x

Iklan

Sri Wahyuningsih

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 1 Desember 2021

Sabtu, 4 Desember 2021 20:53 WIB

Aktualisasi Bakat Siswa Melalui Literasi Budaya Wujudkan Merdeka Belajar


Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Aktualisasi Bakat Siswa Melalui Literasi Budaya Wujudkan Merdeka Belajar

 

Sri Wahyuningsih

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

SMK Negeri 1 Kota Tebing Tinggi Sumatera Utara

 

Salah satu tantangan pada masa ini adalah menciptakan pelajar Indonesia berkarakter pancasila dan berwawasan global. Untuk mencapai tujuan tersebut, kemendikbud membuat berbagai program kegiatan yang bergerak pada kebijakan merdeka belajar.

Untuk mewujudkan peningkatan kualitas pendidikan dan manajemen talenta, kemendikbud mengembangkan rangkaian kebijakan merdeka belajar pada tahun 2019. Kebijakan ini dicetuskan sebagai langkah awal melakukan lompatan dibidang pendidikan. Tujuannya adalah mengubah pola pikir publik dan pemangku kepentingan pendidikan menjadi komunitas penggerak pendidikan.

Filosofi merdeka belajar disarikan dari asas penciptaan manusia yang merdeka memilih jalan hidupnya dengan bekal akal, hati dan jasad sebagai anugerah Tuhan yang Maha Kuasa. Dengan demikian, merdeka belajar dimaknai kemerdekaan belajar yang memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar senyaman mungkin dan suasana bahagia tanpa adanya rasa tertekan.

Kegiatan pengembangan profesi ini tentunya berfokus pada kepemimpinan pembelajaran agar mampu mendorong tumbuh kembang siswa secara holistik, aktif dan proaktif dalam mengembangkan pendidikannya untuk mengimplementasikan pembelajaran yang berpusat pada siswa, serta menjadi teladan dan agen transformasi ekosistem pendidikan untuk mewujudkan profil pelajar pancasila. Profil pelajar pancasila yang dimaksud adalah siswa yang beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berakhlak mulia, kreatif, gotong royong, berkebhinekaan global, bernalar kritis dan mandiri.

Sementara itu, sekolah ikut membantu mewujudkan program tersebut. Sekolah menjadi tempat untuk mengembangkan karakter pelajar pancasila. Melalui berbagai program kegiatan di sekolah. Salah satu kisah menerapkan merdeka belajar yakni melalui program literasi budaya. Program ini tentunya sesuai dengan visi dari SMK Negeri I Kota Tebing Tinggi yakni “Menghasilkan lulusan (pribadi) yang tangguh dan kondusif, berkarakter, berprestasi, berdaya saing dan berwawasan lingkungan.

Literasi dengan cara membaca terkenal dengan kegiatan yang membosankan bagi siswa dan hanya menyangkut pencapaian ranah kognitif pada siswa. Mereka lebih suka dengan kegiatan yang bersifat praktek langsung. Oleh sebab itu, kegiatan yang dilakukan di sekolah hendaknya jangan membosankan bagi siswa.

Bertepatan dengan berjalannya program literasi sekolah, banyak para wali kelas dan tim literasi mengeluh tentang kurangnya motivasi dan partisipasi siswa dalam kegiatan tersebut, hal ini berdasarkan kenyataan di lapangan seperti; banyaknya siswa yang tidak hadir pada saat kegiatan literasi sekolah, banyaknya siswa yang kurang percaya diri dalam menyampaikan hasil bacaannya di lapangan sekolah dan siswa yang tampil di depan lapangan sekolah dalam menyampaikan hasil bacaannya adalah selalu siswa yang sama yang ditunjuk pada literasi sebelumnya atau hanya bersifat siswa itu-itu saja akhirnya kegiatan literasi tersebut kelihatan monoton dan membosankan bagi siswa.

Melihat rendahnya motivasi dan partisipasi siswa dalam kegiatan literasi tersebut, membuat saya selaku guru bimbingan dan konseling merasa terpanggil untuk melaksanakan tupoksi saya sebagai guru bimbingan dan konseling yang bertugas dalam membimbing dan mengembangkan potensi siswa, baik itu bimbingan pribadi, sosial, belajar dan karir kepada siswa yang dituangkan ke dalam suatu program yang saya buat yakni sebuah kegiatan bagi siswa berdasarkan minat bakat siswa.

Untuk itu saya membuat suatu inovasi program yang bergerak pada literasi budaya yang mendorong tumbuh kembang siswa secara holistik (profil pelajar pancasila) sehingga tercapainya merdeka belajar. Program ini tentunya mencakup pilar pelajar pancasila. Di mana  para pelajar dapat mencintai keberagaman budaya, agama dan ras dalam skala nasional maupun internasional dan merasa bangga menjadi bagian dari penduduk dunia demi mewujudkan generasi unggul dan berkualitas.

Program  literasi budaya ini tentunya memberikan dampak positif secara luas bagi siswa maupun lingkungan sekitar, sehingga terjadi proses transformasi yang menunjukkan kemajuan positif baik bagi dirinya sendiri maupun lingkungan sekitar.

Program tersebut merupakan inovasi (pembaharuan) terhadap gerakan literasi sekolah yakni membuat suatu perubahan yang berbeda dari sebelumnya. Di mana konsep literasi sebelumnya dengan cara seluruh siswa diwajibkan untuk membawa buku bacaan, kemudian seluruh siswa berkumpul di lapangan sekolah pada pukul 07.30 WIB dan membaca buku yang berbeda-beda setiap siswa dalam waktu 30 menit kemudian salah satu siswa ditunjuk dan tampil di depan lapangan sekolah untuk menyampaikan isi/pesan yang terkandung dalam buku tersebut. Seiring berjalannya konsep literasi ini ternyata banyak permasalahan yang muncul antara lain; siswa merasa bosan (bersifat monoton), banyak siswa yang tidak membawa buku bacaan dari rumah bahkan banyak siswa yang tidak hadir ke sekolah pada saat literasi tiba, banyak siswa kurang percaya diri untuk tampil di depan lapangan sekolah, sehingga siswa yang ditunjuk untuk tampil adalah orang yang sama pada setiap literasi atau tidak bersifat merata.

Melihat kondisi seperti ini saya membuat suatu cara yang berbeda dengan tidak lagi membaca buku bacaan atau yang bersifat monoton tetapi lebih kearah pengembangan bakat siswa bersadarkan klasifikasi minat bakat siswa, seperti; seni tari, puisi, tarik suara (menyanyi), bermain alat musik, drama, monolog, seni bela diri dan sebagainya. Berdasarkan klasifikasi bakat siswa ini saya membuat program literasi budaya yang bertemakan Bhinneka Tunggal Ika, seperti literasi tarian daerah dan lagu daerah dari berbagai propinsi, lagu kebangsaan, bermain drama dan lainnya. Siswa terlebih dahulu dilatih sebelum menampilkan literasinya di depan lapangan sekolah selama lima hari yakni senin-jumat dan pada hari sabtu siswa menampilkan literasi tersebut, ternyata dengan konsep seperti ini banyak siswa berantusias dengan gerakan literasi sekolah, hal ini dibuktikan dengan banyaknya siswa yang mendaftar sebagai peserta literasi berdasarkan minat bakatnya.

Sebagai guru bimbingan dan konseling saya sadar akan kekuatan dan kemampuan saya dalam melatih dan mempersiapkan siswa untuk menampilkan literasi budayanya. Untuk itu ada cara-cara efektif yang saya tempuh untuk terus mengembangkan program yang telah dibuat yakni sebagai berikut:

  1. Mencari sumber-sumber literasi budaya dari media internet yakni You Tube tentang lagu, tarian, cerita budaya dan lainnya.
  2. Membuat sistem pembelajaran pendidikan sebaya dalam hal ini siswa yang mahir dalam bidang tertentu akan mengajar teman sebayanya dalam bidang tertentu. Misal siswa yang mahir menari dapat mengajar teman sebayanya dalam menari, dan sebagainya.
  3. Menggarap siswa yang ikut dalam sanggar budaya tertentu di luar sekolah untuk bisa menampilkan kreasi sanggarnya di sekolah. misalnya sanggar menari, karate, teater, monolog, vocal, puisi dan lainnya.
  4. Mengajak dan melatih guru-guru untuk ikut serta dalam penampilan literasi budaya atau menampilkan kreasi budaya yang dimiliki, dengan begitu maka para guru senang dan dapat menjadi contoh teladan bagi siswa dan dengan sendirinya para guru mendukung kegiatan tersebut karena dilibatkan dan diikut sertakan dalam penampilan kreasi yang dimilikinya.

Dampak positif dari kegiatan ini:

  1. Peningkatan kepercayaan diri dan pengembangan minat bakat siswa karena siswa mendapatkan pelatihan terlebih dahulu sehingga siswa siap dan penuh percaya diri untuk tampil di depan lapangan sekolah.
  2. Terciptanya merdeka belajar, karena siswa melihat dan mendengar serta mempraktekkan secara langsung literasi yang ditampilkan sehingga menambah khasanah pengetahuan/pemahaman bagi siswa.
  3. Motivasi dan partisipasi siswa dalam mengikuti gerakan literasi sekolah semakin meningkat.

Hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam program ini:

      Dalam melaksanakan suatu program biasanya tidak selalu berjalan dengan lancar, banyak hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam melaksanakan suatu program, adapun hambatan dan kesulitan dihadapi dalam program ini diantaranya :

  1. Sebagian guru menganggap inovasi gerakan literasi yang saya lakukan merupakan kegiatan yang tidak penting bagi siswa, karena menganggap kunci keberhasilan siswa hanya terletak pada kognitif siswa saja.
  2. Sebagian guru bidang studi yang tidak memberikan izin keluar kelas untuk melakukan latihan sebelum tampil pada kegiatan literasi budaya ini.
  3. Kurangnya Tim pelatih siswa dalam hal ini guru yang mau berpartisipasi untuk ikut membantu bersama dalam kegiatan ini dalam hal melatih siswa sebelum tampil literasi di sekolah.

Penyelesaian dari hambatan dan kesulitan yang dihadapi :

  1. Memberikan pemahaman kepada guru bahwa kegiatan literasi ini berguna untuk meningkatkan kognitif, afektif dan psikomotorik siswa.
  2. Turun langsung untuk bertemu para guru bidang studi yang masuk untuk mendapatkan izin keluar bagi siswa mengikuti latihan literasi.
  3. Meminta bantuan kepada beberapa guru yang mau bekerja sama dan berpartisipasi dalam melatih dan mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam literasi.

Hasil akhir dari peristiwa ini:                            

Motivasi siswa dalam gerakan literasi budaya di SMK Negeri 1 Kota Tebing Tinggi meningkat. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya siswa yang mendaftar sebagai peserta literasi berdasarkan minat bakatnya. Namun seiring berjalannya waktu dari kegiatan tersebut ada hal yang tidak terduga yang melebihi target dari program yang saya buat ternyata dari perubahan kegiatan tersebut, banyak melahirkan siswa-siswa berbakat yang dapat diikutsertakan dalam berbagai kegiatan lomba baik lomba seni siswa seperti FLS2N dan lain sebagainya baik ditingkat kota, propinsi, maupun nasional.

Perasaan ketika sampai pada hasil akhir tersebut:

Alhamdulillah, saya merasa sangat senang karena saya dapat meningkatkan motivasi dan partisipasi siswa serta tampil percaya diri dalam gerakan literasi budaya di SMK Negeri 1 Kota Tebing Tinggi, sekaligus saya dapat mengembangkan dan menyalurkan minat bakat siswa.

Pelajaran/hikmah yang bisa dipetik :

  1. Kepedulian dan rasa berbagi pengetahuan dan pemahaman yang dimiliki untuk membuat suatu perubahan kecil yang menyenangkan banyak orang.
  2. Komunikasi dan kolaborasi seluruh warga sekolah untuk mencapai visi sekolah.
  3. Menghargai usaha yang dilakukan orang lain walau sekecil apapun.

 

 

 

Ikuti tulisan menarik Sri Wahyuningsih lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler