x

Iklan

sif han

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 23 November 2021

Selasa, 30 November 2021 13:40 WIB

Perasaanku yang Salah atau Dunia yang Jahat?

a short story about someone who fall in love with the wrong person

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Fall For The Wrong Person

Cinta mungkin adalah sesuatu yang terlihat sederhana namun sangat didapat oleh setiap insan di dunia. Satu hal sederhana yang dapat membuat seseorang mabuk akan rasa yang muncul setelahnya. Satu hal yang sangat sederhana yang dapat membuat seseorang melupakan jati dirinya. Satu hal yang terlihat mudah untuk dilakukan seseorang untuk mencapai surga dunia. Namun nyatanya cinta tidak sesederhana memberi apa saja yang kau kasihi inginkan, tidak sesederhana sepatah kalimat “Aku cinta kamu”. Cinta tidak semudah membalik telapak tangan, tidak semudah memberi apa pun yang orang kau kasihi inginkan. Cinta itu rumit, serumit engkau mencari jarum di tumpukan jerami. Cinta itu mustahil, bak ikan di atas langit. Ada perjuangan yang harus engkau lalui untuk mendapatkannya. Entah akan berakhir dengan kau yang mendapatkan cintamu atau kau harus merelakannya pergi.

Entah apa yang aku lakukan sekarang. Berdiri di bawah derasnya hujan sambil menggenggam setangkai bunga mawar merah di tangan. Berniat untuk menyatakan cinta pada gadis pujaanku, yang sudah pasti tidak berjalan dengan yang direncanakan. Di sana, aku melihatnya bersama orang lain yang aku yakini adalah kekasihnya. Terlihat bagaimana cara ia tersenyum kepada pria di depannya, bagaimana ia melihat prianya dengan tatapan yang memancarkan cinta di setiap detiknya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Aku ingat pertama kali merasakan cinta. Aku dengan amat baik mengingat saat gelenyar aneh muncul ketika aku menatap netra gadis itu. Melihat senyum manis yang terpatri di wajah cantiknya, mendengar tawa yang sangat merdu masuk ke telingaku, dan pukulan-pukulan kecil yang membuat diriku kaku untuk sesaat. Aku ingat bagaimana aku kehilangan kendali atas tubuhku. Dan aku ingat betapa bahagianya aku saat itu.

Pada satu malam aku selalu saja memikirkan bagaimana aku bisa membahagiakan gadis pujaanku. Memikirkan seribu satu cara untuk membuatnya tersenyum, memikirkan ribuan cara agar aku bisa menghapus air matanya dan selalu berada di sisinya ketika ia merasa sedih. Memikirkan akan betapa bahagianya kami berdua jika bisa hidup bersama selamanya. Namun aku sadar bahwa hal itu mustahil terjadi. Memiliki perasaan padanya saja sudah salah dan aku ingin hidup bahagia berdua hanya dengan dirinya? Sadar bodoh! Hal itu tidak akan terjadi. Gadis sempurna seperti dia pantas bersama seorang pria yang sempurna pula. Bukan dengan orang bodoh sepertimu yang hanya bisa berandai-andai.

Orang bilang cinta tidak harus memiliki, tapi aku tidak mau itu. Aku ingin ia hidup bahagia bersamaku, aku ingin senyumannya hanya milikku, aku ingin tawanya hanya untukku, dan aku ingin melihat netra indahnya setiap aku bangun dari tidurku. Melihat dia bahagia dengan orang lain sangat menyakitkan. Hatiku sakit pun dengan ragaku. Aku tahu aku tidak boleh egois, tapi apa boleh aku egois untuk kali ini? Aku ingin ia berada di sampingku sekarang. Berbagi pelukan hangat denganku.

Cinta itu rumit. Ketika kau sudah yakin akan perasaanmu, Realita akan langsung memukulmu dengan keras menyadarkan bahwa perasaan yang hadir di hatimu sekarang adalah sebuah kesalahan. Sebuah dosa besar nan hina. Kendati demikian, aku tidak masalah dengan itu. Aku tidak masalah dengan dosa nan hina yang Realita katakan padaku. Karena bagiku mencintainya adalah dosa terindah di dalam hidupku.

Suara klakson mobil mengagetkanku yang masih diam berdiri di tempat semula aku melihatnya. “Jangan berdiri di tengah jalan dong” Teriak salah satu pengendara motor yang lewat. Aku bergegas lari berbalik arah untuk pulang, melupakan niat awalku untuk menyatakan cinta kepada gadis di seberang sana yang masih tertawa dengan kekasihnya. Dengan hujan yang masih setia menyembunyikan derai air mataku dari dunia. Mungkin aku akan berterima kasih pada hujan setelah ini.

Masih berjalan dengan lunglai, aku berpikir apakah aku harus egois? Apakah aku harus mengambil kesempatan yang tidak pernah ada itu? Apakah aku harus membuatnya hidup bahagia denganku? Tapi, apakah ia akan hidup bahagia denganku? Bodoh! Kenapa aku tidak memikirkan hal itu? Kenapa aku tidak memikirkan apa yang akan terjadi bila ia hidup bersamaku. Apakah ia akan bahagia seperti apa yang aku andai-andaikan atau justru ia tidak akan merasa bahagia sama sekali karena Realita kehidupan hidup ini?

Sejenak aku berpikir di bawah hujan yang makin deras, apakah aku harus merelakannya pergi dengan orang lain? Aku ingin ia hidup dengan kebahagiaan di sekelilingnya dan aku tidak ingin ada kesedihan sedikitpun di dalam hidupnya. Tapi, apa yang harus ku lakukan? Melawan dunia? Hahaha itu mustahil. Sangat mustahil sampai-sampai aku ingin menyumpah serapahi dunia. Dunia yang tidak adil padaku, dunia yang jahat padaku, dunia...

Masih dengan hujan yang membasahi bentala, aku terduduk lemas di jalanan sepi. Menyadari bahwa tidak akan ada kesempatan untukku. “Kenapa? Kenapa harus seperti ini?” kataku tidak terima pada dunia. “Apa ini akhir dari segalanya?” Bertanya pada semesta lantas aku bangkit dari duduk dan berniat mengakhiri semuanya. Perjuanganku, pengorbananku, bahkan cintaku yang aku sendiri tidak yakin apa aku bisa mengakhirinya atau tidak.

Mungkin ini adalah keputusan yang tepat untuk aku dan dia. Dia bersama pilihannya dan aku bersama pilihanku. Pergi jauh ke antah berantah bersama dengan perasaan yang semakin menggerogoti raga dan hatiku. Di satu sisi berharap jika perasaan ini hanyalah perasaan yang singgah untuk sesaat dan bukan perasaan yang akan menetap selamanya di hatiku. Tapi disisi lain aku tidak yakin jika ini hanyalah perasaan yang singgah sesaat melihat betapa aku mencintainya. Lagi pula perasaan ini adalah tanggung jawabku pun dengan dosa yang akan aku tanggung nantinya. Aku tidak ingin ia ikut bertanggung jawab dengan perasaan bodohku ini dan aku terlampau yakin bahwa ia pasti akan bahagia walau bukan bersamaku. Katakanlah aku bodoh karena mencintai orang yang salah dan aku rela hidup dengan kebodohan itu.





Ikuti tulisan menarik sif han lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu