x

Gambar oleh jodeng dari Pixabay

Iklan

Indrato Sumantoro

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 30 Juli 2021

Kamis, 2 Desember 2021 17:52 WIB

Harga Aspal Minyak Impor Naik, Siapa Peduli?

Harga aspal di bulan Januari 2021 adalah sebesar US$ 420 per ton. Harga aspal di bulan Desember 2021 melonjak naik menjadi US$ 538 per ton. Ini berarti dalam hampir 1 tahun telah terjadi kenaikan harga aspal sebesar US$ 118, atau sekitar 28 %. Secara sederhana dapat kita asumsikan kalau Indonesia mengimpor rata-rata 1 juta ton aspal minyak per tahun, maka devisa negara yang harus dikeluarkan untuk membeli aspal minyak impor akan naik menjadi jauh lebih besar. Semakin lama ditunda-tunda upaya-upaya pemerintah untuk mewujudkan aspal Buton menggantikan aspal minyak impor, maka potensi kumulatif jumlah total besar kerugian negara tersebut akan semakin membengkak. Dan hal ini tidak boleh dibiarkan sama sekali terjadi lagi. Karena rakyat Indonesia yang akan menanggung besar beban kerugiannya.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Harga aspal minyak impor naik di tahun 2021 ini. Siapa peduli? Kelihatannya tidak ada satu orang pun yang peduli. Dalam bahasa Betawinya: “Emangnya gue pikirin?”. Kalau memang benar-benar masih ada orang yang merasa peduli, tentunya berita mengenai kenaikan harga aspal minyak impor di tahun 2021 ini sudah viral di Media-media massa. Aspal minyak impor yang kita gunakan sekarang ini berasal dari residu hasil pengilangan minyak bumi. Kenaikan harga aspal minyak impor ini adalah dampak dari kenaikan harga minyak bumi dunia.

Harga minyak bumi dunia di awal tahun 2021 adalah sekitar US$ 50 per barel. Sekarang di akhir tahun 2021 harga minyak bumi dunia sudah melonjak naik menjadi sekitar US$ 80 per barel. Semua orang menganggap bahwa fluktuasi kenaikan harga minyak bumi dunia ini adalah hal yang wajar dan biasa-biasa saja. Fenomena ini sudah sering dan berulang kali terjadi. Dan selama ini kita baik-baik saja. Orang-orang selalu berpikir bahwa suatu saat nanti harga aspal minyak impor pun pasti akan turun kembali. Jadi untuk apa sekarang ini kita repot-repot memikirkan kenaikan harga aspal minyak impor tersebut?. Harga aspal minyak impor itu akan turun atau naik sesuai dengan prinsip hukum ekonomi supply and demand.

Sejatinya yang harus menjadi perhatian seksama kita sebagai rakyat Indonesia, khususnya rakyat yang tinggal di Pulau Buton, adalah bahwa sejak tahun 1980 an, Indonesia sudah mengimpor aspal minyak. Indonesia mengimpor aspal minyak sejumlah 1 - 1,3 juta ton per tahun selama 40 tahun lebih. Dan jumlah ini akan terus meningkat di tahun-tahun yang akan datang. Jadi kalau sekarang ini ada kenaikan harga aspal minyak impor, maka rakyat Indonesia adalah yang paling dirugikan. Mengapa kita diam saja selama ini? Kita harus peduli dengan adanya kenaikan harga aspal minyak impor ini. Karena sejak tahun 1924 di Pulau Buton sudah ditemukan sumber daya alam aspal alam yang akan mampu menggantikan aspal minyak impor. Mengapa kita tidak memanfaatkan saja aspal alam Buton ini untuk menggantikan aspal minyak impor?

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pertanyaan klasik ini adalah pertanyaan yang jujur yang timbul dari hati yang paling dalam seluruh rakyat yang tinggal di Pulau Buton. Dan mirisnya, mereka sudah hampir 1 abad lamanya hanya bisa menanti dengan pasrah. Mereka sadar bahwa dengan hanya berdiam diri dan menanti abadi tidak akan dapat menyelesaikan masalah. Mereka sebenarnya ingin berjuang untuk mewujudkan mimpi ini. Tetapi mereka tidak tahu arah kemana harus melangkah. Mungkinkah masih ada keajaiban yang akan terjadi?

Orang-orang yang masih merasa peduli dengan adanya kenaikan harga aspal minyak impor ini akan mempertanyakan kepada pemerintah: “Mengapa sumber daya alam aspal Buton tidak kita berdayakan saja agar Indonesia tidak akan selalu dan terus menerus bergantung kepada aspal minyak impor?”. Sebenarnya upaya-upaya pemerintah untuk menggantikan aspal minyak impor dengan aspal Buton sudah maksimal dilakukan sejak lama. Semua daya dan upaya sudah dikerahkan dan dilaksanakan dengan serius dan bersungguh-sungguh. Tetapi kenyataannya memang tidak bisa disangkal lagi bahwa sampai saat ini upaya-upaya pemerintah tersebut tidak juga kunjung membuahkan hasil nyata. Apa rencana pemerintah selanjutnya? Apakah sekarang ini pemerintah sudah merasa frustasi, putus asa, dan menyerah kalah? Bahkan sudah tidak mau peduli lagi dengan apa yang sedang terjadi alias “emangnya gue pikirin?”.

Mungkin momentum kenaikan harga aspal di tahun 2021 yang cukup signifikan ini dapat menjadi cambuk yang sangat menyakitkan bagi pemerintah untuk segera mampu bangkit kembali. Bagaimana caranya? Caranya adalah dengan menghitung berapa besar potensi kumulatif jumlah total kerugian negara yang telah diakibatkan oleh kebijakan-kebijakan impor aspal minyak ini, khususnya yang berkaitan langsung dengan kenaikan harga aspal minyak impor. Data-data ini mungkin akan meningkatkan hormon adrenalin dan energi tersembunyi pemerintah untuk segera mampu berjuang dan berupaya lebih keras, kreatif, dan inovatif untuk mencari solusi-solusi terobosan yang jauh lebih jitu dan tepat sasaran. 

Harga aspal minyak impor di bulan Januari 2021 adalah sebesar US$ 420 per ton. Harga aspal impor di bulan Desember 2021 naik tajam menjadi US$ 538 per ton. Data-data ini diambil dari Maryland Asphalt index, karena sulitya untuk mendapatkan data-data harga aspal minyak impor di dalam negeri. Ini berarti dalam hampir 1 tahun terakhir telah terjadi kenaikan harga aspal minyak impor sebesar US$ 118, atau sekitar 28 %. Secara sederhana dapat kita asumsikan kalau Indonesia mengimpor rata-rata 1 juta ton aspal minyak per tahun, maka devisa negara yang harus Indonesia keluarkan untuk membeli aspal minyak impor per tahun tentunya sekarang akan menjadi jauh lebih besar. Kalau memang hal ini merupakan suatu potensi kerugian negara, mengapa masalah ini tidak pernah dibahas dan diulas di Media-media massa atau di dalam rapat-rapat anggota DPR? Rakyat Indonesia wajib tahu agar kita semua peduli dengan adanya kenaikan harga aspal minyak impor ini?

Kenaikan harga aspal impor terjadi bukan hanya pada tahun 2021 ini saja. Pada bulan Agustus 2008, harga aspal minyak impor pernah melonjak naik ke harga yang paling tinggi di dalam sejarah, sebesar US$ 825 per ton. Pada saat itu harga minyak bumi mencapai US$ 100 per barel. Siapa yang dapat menjamin bahwa di tahun-tahun mendatang harga minyak bumi tidak akan pernah naik mencapai US$ 100 per barel lagi?. Biasanya Sejarah akan selalu berulang kembali. Bahkan bisa saja melebihi harga US$ 100 per barel. Masihkah kita tidak mau peduli juga terhadap kenaikan harga aspal impor ini?

Harga aspal minyak impor ke depannya akan semakin mahal, karena aspal minyak impor akan semakin langka. Mengapa? Karena aspal minyak impor berasal dari residu hasil pengilangan minyak bumi. Dengan semakin canggihnya teknologi pengilangan minyak bumi berarti jumlah residunya yang akan dihasilkan semakin berkurang. Karena sebagian besar dari minyak bumi akan diolah menjadi bahan bakar yang lebih bernilai tinggi. Akibatnya jumlah residu hasil pengilangan minyak yang berupa aspal minyak impor ini menjadi tinggal sedikit sekali. Di samping itu kualitasnya juga akan semakin buruk. Karena aspal minyak impor ini sudah benar-benar menjadi ampas dari hasil proses pengilangan minyak bumi. 

Seandainya saja Indonesia tidak memiliki aspal alam Buton, kenaikan harga aspal minyak impor tersebut akan kita sikapi dengan dingin, santai, dan senyuman di bibir. Meskipun senyuman itu bukan berarti kita senang. Tetapi senyuman itu berarti kita sudah pasrah. Karena memang kita tidak bisa berbuat apa-apa lagi, dan tidak berdaya sama sekali. Tetapi sekarang ini keadaannya jauh berbeda. Karena Indonesia sejatinya telah memiliki sumber daya alam aspal Buton yang mampu menggantikan aspal minyak impor. Dan uniknya sumber daya aspal alam Buton ini tidak dimiliki oleh negara-negara lain. Sebagai rasa syukur dengan nikmat aspal alam Buton ini yang sangat luar biasa ini, seyogyanya kita wajib memanfaatkan aspal Buton ini untuk menggantikan aspal minyak impor.

Dengan adanya kenaikan harga aspal minyak impor yang tinggi sekarang ini, kita menjadi gusar, marah, dan geram. Karena kita merasa sangat kecewa dan menyesalkan hal ini telah terjadi. Kalau seandainya saja aspal Buton sudah dapat menggantikan aspal minyak impor sejak dahulu kala, maka tentunya sekarang ini Indonesia sudah tidak akan menderita kerugian yang cukup besar dengan adanya kenaikan harga aspal minyak impor tersebut. Sayang sekali sekarang nasi sudah menjadi bubur. Dan sesal kemudian sudah tidak berguna lagi. 

Kenaikan harga aspal minyak impor tahun ini berkisar US$ 118 per ton. Rakyat Indonesia yang akan menanggung beban dari kenaikan harga aspal minyak impor ini. Setiap tahun rata-rata sekitar US$ 500 juta devisa negara harus dikeluarkan oleh Indonesia untuk membeli aspal minyak impor. Apakah rakyat Indonesia bisa membayangkan seandainya saja uang sebesar US$ 500 juta per tahun itu semuanya akan dibelikan aspal Buton?. Niscaya Pulau Buton sekarang ini sudah akan berubah total menjadi sebuah Pulau Surga. Inilah keajaiban yang dinanti-nantikan selama ini. Dapatkah kita membayangkan suatu saat nanti Pulau Surga Buton ini akan benar-benar menjadi kenyataan? Dapatkah Bapak Gubernur, Bapak Bupati, dan seluruh rakyat di Pulau Buton membayangkannya?  

Dengan adanya kenaikan harga aspal minyak impor yang tinggi, maka biaya pembangunan jalan-jalan Tol akan semakin mahal. Harga tarif masuk ke jalan-jalan Tol akan semakin mahal juga. Dan banyak jalan-jalan yang rusak tidak dapat segera diperbaiki, karena anggaran biayanya sudah habis. Dengan demikian sarana transportasi untuk menggerakkan roda perekonomian akan terganggu. Masihkan kita tidak mau peduli juga dengan adanya kenaikan harga aspal minyak impor ini? Kita harus peduli, karena kita adalah rakyat yang paling dirugikan dengan ketidak mampuan pemerintah untuk menggantikan aspal minyak impor dengan aspal Buton.

Upaya-upaya kita untuk menurunkan harga aspal minyak impor dengan cara menurunkan harga minyak bumi dunia adalah mustahil. Karena hal tersebut adalah di luar kewenangan dari pemerintah. Yang masih memungkinkan bisa kita upayakan sekarang ini adalah sebatas zona kemampuan kita saja. Yaitu dengan mendorong pemerintah agar dapat segera mengupayaan dan mewujudkan harapan rakyat untuk menggantikan aspal minyak impor dengan aspal Buton.

Untuk mewujudkan harapan rakyat agar aspal Buton mampu menggantikan aspal minyak impor dalam waktu dekat, mungkin pemerintah harus menunjuk sebuah badan Konsultan yang profesional dan independen untuk menghitung berapa besar potensi kumulatif jumlah total kerugian negara akibat dari ketidak mampuan pemerintah untuk menggantikan aspal minyak impor dengan aspal Buton dalam kurun waktu 7 tahun terakhir pemerintahan Pak Jokowi.

Maksud dari inisiatif ini bukan untuk mencari Kambing Hitam, siapa yang harus disalahkan. Tetapi pemikiran ini bertujuan untuk melakukan introspeksi diri dan evaluasi ke dalam untuk mencari akar permasalahan, dan memberikan rekomendasi solusi terbaik guna perbaikan-perbaikan ke masa depan. Pemerintahan Pak Jokowi tinggal tersisa 3 tahun lagi. Bukannya tidak mungkin dalam 3 tahun terakhir dari pemerintahan Pak Jokowi ini aspal Buton akan mampu menggantikan aspal minyak impor. Asalkan Pak Jokowi benar-benar mau peduli dengan kenaikan harga aspal minyak impor di tahun 2021 ini, dan mau segera bertindak bijak, cepat, dan tepat demi untuk kepentingan rakyat Indonesia.

Bagaimana cara kita menghitung potensi jumlah total besar kerugian negara akibat kebijakan-kebijakan pemerintah untuk impor aspal minyak? Salah satu cara adalah dengan menghitung selisih antara harga antara harga aspal minyak impor dengan harga aspal Buton ekstraksi. Harga aspal minyak pada bulan Desember 2021 adalah sebesar US$ 538 per ton. Harga aspal Buton ekstraksi diproyeksikan sebesar US$ 350 per ton. Maka selisih harganya adalah sebesar US$ 188 per ton. Selisih harga ini dikalikan dengan jumlah aspal minyak impor yang dibeli pada saat itu. Inilah potensi jumlah total besar kerugian negara akibat pemerintah masih belum juga mampu menggantikan aspal minyak impor dengan aspal alam Buton.

Mungkin apabila data-data potensi kumulatif jumlah total besar kerugian negara itu sudah dapat diketahui, maka upaya-upaya pemerintah untuk berpikir sehat dan bertindak bijak demi rakyat akan jauh berbeda dan bertolak belakang dengan cara-cara lama, yang telah dilaksanakan sebelumnya. Banyak temuan, pembelajaran, dan pengalaman yang akan diperoleh. Mungkin saja hasil dari evaluasi ini akan sangat menyakitkan, tetapi dampaknya pastinya akan lebih menyehatkan. Pemerintah akan melakukan upaya-upaya maksimal yang jauh lebih cerdas, efektif, efisien, dan tepat sasaran serta terukur.

Dari data-data potensi kumulatif jumlah total besar kerugian negara tersebut akan dapat disimpulkan bahwa semakin lama ditunda-tunda upaya-upaya pemerintah untuk mewujudkan aspal Buton menggantikan aspal minyak impor, maka potensi kumulatif jumlah total besar kerugian negara tersebut akan semakin membengkak. Dan hal ini tidak boleh dibiarkan sama sekali terjadi lagi. Karena rakyat Indonesia yang akan menanggung besar beban kerugiannya.

Siapa sih sebenarnya di negara tercinta ini yang seharusnya paling peduli dan bertanggung jawab dengan adanya dampak dari kenaikan harga aspal minyak impor ini?. Pak Jokowi? 

Ikuti tulisan menarik Indrato Sumantoro lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Hanya Satu

Oleh: Maesa Mae

Kamis, 25 April 2024 13:27 WIB

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Hanya Satu

Oleh: Maesa Mae

Kamis, 25 April 2024 13:27 WIB