pasaran.

Secara berkelompok siswa membuat perencanaan mengenai bahan dan alat yang dibutuhkan untuk praktek, dan bagian paling penting mereka harus bisa menyusun konten promosi produk yang mereka buat melalui wa bisnis, instagram maupun facebook.  Kelompok kecil ini layaknya perusahaan mikro, yang berusaha untuk mengembalikan modal yang mereka keluarkan dan memperbesar keuntungan yang mereka dapatkan dalam periode satu semester.

Metode ini sangat berhasil, setiap kelompok dalam satu pertemuan bisa mencatatkan omzet sebesar 200 ribu sampai dengan 300 ribu. Dan pada akhir semester, mereka akan membagikan keuntungan ratusan hingga jutaan rupiah sesuai dengan omzet penjulan yang dapat mereka capai dalam satu semester tersebut.  

Pada waktu siswa kelas xii, peserta didik akan menyusun proyek akhir sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan serifikat life skill tata boga. Mereka akan menyusun Perencanaan Usaha Kuliner dengan memanfaatkan potensi bahan lokal yang ada di Kabupaten Pati dan dibuat menjadi produk yang memiliki nilai tambah dibandingkan dengan produk yang sudah ada di pasaran. Perencanaan usaha yang disusun meliputi produk yang akan dibuat, resep modifikasi, brand/merk, kemasan, legalitas produk dan rencana pemasaran yang akan dilakukan. Untuk pengurusan legalitas produk, sekolah bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten dalam hal pelatihan P-IRT, sedangkan untuk pemasaran produk menjalin kerjasama dengan Dinas Koperasi dan UMKM serta komunitas UMKM yang ada di Kabupaten Pati.

 Kerjasama ini sangat bermanfaat sebagai jaminan bahwa produk yang dihasilkan oleh siwa dapat dipasarkan secara luas. Semua langkah ini ditempuh agar siswa dapat difasilitasi secara maksimal, percaya diri dan bisa mengembangkan bakat minatnya secara menyeluruh. Menyaksikan peserta didik sebagai pribadi yang berkembang, mandiri, percaya diri merupakan salah satu kebahagiaan paling utama sebagai pendidik. Gaung merdeka belajar bagi pendidik dan peserta didik semoga bukan hanya jargon yang kosong.

Ikuti tulisan menarik Siti Asiah lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Sabtu, 27 April 2024 14:25 WIB

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Sabtu, 27 April 2024 14:25 WIB