x

Iklan

retno wulandari

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 1 Desember 2021

Minggu, 5 Desember 2021 08:21 WIB

Perjuangan Merdeka Belajar untuk Siswa Pinggiran

Setiap perubahan butuh perjuangan, ungkapan ini berlaku bagi perubahan wajah kurikulum pendidikan kita. Kurikulum 2013 adalah kurikulum terakhir yang masih dipakai hingga saat ini. Dalam perkembangannya, kurikulum 2013 ini dipadukan dalam konsep merdeka belajar yang dicetuskan mendikbud Nadiem Makarim. Merdeka belajar merupakan sistem belajar yang inovatif untuk menghadapi pesatnya perkembangan informasi dan teknologi. Pemahaman konsep merdeka belajar dan alih teknologi yang terlalu cepat mungkin tidak akan menjadi persoalan bagi guru-guru generasi milenium, namun menjadi gagap untuk guru-guru lama dengan mindset lama pulaB. Bagi orangtua yang berpendidikan atau memiliki fasilitas internet yang memadai, tentu bukan kendala. Namun tidak semua siswa memiliki kondisi yang sama.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Merdeka Belajar, Perjuangan untuk Perubahan

 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

             Setiap perubahan butuh perjuangan, ungkapan ini berlaku  bagi  perubahan wajah kurikulum pendidikan kita.  Berawal dari kurikulum 1947 di awal kemerdekaan, hingga kurikulum terbaru yaitu kurikulum 2013, sudah sepuluh kali kurikulum pendidikan Indonesia berganti.  Hal ini seolah-olah menjadi satire yang mengatakan bahwa setiap berganti menteri akan berganti kurikulum.  

            Kurikulum 2013 adalah kurikulum terakhir yang masih dipakai hingga saat ini.  Dalam perkembangannya, kurikulum 2013 ini dipadukan dalam konsep merdeka belajar yang dicetuskan mendikbud  Nadiem Makarim. Dimana pendidikan kita lebih ditekankan pada merdeka, baik merdeka belajar maupun merdeka mengajar. Merdeka mengajar dimaksudkan agar sekolah, guru-guru, dan muridnya, mempunyai kebebasan dalam berinovasi dan bertindak dalam proses belajar mengajar.  Konsep ini memudahkan guru untuk mengeksplor kemampuan  tiap-tiap siswa.  Guru diberikan kemerdekaan untuk menerapkan metode, media dan model pembelajaran yang disesuaikan dengan kondisi siswa di kelasnya.  Standarisasi materi yang sebelumnya dilakukan melalui ujian nasional sudah ditiadakan, diganti dengan penilaian oleh satuan pendidikan setempat.  Multiple intelligences atau kecerdasan majemuk yang dimiliki  peserta didik benar-benar dihargai dalam konsep merdeka belajar ini. 

              Merdeka belajar merupakan sistem belajar yang inovatif untuk menghadapi pesatnya perkembangan informasi dan teknologi.  Saat ini berbagai aplikasi yang mempermudah kegiatan pembelajaran secara online sangat mudah ditemukan di internet,  ditambah dengan hantaman pandemi covid 19 yang menyebabkan kegiatan belajar dan mengajar tidak lagi berorientasi pada pertemuan secara langsung.  Penggunaan aplikasi pembelajaran online seperti zoom, google meet menjadi beberapa pilihan guru dan siswa untuk melakukan kegiatan belajar mengajar.  Namun persoalan yang muncul adalah apakah guru dan murid sudah siap dengan inovasi ini?  

         Pemahaman konsep merdeka belajar dan alih teknologi yang terlalu cepat mungkin tidak akan menjadi persoalan bagi guru-guru generasi milenium, namun menjadi gagap untuk guru-guru lama dengan mindset lama pula.  Kemdikbud memang tidak tinggal diam dengan memfasilitasi berbagai pendidikan dan pelatihan untuk guru, namun pelaksanaannya tidak semua guru mendapat kesempatan yang sama.  Disisi lain kurangnya minat baca dan belajar juga menjadi kendala, manakala guru malas belajar untuk beradaptasi dengan perubahan.  Bagi guru life long education adalah keharusan. 

       Demikian juga dengan siswa dan orangtua, tidak semua berkecukupan secara ekonomi. Di sekolah penulis, mayoritas orangtua berpenghasilan menengah kebawah.  Ketersediaan media dan alat informasi terbatas.   Orangtua hanya menggantungkan diri pada pembelajaran dari sekolah dan guru.  Dalam hal ini guru berkorban menggunakan  fasilitas pribadi untuk kepentingan peserta didiknya.

      Kendala juga terjadi saat pandemi covid 19, dimana pembelajaran tatap muka diganti dengan pembelajaran online.    Bagi orangtua yang berpendidikan atau memiliki fasilitas internet yang memadai, tentu bukan masalah. Namun tidak semua peserta didik di sekolah penulis, memiliki kondisi yang sama.  Beberapa kali pemerintah memberikan bantuan kuota gratis pada siswa dan guru, dengan tujuan memberikan fasilitas untuk mempermudah pelaksanaan pembelajaran online.  Namun karena bantuan kuota tidak seterusnya,  maka orangtua mengalami kesulitan menyediakan kuota.

            Perubahan konsep merdeka belajar membutuhkan perjuangan bersama, baik itu guru, peserta didik maupun orangtua.  Terutama kami, guru-guru yang berada di sekolah pinggiran.  Guru harus berjuang untuk bisa mengaplikasikan konsep merdeka belajar sesuai dengan perkembangan teknologi karena generasi yang mereka didik bukan lagi generasi yang lahir sepuluh tahun yang lalu.  

            Perjuangan membutuhkan pengorbanan.  Pengorbanan untuk tidak terus berada di zona nyaman, pengorbanan untuk mendahulukan kepentingan peserta didik daripada kepentingan pribadinya.   Guru adalah ujung tombak keberhasilan pendidikan di Indonesia, maka suka atau tidak suka, guru harus terus belajar, dan selalu mengikuti arus zaman agar tidak tertinggal.

 

(Wulan Adi)

Ikuti tulisan menarik retno wulandari lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler