Kebahagiaan, pujian, dan nama baik merupakan pernak-pernik kehidupan yang banyak dicari oleh manusia. Cahaya yang terpancar dari hal tersebut terkadang membuat kita terlalu ambisius untuk memperoleh lebih dan lebih atau minimal mempertahankannya dan tanpa kita sadari, lingkungan sekitar kita telah hancur.
Pada umumnya sekolah selalu mengharapkan prestasi dari siswanya dan orang tua mengharapkan nilai bagus selama mereka bersekolah. Sedih rasanya ketika saya mengajar bukannya semangat belajar yang saya peroleh tetapi tangisan kebosanan berlomba, kecapekan belajar karena padatnya kegiatan, bahkan beberapa kali ada yang ketiduran. Mereka adalah siswa-siswi saya yang baik, mereka selalu menurut apapun yang terjadi bahkan ketika sebenarnya merasa tersiksa.
Jelas hal tersebut tidak mungkin saya diamkan, mereka yang seharusnya bisa bahagia dan merasakan kemerdekaan dalam belajar tetapi seakan-akan malah harus menutup mata dan pasrah akan keadaan. Oleh karena itu, terkadang sesi belajar malah saya ganti menjadi sesi curhat, mencoba memahami keadaan mereka, mengurangi sedikit penderitaan mereka agar mereka bisa semangat belajar kembali.
Setelah mengetahui keluh kesah mereka, komunikasi dengan para orang tua dan kepala sekolah untuk memperoleh solusi terbaik adalah jalan yang saya pilih. Mengingatkan mereka bahwa siswa kita adalah seorang manusia dan bukannya robot atau bahkan sebatas alat untuk dipamerkan. Terkadang jika hal tersebut tidaklah mempan maka beberapa tipu daya saya lakukan agar mereka bisa mendapatkan kebahagiaan mereka kembali. Kalau kalian bagaimana ?
Ikuti tulisan menarik Achmad Fauzi lainnya di sini.
