x

Kegiatan siswa saat mengikuti Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dari rumah. (Foto: Dokumentasi Penulis)

Iklan

PAULINA ERICA SEPTIANINGRUM, S.Pd.

Guru SLB Negeri Sambirejo, Nganjuk, Jawa Timur
Bergabung Sejak: 28 November 2021

Rabu, 1 Desember 2021 13:39 WIB

Penerapan Pembelajaran Jarak Jauh bagi Anak Berkebutuhan Khusus: Apakah Efektif?

Pandemi COVID-19 yang telah terjadi sejak akhir tahun 2019 lalu telah banyak mengubah pola kehidupan masyarakat di seluruh dunia, termasuk dalam bidang pendidikan. Sebagai guru SLB yang terbiasa mengajar tatap muka secara langsung, mau tidak mau harus menggunakan model pembelajaran baru untuk mengantisipasi penularan virus, salah satunya adalah Pembelajaran Jarak Jauh. Lalu yang menjadi pertanyaan adalah, apakah penerapan pembelajaran jarak jauh bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) sudah cukup efektif menggantikan pembelajaran tatap muka atau justru tidak efektif?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

        “Bu Erica, saya mengucapkan terimakasih atas bimbingannya selama ini. Saya jadi tahu materi yang diajarkan untuk Caroline dan bagaimana cara mengajarkannya di rumah.”

        (Wali murid Caroline, kelas 2 B SLBN Sambirejo)

        “Bu Erica, mohon maaf Vira lagi mogok belajar. Pengennya cuma main terus sampai sore, pas saya suruh ngerjakan tugas malah nangis. Nanti sore saya coba ajak belajar lagi ya bu.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

        (Wali murid Elvira, kelas 2 B SLBN Sambirejo)

        Begitulah sebagian respon orang tua siswa yang saya ampu selama proses Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Sebagian orang tua merespon pelaksanaan PJJ dengan baik, namun ada juga orang tua mengeluhkan anaknya yang tidak mau belajar di rumah sehingga menganggap pelaksanaan PJJ kurang efektif dibanding pembelajaran dengan tatap muka. Lalu yang menjadi pertanyaan adalah, apakah penerapan pembelajaran jarak jauh bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) sudah cukup efektif menggantikan pembelajaran tatap muka atau justru tidak efektif?

        Pandemi COVID-19 yang telah terjadi sejak akhir tahun 2019 lalu telah banyak mengubah pola kehidupan masyarakat di seluruh dunia, termasuk dalam bidang pendidikan. Sebagai guru SLB yang terbiasa mengajar tatap muka secara langsung, mau tidak mau harus menggunakan model pembelajaran baru untuk mengantisipasi penularan virus, salah satunya adalah Pembelajaran Jarak Jauh. Menurut Peraturan Menteri No. 7 Tahun 2020, Pembelajaran Jarak Jauh atau yang disingkat dengan PJJ adalah proses belajar mengajar yang dilakukan secara jarak jauh melalui penggunaan berbagai media komunikasi. Pelaksanaan PJJ tentunya tidak lepas dari program Merdeka Belajar, karena dalam pelaksanaannya PJJ menggunakan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) guna memfasilitasi komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa, serta siswa dapat belajar dimana saja dan kapan saja secara mandiri. Hal ini menjadi tantangan baru bagi guru SLB dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar setiap harinya. Meskipun akhir-akhir ini sudah mulai dilakukan Pembelajaran Tatap Muka secara Terbatas (PTMT), tetapi masih terdapat beberapa daerah yang menerapkan model PJJ. Lalu bagaimana penerapan PJJ bagi ABK di SLB, khususnya di SLBN Sambirejo? Apa saja hambatan yang ditemui selama penerapan PJJ dan bagaimana cara mengatasinya? Apakah PJJ yang diterapkan sudah efektif bagi ABK?

        Sebelum terjadi pandemi, kegiatan belajar mengajar biasanya dilaksanakan di sekolah dengan cara tatap muka langsung. Guru memberikan materi akademik, non akademik, maupun program khusus dengan menghadapi siswa secara langsung. Namun semenjak terjadinya pandemi, guru dan siswa terpaksa tidak dapat melakukan pembelajaran secara tatap muka sehingga guru harus menemukan cara untuk memberikan pembelajaran yang tetap bermakna bagi ABK di tengah kondisi pandemi COVID-19, salah satunya dengan menerapkan model PJJ. Sebagai guru bagi ABK yang pernah menerapkan model PJJ saat pandemi, awalnya saya menggunakan metode pembelajaran dalam jaringan (daring). Di sini saya memanfaatkan gawai dan jaringan internet selama pelaksanaan PJJ. Saya membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) kemudian saya kirim ke grup wali murid whatsapp dalam bentuk file pdf. Orang tua akan mengirimkan hasil pekerjaan anak melalui grup whatsapp baik berupa foto atau video, dan saya memberikan timbal balik atau masukan. Terkadang saya juga menelepon wali murid satu persatu untuk menanyakan kabar anak-anak dan hambatan apa saja yang dialami selama melakukan pembelajaran di rumah. Setelah mendapat izin untuk mengadakan tatap muka secara terbatas, di sini saya memadukan metode pembelajaran blended learning atau campuran antara dalam jaringan (daring) dan luar jaringan (luring). Saya bersepakat dengan wali murid untuk masuk kelas 2-3 kali seminggu, sisanya dilakukan dengan PJJ dengan memberikan LKS yang sudah di-print kepada wali murid. Hasil pekerjaan anak dapat dikirimkan melalui grup whatsapp berupa foto atau video atau diberikan langsung ketika ada jadwal tatap muka di sekolah. Saya memberikan timbal balik atau masukan dengan berdiskusi secara langsung atau melalui grup whatsapp.

        Selama menerapkan model PJJ, saya menemukan beberapa rintangan yang terjadi, baik pada guru, orang tua, maupun siswa. Pertama, tidak semua orang tua atau siswa memiliki fasilitas telepon genggam sehingga menghambat guru untuk memberikan materi melalui daring. Guru kesulitan memberikan materi kepada siswa karena ketiadaan fasilitas teknologi sehingga siswa tidak dapat menerima materi sebagaimana mestinya. Biasanya guru mengatasi hal tersebut dengan meminta orang tua siswa mengambil Lembar Kerja Siswa (LKS) di sekolah setiap satu atau dua minggu sekali atau melakukan kunjungan ke rumah siswa (home visit) dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi. Kedua, jika orang tua memiliki fasilitas telepon genggam, tidak semua orang tua paham teknologi. Saya menjumpai beberapa orang tua siswa di sekolah kami yang sudah memiliki telepon genggam namun hanya sebatas menggunakan telepon dan SMS atau aplikasi whatsapp. Padahal, beberapa guru terkadang menggunakan aplikasi pertemuan daring seperti Google Meet atau Zoom untuk memudahkan guru berinteraksi dengan siswa dalam PJJ. Maka dari itu, mayoritas guru di sekolah kami menggunakan aplikasi whatsapp sebagai media penyampaian materi kepada siswa, karena aplikasi itulah yang dapat diakses oleh kebanyakan orang tua siswa. Ketiga, tidak semua guru atau pendidik “melek” dengan teknologi. Platform pertemuan daring seperti Zoom atau Google Meet adalah aplikasi yang baru dimanfaatkan ketika membutuhkan kegiatan belajar, berkumpul, atau rapat secara virtual yang dapat diakses melalui telepon genggam atau laptop. Guru senior di sekolah kami selalu mengalami kesulitan untuk mengakses aplikasi tersebut ketika membutuhkannya. Belum lagi teknologi-teknologi pembelajaran lainnya yang perlu dipelajari oleh guru sehingga mereka membutuhkan waktu untuk mempelajari dan mengaksesnya. Hal ini kami atasi dengan cara meminta bantuan guru yang lebih ahli untuk mengajarkan cara mengakses aplikasi pertemuan daring atau aplikasi pembelajaran lainnya, sehingga lama-kelamaan akan terbiasa mengaksesnya. Keempat, tidak semua siswa mau belajar di rumah. Kami menerima beberapa keluhan dari orang tua dimana anaknya tidak mau belajar karena berbagai macam alasan. Masalah tersebut kami atasi dengan meminta orang tua tidak memaksa anak mengerjakan tugas dan dapat diganti dengan tugas-tugas lain yang bersifat praktik, misalnya mengajak anak mempraktikkan cara mencuci tangan yang benar atau membersihkan rumah seperti menyapu, mengepel, mencuci, dan lain-lain. Hal tersebut dilakukan mengingat PJJ adalah pembelajaran yang disesuaikan dengan siswa, tergantung dari situasi dan kondisi maupun rintangan yang dihadapi oleh guru, orang tua, maupun siswa, sehingga diharapkan pembelajaran yang diberikan adalah pembelajaran yang dapat bermanfaat bagi siswa.

        Dari rintangan yang ada, sekolah dapat menggunakan berbagai strategi yang disesuaikan dengan karakteristik belajar siswa. Berdasarkan pengalaman sekolah kami selama menerapkan PJJ, terdapat beberapa strategi pembelajaran yang dapat diterapkan. Pertama, menyusun materi pembelajaran yang disesuaikan dengan masing-masing kebutuhan dan kemampuan siswa (individualisasi). Setiap siswa memiliki bakat, potensi, dan minat belajarnya masing-masing sehingga tugas guru dan orang tua adalah membantu mengembangkannya agar menjadi bekal keterampilan yang bermanfaat bagi kehidupannya kelak. Kedua, mengadakan kerjasama antara guru, siswa, dan orang tua siswa selama pelaksanaan PJJ. Guru bersepakat dengan orang tua mengenai materi apa saja yang akan diajarkan ke siswa, dengan catatan orang tua harus mengawasi dan membimbing anak selama belajar di rumah. Guru juga menyarankan agar anggota keluarga yang lain misalnya kakak dan adik atau teman-teman di lingkungan sekitar anak dapat diajak belajar bersama sehingga tercipta semangat kekeluargaan dan keakraban. Ketiga, memanfaatkan media pembelajaran yang menarik bagi anak. Media pembelajaran yang digunakan harus bisa menyampaikan isi materi secara jelas dan memotivasi anak untuk terlibat aktif dalam pembelajaran. Media pembelajaran yang akan digunakan harus disesuaikan dengan karakteristik belajar anak, contohnya media visual yang melibatkan indra penglihatan bagi anak tunarungu, media audio yang melibatkan indra pendengaran bagi anak tunanetra, dan media audiovisual yang dapat digunakan untuk anak tunagrahita, tunadaksa, dan autis. Keempat, terus membangun komunikasi antara guru dan orang tua dan siswa demi kelancaran pelaksanaan PJJ.

        Berdasarkan penjelasan di atas, efektif atau tidaknya pembelajaran jarak jauh bagi ABK kembali ke penerapannya masing-masing. Semua strategi pembelajaran yang digunakan untuk mengatasi berbagai rintangan yang ada selama pelaksanaan PJJ adalah baik, tinggal bagaimana sekolah mengimplementasikannya ke dalam proses belajar mengajar secara daring maupun luring. Pada masa pandemi ini memang tidak mudah bagi bapak ibu guru untuk mengajar siswa, namun kita harus tetap semangat menghadapi kondisi pandemi ini dan selalu yakin bahwa pandemi akan segera berakhir sehingga kita dapat mengajar anak-anak lagi secara tatap muka seperti biasanya.

Ikuti tulisan menarik PAULINA ERICA SEPTIANINGRUM, S.Pd. lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu