The Golden Pair

Selasa, 7 Desember 2021 15:58 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Cerpen ini bercerita tentang seorang wanita bernama Vanora yang menyerahkan urusan asmaranya pada tes kepribadian MBTI.Meskipun secara fisik pria itu bukanlah tipe idealnya namun dia tetap memilihnya.Beberapa hal terjadi dan Vanora mulai mempertanyakan hubungannya.Akankah ini berhasil?Benarkah kami berdua adalah pasangan yang ideal?

“Hasil survey litbang Kompas pada oktober 2021 Ganjar Pranowo berada diposisi kedua dengan angka 13,9% diikuti dengan”

Prakkkkk..

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Akhirnya berhenti menggelinding.Vanora baru saja melemparkan remote tv itu ke sleeper sofa yang baru saja dibelinya.Warnanya putih.Terlihat mewah meskipun memiliki desain yang minimalis.Motif yang berbunga-bunga sangat dihindarinya.Menurutnya,corak semacam itu akan menghalangi aura ketenangan dan kehangatan yang dipancarkan oleh interior design yang serba putih.Ia juga menolak sofa yang terbuat dari bahan kulit meskipun cukup lebih mudah untuk dibersihkan.Gerah.Pikirnya.

Keberadaan sofa itu bukanlah perkara yang mudah.Vanora dan Adara bahkan harus menepikan mobil yang mereka kendarai untuk memutuskan kemana akan membelinya.Ikea atau Informa.Nama yang cukup populer dikalangan masyarakat.Ada yang menganggapnya kemahalan dengan kualitas yang minim.Ada pula yang memujinya karena desainnya yang nampak ‘sederhana’ namun berfungsi dengan baik.Tentu saja selera konsumen berbeda-beda.Tetapi seperti kebanyakan perempuan lainnya,budget menjadi pertimbangan utama ketika memutuskan untuk membeli suatu barang.

”Diskon 15% akhir tahun”.Tatapan Adara menyiratkan ketertarikan.Ia mengangguk pelan tanda persetujuan.Beruntunglah kesepakatan tercapai.Hampir saja petugas menghampiri mereka karena memarkir mobil terlalu lama.Lagi pula mereka sedang tidak berada dalam keadaan darurat untuk berhenti.Bahu jalan tol sebetulnya tidak boleh dimanfaatkan secara sembarangan apalagi sebagai rest area.Pemandangan ini seringkali terlihat ketika musim mudik tiba.Padahal ada aturan yang jelas untuk siapa dan dalam keadaan apa bahu jalan itu diperuntukkan.

Dari awal Vanora sebetulnya memang tidak berniat mendengarkan masukan dari sepupunya itu.Ia selalu menganggap Adara memiliki selera yang buruk dalam hal apapun.Suatu ketika Adara ke kantor dengan menggunakan celana kulit berwarna hitam.di cuaca yang begitu terik.Saking panasnya,celananya mungkin akan meleleh bersama dengan kulitnya.

“Kau terlalu muda untuk menyadarinya“ Adara mengatakan itu setelah melihat tatapan Vanora yang terasa sangat menghina.

Beauty is pain heh?Keringat akan menenggelamkan kakimu.Orang lain tidak akan tahan dengan aromanya”

Adara tersenyum.

”Para lelaki itu tidak pernah menyimak.Mereka terlalu fokus dan mendebat segalanya.Konsentrasi itu harus digoyahkan sehingga mereka tidak punya pilihan lain selain menerima saranku.Kau tahu apa yang terjadi dalam otak mereka ketika tertarik pada objek tertentu?Mereka sangat menyukai wanita dan kita harus memanfaatkannya.Rasionalitas mereka lemah terhadap godaan.” Tangannya meraih anting yang tersimpan rapi dalam sebuah kotak,memakainya,dan membolak-balikkan tubuhnya untuk memastikan penampilannya.

Berjalan menghampiri Vanora yang sedang berdiri tepat didepan pintu kamarnya ia melanjutkan “Jika kalian melihat wanita,janganlah kalian mengira sedang melihat manusia atau binatang,tapi yang kalian lihat adalah setan.Dan apa yang sebenarnya kalian dengar adalah suara ular.”Adara mengutip perkataan Pastur Bona Ventur yang dibacanya dalam sebuah buku yang berjudul Wanita Muslimah.Jika melihat perangainya orang akan sulit percaya dia membaca buku semacam itu.

“Kau tahu?Perangkap itu tidak selalu tampak menakutkan.Cara terbaik menghabisi musuh adalah dengan berperang tanpa serangan.Wanita selalu berperasaan dan pria sebaliknya.Dalam benak mereka kita adalah manusia yang lemah.Dan itu bukan ancaman bagi mereka.Pakaikan setan itu busana terbaik dari Met Gala dan mereka akan melihatnya sebagai upaya untuk menggoda.Suara ular?huh.Thank God itu bakat alamiah kita.Suara rendah akan terdengar jauh lebih seksi.” Adara baru saja menunjukkan kemampuannya dalam memanipulasi vocal.Segera ia merebut kunci dari tangan Vanora dan meninggalkannya dengan mulut menganga.

“Wanita itu benar-benar ular “ ucap Vanora tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.

**

Diskon.Itulah senjata Vanora ketika berdebat dengan Adara.Ia sebenarnya bisa mengatakan hal itu jauh lebih awal untuk menghindari perdebatan yang terlalu panjang-meskipun tidak sengit- tentang toko mana yang terbaik,jenis sofa apa yang cocok dengan ruangan yang tidak terlalu luas,material seperti apa yang memberikan kenyamanan,corak yang pas seperti apa,bagaimana dengan ukuran,harga,dan berbagai pertimbangan lainnya.Vanora mengetahui secara pasti bahwa sepupunya atau mantan role model nya itu akhir-akhir ini sangat terobsesi dengan skincare korea.Tepatnya segala sesuatu yang berbau,beraroma,&bernuansa korea.Kebetulan ia baru saja membaca artikel tantang fenomena Korean Wave di Indonesia.Meskipun awalnya ragu,ia akhrinya percaya kedahsyatan Negeri Ginseng itu setelah melakukan observasi langsung dan menyeluruh pada kelakuan Adara.

Ia menghabiskan hampir seluruh tabungannya untuk mencoba berbagai skincare dan make up terbaru.Entah sejak kapan anak itu mulai terobsesi pada kecantikan lahiriah.Waktu pertama kali menyaksikan tarian boyband korea di salah satu stasiun tv ekspresi wajahnya mengungkapkan segalanya.”Apakah para pria ini menggunakan make up?” pupilnya benar-benar membesar.Ia sangat menentang kebiasaan para pria menggunakan riasan dan cross dressing.Jika mencari sosok ideal yang cocok dengan citra Toxic Masculinity maka Adara lah orangnya.

Vanora pernah menyaksikan secara langsung bagaimana Adara beserta rekan-rekan se-organisasinya berteriak dijalan.Mendesak pemerintah menurunkan harga BBM.Saat ini, matahari itu telah berubah menjadi lawan dimana sebelumnya ia adalah kawan setia yang menjadi saksi perjuangan mereka.Adara yang sekarang lebih banyak berada dibawah sorotan lampu dibandingkan matahari.Apalagi setelah keberadaan alpa,beta,delta,gamma,dan omicron. Seolah-olah mereka bersatu memaksa kita untuk terus berada diruangan kotak yang membosankan.Orang-orang mulai terbiasa.Keadaan diluar kotak itu membuat sebagian diantara mereka cemas dan was-was.Akhirnya,mereka menemukan comfort zone-nya.Dunia luar menjadi terasa menakutkan dan orang-orang itu kembali bermain dengan layarnya masing-masing.

Meskipun sering berbicara ‘aneh’ Vanora sangat menghormati Adara yang lebih tua tiga tahun darinya.Adara lah sosok dibalik keputusannya untuk menjadi mahasiswi fakultas ilmu sosial dan politik jurusan ilmu komunikasi.Ia merekomendasikan jurusan itu kepada Vanora yang menurutnya kurang memiliki interpersonal skill.Seperti kebanyakan remaja lainnya yang gamang soal masa depan,ia hanya menuruti perkataan orang disekitarnya.Adara memiliki kredensial itu.

”Kau memiliki kemampuan analisa yang baik.Teliti,investigative dan mampu merangkum berbagai fakta dari banyak sumber sehingga menjadikannya informasi yang bermanfaat.Sayangnya kau hanya menyimpan pengetahuan itu untuk dirimu sendiri.Kau harus belajar untuk mengkomunikasikan semua itu baik secara verbal maupun tulisan.Saya memaklumi kebodohanmu dalam mengekspresikan emosi,tapi tolonglah,kecerdasan itu akan mati bersamamu dan kau hanya menyisakan tugas tambahan bagi mereka yang masih hidup.”Adara sungguh memiliki keahlian itu.Ia tidak akan memuji seseorang sepenuhnya. Menurutnya,hinaan adalah penyeimbang dari sebuah pujian yang mendewakan.Para manusia itu harus tahu bahwa yang mereka injak adalah tanah bukan langit.

**

“Apa kau sedang menonton TV?” tanya Vanora dibalik pintu yang sedikit terbuka.

Adara hanya mengangkat dan memperlihatkan layar handphone-nya.

Youtube.Vanora bisa memastikan dari bayangan logo merah dengan simbol play ditengahnya.

“Harus kusampaikan berapa kali untuk mematikan tv jika tidak menggunakannya?Jaraknya hanya sejengkal dari kamarmu.Apakah begitu sulit untuk melangkahkan kakimu itu? kesal Vanora.

“Suara-suara itu menghidupkan.Paling tidak aku tidak merasa sendirian dirumah ini.” Ketus Adara yang langsung memunggungi Vanora dimana yang terlihat hanya ¼ dari tubuhnya.

Vanora hanya mendesah.Ia terlalu letih untuk melanjutkan percakapan itu.Adara memang terbiasa menyalakan tv dan ia tidak disana untuk menyimak.Hal pertama yang dilakukan Vanora setibanya dirumah adalah meraih remote,menekan tombol off dan menghempaskannya ke sofa.Ia bahkan tidak peduli jika remote itu rusak akibat bantingannya yang terlalu keras.Remote yang telah tergeletak di sudut sofa itu dipandangnya sinis.Sebenaranya ia bingung dengan kekesalannya itu apakah karena kebiasaan buruk Adara atau berita yang disiarkan di tv.

Orang-orang ini terus membicarakan pilpres yang akan diadakan empat tahun lagi.Dialog-dialog seputar elektabilitas calon presiden dan partai benar-benar membuatnya muak.Sama seperti kebiasaan mahasiswa yang menyampaikan aspirasinya lewat jalanan.Menurut Vanora,keduanya tidak banyak berbeda.Mereka terlalu banyak bicara.Aksi jalanan mengurangi waktu istirahatnya.Ia seharusnya bisa tiba dirumah pukul 05.00.Tapi harus molor hampir satu jam karena aksi bakar-bakaran.Belum lagi suara klakson pengendara seolah-olah urusannya jauh lebih genting daripada yang lainnya.Vanora hanya bisa menarik nafas lelah ketika menyaksikan segala pergulatan itu.

Jika pendemo dianggap akan menghambat mobilitas masyarakat maka para politikus seringkali menghambat sebuah Negara untuk maju.All talk,no action,sounds good,doesn’t work kata Donal Trump.Suatu hari nanti Vanora berharap bisa membawakan acara debat presiden.Bukan karena ia punya passion dalam dunia jurnalistik.Dalam beberapa kesempatan ia hanya sekedar menikmati pertengkaran.Karena komentar Adara,Vanora kembali mempertanyakan apakah menjadi news anchor adalah pilihan yang tepat baginya.

“Percuma.Setiap isu hanya akan berakhir di meja dialog.Media mengangkat karena desakan netizen.Dan setelah anchor mengucapkan ‘salam’ maka segalanya selesai.”Adara mengomentari Vanora yang sedang menonton tv

“Kita semua sedang berusaha.Meremehkan hal kecil bukan sesuatu yang bijaksana”

“Media mendikte apa yang harus diketahui masyarakat dan menyembunyikan sebagian lainnya.Mereka benar-benar dibawah kendali “

Mainstream media maksudmu?”

Adara hanya mengangkat kedua bahunya dan kembali ke kamarnya setelah mengambil segelas air putih.Belakangan ini memang banyak sekali isu-isu yang terjadi di masyarakat.Seolah-olah tidak memiliki langkah pencegahan,mereka yang memiliki otoritas nampak hanya digerakkan jika digeruduk oleh para warganet.Ketika peraturan baru dibuat maka proses pengesahannya pun berlangsung alot.Kita hanya menanti kehancuran.Masyarakat secara bertahap mulai kehilangan kepercayaan dan acuh pada pemerintah.Sebaliknya mereka menganggap bahwa masyarakat baik-baik saja.Mungkin.Di metaverse.

**

“Kau telah sampai dirumah dan sengaja tidak mengabariku kan?”

“Ada apa denganmu?Kau begitu sensitif belakangan ini.Aku merasa tidak berbuat kesalahan apapun”

“Aku akan pergi bermain futsal bersama kawan-kawanku.Hubungi aku setelah amarahmu meredah.Kau sedikit menyusahkan”

“Aku menyayangimu.Cuma sedikit kesal.Kabari aku secepatnya.I love you.”

Vanora tidak memperdulikan getaran-getaran yang berasal dari handphone-nya.Ia tahu secara pasti siapa pengirim pesan berantai itu.Ozzie.Pria yang akhir-akhir ini selalu membuat darahnya mendidih dan mempertanyakan ‘Apakah mereka berdua benar-benar pasangan yang ideal?’

“Dia berbicara banyak mengenai dirinya sendiri.Yaah,aku tahu bahwa dia baru saja memenangkan perdebatan itu.Tapi,aku sama sekali tidak bertanya soal kemenangan dan bagaimana ia melakukannya.Narsis dan mendominasi.ENTP detected.”desah Vanara.

“Apa kau membicarakan MBTI lagi? Ozzie terdengar sangat lelah.

Vanara hanya memandang Ozzie yang tengah berjalan disebelahnya.

“Pseudosains.Kau percaya bahwa itu sesuatu yang ilmiah padahal tidak sama sekali.Para psikolog dan psikiater masih meragukan keakuratannya.”

“Tapi kita adalah Golden Pair.INFJ dan INTP.Kita bersatu karenanya.”

“Hhahhahaha….Kita bersama karena aku mendekatimu.Kau menginginkan romansa sama seperti ku.”Ozzie tidak menyadari bahwa alasan kuat Vanora memilihnya adalah karena mereka pasangan yang ideal jika ditinjau dari perspektif MBTI.Lelaki lain mendekatinya disaat yang sama.Ada saat dimana Vanora menyesali keputusannya itu.Apalagi akhir-akhir ini Ozzie menjadi keras kepala dan kurang peka.Ia selalu merasa diatur ketika Vanora menasehatinya.”Mungkin ia sedang lelah dan butuh waktu sendiri.”Begitulah Vanora yang sangat peka terhadap kebutuhan orang lain.

**

Vanora memejamkan mata merenungkan apa yang terjadi antara dirinya dengan Ozzie.Dia adalah pria hangat,rendah hati dan pekerja keras.Meskipun secara fisik Ozzie bukanlah sosok yang diimpikan Vanora.Ada pria lain yang lebih ideal menurutnya.Alasan mengapa mereka tidak bersatu adalah karena MBTI.Dia pria ENTP.Pendebat ulung.Vanora menolaknya karena itu akan mengingatkannya pada para politikus di tv yang terkadang berteriak satu sama lain dan banyak bicara.Adara menyebutnya bodoh dan dangkal karena menyerahkan urusan asmara pada MBTI.

“Aku benar-benar tidak mengerti pada kalian para wanita.Kalian membaca setiap orang yang kalian temui dan bahkan menjadi ganas setelah orang-orang ini mulai membuka mulutnya.Kalian bahkan tidak mengenalnya.Golongan darah?MBTI?Horoscope?Terdengar omong kosong.”Ozzie benar-benar tidak paham dengan cara berpikir Vanora.Mereka baru saja memasuki restoran dan Vanora mengingatkan bahwa sosok wanita yang berada disudut kiri arah jam 9 sedang berusaha mencari perhatiannya.

“Berhentilah berbicara sesuatu yang bersifat genderis.Kalian para pria bahkan tidak bisa membedakan apakah wanita hanya bersikap ramah atau benar-benar tertarik pada kalian”

“Oh,apa kau sedang membela diri?”

“Lihatlah.Kau selalu menyudutkan dan tidak ingin mengakui kesalahan”

“Baiklah.Aku lapar.Aku tidak ingin kehilangan selera karena mengingat senyum mesum pria itu.Seharusnya aku mematahkan giginya.”

Vanora menghela nafas panjang dan berusaha memaklumi sikap Ozzie yang pencemburu.Dalam suatu perjalanan mereka tersesat dan Ozzie menolak menghentikan mobilnya dan lebih memilih berputar-putar.Vanora heran mengapa begitu sulit baginya untuk bertanya arah.Ia bahkan tidak berterima kasih dan malah mengolok pria itu dan menuduhnya berusaha merayu Vanora.Pria benar-benar berusaha menyombongkan diri didepan wanita.

Belakangan ini Ozzie bertindak diluar kebiasaan yang membuat Vanara cemas.Terkadang diam dan ketika berbicara yang keluar dari mulutnya hanyalah umpatan.Semenjak terlibat perdebatan dengan seorang wanita ia menjadi sosok yang lebih mengerikan.Pendendam.Ia berniat untuk menjatuhkan dan mempermalukan wanita itu pada dialog berikutnya.Ozzie adalah salah satu podcaster di kampus.Setiap minggunya podcast tersebut menghadirkan mahasiswa lintas fakultas untuk membahas topik-topik terkini.

“Feminisme saat ini telah jauh berbeda bukan?Kesetaraan?Bukan,mereka menginginkan kehancuran patriarki” Ozzie memulai.

“Apakah Anda khawatir dominasi perempuan akan menghancurkan patriarki?” wanita itu bertanya dengan tenang.

“Anda menang jumlah bukan kualitas”

“Yah,dan kualitas para pria menurun.Kami menginginkan sosok pria jantan yang bisa memimpin peperangan bukan yang hobi bersolek dan berpakaian layaknya wanita”

Toxic Masculinity?huh

“Menolak matriarki?That is toxic.”

“Dominasi wanita adalah kehancuran.Kognitif wanita tidak semempesona tubuh mereka”

Vanora berada disana dan hanya menyimak perbincangan antara Ozzie dan wanita itu.Sikap Ozzie yang mendominasi dan terus mendebat membuat Vanora mual.Ia benar-benar tidak bijaksana.Berbicara terlalu banyak dan tidak mendengarkan.Pembahasan mengenai patriraki seperti serangan pada kehormatannya.Vanora tidak mengetahui Ozzie memiliki sisi ekstrem terkait hal itu.Sepengatahuannya,INTP adalah sosok tenang,rendah hati dan menghargai perbedaan pandangan.Kali ini ia memulai perdebatan,meninggikan suara,dan memaksakan gagasannya”Mengapa ia bersikap seperti pria itu?”intuisi Vanora mulai berbisik dan menggodanya.

Bagikan Artikel Ini
img-content
ef fattah

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

img-content

Sensitif

Kamis, 27 April 2023 18:52 WIB

Baca Juga











Artikel Terpopuler