x

Ilustrasi Pasangan. Gabriel Ferraz Ferraz dari Pixabay

Iklan

bella octaviani

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 8 Desember 2021

Rabu, 8 Desember 2021 23:59 WIB

Cintaku Bagaikan Bunga Gardenia

Cerpen ini ditulis oleh Bella Octaviani Nur Halizah. Seorang siswi kelas 8 sekaligus santri Pondok Ittihadul Ummah Ponorogo.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

CINTAKU BAGAIKAN BUNGA GARDENIA

Hari itu hujan turun deras membasahi kota, setelah beberapa hari matahari bersinar terik membuat orang-orang enggan keluar rumah di siang hari karena panasnya yang menyengat. Hari ini suasananya mendung dari pagi, matahari pun malu-malu bersembunyi di balik awan.

Malam itu aku berjalan keluar rumah menuju toko di seberang rumah, dengan jaket abu-abu milik kak jingga yang melindungi tubuhku dari gerimis di luar serta dingin yang melanda, aku pikir hanya sebentar saja pergi ke toko jadi tidak perlu membawa payung, lagi pula hanya ampas-ampas air yang jatuh.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Setiba di dalam toko, aku langsung menghampiri barang-barang yang ingin kubeli, beberapa keperluan dan juga makanan, mie instan pastinya di cuaca seperti ini mie instan adalah opsi terbaik untukku.

Usai melakukan pembayaran, aku pun keluar dari toko, rupanya instingku salah. Hujan deras tiba-tiba turun mengguyur bumi, aku hanya bisa berdiri di koridor toko memperhatikan deras hujan yang jatuh. Harusnya aku  membawa payung. Terlintas di pikiranku untuk menghubungi kak jingga agar dia datang menjemputku dengan payung, tapi aku tersadar bukan hanya payung yang tidak kubawa, benda pipih persegi panjang itu pun aku tinggalkan di tempat tidur. Baiklah, pilihan terbaik saat ini adalah berdiri disini sampai hujannya reda.

“Hai”
Seorang pria tinggi yang tiba-tiba berdiri di depanku dengan payung merah yang melindunginya dari hujan, mataku terbelalak, dan jantungku langsung berdetak cepat.
“Kak? Kak ilham?” Aku lumayan terkejut, muncul secara tiba-tiba seperti ini sangat tidak aman bagi jantungku, untungnya aku sudah lumayan mahir mengendalikannya.
“Gak bawa payung?” Tanya Kak ilham, seniorku dulu di SMA yang juga tetanggaku sejak seminggu yang lalu.
“Iya kak” jawabku sambil mengangguk.
“Ayok, bareng Kak ilham aja. Satu payung” kata Kak ilham
“Ahh? Se-serius?” Siapa sangka laki-laki yang sudah kutaksir sejak SMA ini tiba-tiba menawarkanku untuk sepayung dengannya, aku sudah sangat hati-hati menjaga perasaan ini agar tidak ketahuan.
“Iyah, rumah kita kan bersebelahan. Lagian ini udah malam, kamu yakin nunggu disini terus?” Jawabnya, meyakinkanku. Tentu saja aku mau!
“Iya deh kak, makasih yah” kataku, dan berjalan mendekat ke sampingnya.

“Sorry yah, nanti basah” ucap Kak ilham pelan, sebelum akhirnya meletakan tangannya di pundakku dan menarikku lebih dekat dengannya, rupanya sebagian tubuhku tadi basah karena berada di luar payung.
Deg.
Jantungku langsung berdetak lagi lebih cepat, aku diam-diam meliriknya, ternyata jika di lihat dari dekat dia jauh lebih tampan, hidungnya yang mancung, dan manik cokelatnya lebih tampak jelas.
Mimpi apa aku, bisa berjalan berdampingan bersama orang yang aku suka di bawah payung yang sama, dan di tengah deras hujan yang melanda.
Layaknya drama-drama korea yang biasa Kak jingga tontonkan padaku, ini nyata.

Kami tiba di depan rumah
“Terima kasih kak” ucapku, dengan senyuman kaku karena nerveous.
“Iya sama-sama” jawabnya pula dengan senyuman manis yang memperlihatkan lesung pipi di pipi kirinya.
“Yaudah, ella masuk ya kak” kataku.
“Iya… oh ya ella” panggilnya membuatku yang akan berbalik masuk pun terhenti dan menatapnya.
“Iya kak?”
“Hmmm… itu… selamat malam” lanjutnya
Mataku berbinar-binar.
“I-iya kak, selamat malam juga”
“Salam buat kakak kamu” ucap Kak ilham, lalu ia pun berjalan pergi bersama payung merah yang melindunginya.

Hari itu, adalah hari paling membahagiakan untukku karena itu pertama kalinya aku berbicara secara langsung dengannya, dari dulu aku hanya bisa memperhatikannya dari jauh, dan malam itu dia sendiri yang datang meghampiriku, dia bahkan memanggil namaku “ella”, rasanya seperti ribuan kupu-kupu yang tertahan di dalan perutku siap terbang keluar.
Perasaan yang masih sama sejak SMA, kini tumbuh semakin dalam sejak dia datang.

“ella”
Aku yang baru kembali dari lari pagi, melewati depan rumah Kak ilham, pria itu sedang menyirami tanaman-tanaman miliknya. Dengan kaos hitam oblong dan celana pendek selutut.
“Eh hai kak, pagi” ucapku. Sejak malam itu, kami menjadi lebih akrab, aku pun jadi lebih rajin lari pagi biar bisa lewat depan rumah dia, mencari alasan.
“Sini deh lihat, aku punya bunga baru lagi” ucapnya memamerkan sebuah bunga miliknya.

Aku berjalan mendekat dan  melihat
“Waaah, cantik yah” pujiku, karena memang cantik
“Apa namanya?” Tanyaku, penasaran.
“Ini bunga gardenia” jawab Kak ilham, sambil tersenyum menatap bunga tersebut.
“Ohhh gardenia, kenapa senyum gitu kak?” tanya ku
“Bunga ini punya makna yang dalam”
“Apa?” Tanyaku lagi
“Gardenia melambangkan cinta rahasia, cinta yang diam-diam  kamu pendam untuk seseorang”
Kak ilham menjelaskannya dengan wajah kegirangan, aku ikut terseyum memandangi gardenia, gardenia mewakili perasaanku.
“Ohh gitu? Artinya kalau aku kasih bunga ini ke orang yang aku suka, bisa jadi kode buat dia ya” gumamku, sambil mengangguk-angguk.

“Do you like someone?” Tanya Kak ilham serius.
“Ehh, ahh. Aku pulang ya kak, nanti dicariin kak jingga” Sebelum ketahuan dan makin panjang urusannya aku langsung berlari meninggalkan Kak ilham, yang terus memanggil namaku, meminta penjelasan.

“Kak jingga” aku berlari menuju kamar Kak jingga, dalam kondisi berkeringat sepulang lari pagi, aku tak menemukan wanita yang sudah sudah seperti orangtuaku itu, dia tak berada di kamarnya.

Kami tinggal berdua di rumah ini, hanya ada Aku dan Kak jingga, orangtua kami sudah lama meninggal sejak aku masih kecil, dan Kak jingga lah yang merawatku, bagiku harta paling berharga dalam hidupku adalah Kak jingga.

“Adek” kak jingga muncul dari belakangku
“Ahh Kak jingga, kaget tau”
“Kenapa?” Tanya Kak jingga, memperhatikan penampilanku dari kepala hingga kaki
“Akh itu, kakak kan suka ke toko bunga, ella mau pesan kalo kakak ke toko bunga beliin bunga gardenia buat ella yah” ucapku
“Ehh? Ada apa ni?” Kak jingga memincingkan matanya, membuatku malu dan langsung berlari meninggalkannya.

Lengkap sudah hidupku jika ada Kak ilham dan Kak jingga, Kak ilham yang selalu ada untukku juga Kak jingga yang selalu sabar dan menjagaku. Tanpa kehadiran sosok orangtua dalam hidupku tak membuatku kekurangan kasih sayang, ada Kak jingga. Dan semoga Kak ilham juga memiliki perasaan yang sama.

Hari ini aku berniat mengutarakan perasaanku pada Kak ilham, mungkin ini saatnya sebelum terlambat. Sudah terlalu lama dipendam dan kini saatnya untuk diutarakan.

Kupandangi dari jendela kamar, bunga Gardenia yang sudah tumbuh subur di halaman rumah, pada akhirnya aku berhasil merawat tumbuhan dengan sabar hingga ia tumbuh indah seperti itu. Layaknya perasaan yang ku jaga selama ini.

Aku sudah mengirim pesan pada Kak ilham, memintanya untuk menemuiku di suatu tempat malam ini juga, jadi tidak sabar dan deg degan.

“ellaa”
Kak jingga masuk kedalam  kamarku yang tidak terkunci pintunya.
“Iya kak”
“Malam ini temenin kakak ke suatu tempat yah” ucap kak jingga,
“Hah? Kemana? Aduh ella udah ada janji sama orang” ucapku, bagaimana mungkin aku membatalkan pertemuan yang sudah kuatur dengan Kak ilham
“Deek? Ayolah, ini momen penting. Kamu harus ada” kata Kak jingga
“Jam berapa?” Tanyaku, tidak enak juga menolak ajakan kak jingga.
“7 malam” jawabnya.
Okey, aku janjian jam 8 dengan Kak ilham. Pulang dari menemani Kak jingga aku bisa langsung menemui Kak ilham.

Pukul 7 malam, aku dan kak jingga pun tiba di sebuah tempat. Di sebuah restoran. Orang-orang yang datang tidak terlalu banyak, kata Kak jingga seseorang sudah memesan tempat untuk kami aku dan kak jingga dituntun oleh seorang pegawai restoran itu menuju tempat yang dimaksud.

Tempatnya sangat indah dia membawa kami ke lantai paling atas restoran, kami berdua terkagum-kagum dengan dekorasi yang begitu mewah dan indah

“Emang  kita mau ketemu siapa sih kak?” tanyaku, kak jingga hanya terseyum

Kami berjalan hingga pandangan kami terjatuh pada seorang pria tampan yang gagah berdiri tak jauh di depan kami, dengan stelan jas formal dan bunga di tangannya.
Dia sempurna, sangat tampan.

Mataku terbelalak, suasana apa ini. Jantungku berdetak cepat, pria itu adalah Kak ilham, orang yang akan kutemui pukul 8 nanti.

Aku dan Kak jingga berjalan bersamaan menuju pria itu aku belum bisa menebak suasana apa ini tapi pandanganku tetap tertuju pada pria itu.

“This is for you” senyum indah yang memperlihatkan lesung pipi, disertai tangannya yang ikut menyerahkan bunga itu… padaku.
Bukan.
Bukan untukku.
Kak jingga membalas senyuman itu, dan mengambil bunga cantik yang Kak ilham berikan padanya.

Deg
Deg
Apa? Apa maksudnya ini? Situasi apa ini?

“Hai, ella” Kak ilham akhirnya menyadari keberadaanku, dia mengelus puncak kepalaku.
“Kak jingga?” Aku butuh penjalasan, banyak pertanyaan muncul di kepalaku. Kurasa dua orang ini bisa menebaknya dari raut wajahku yang kebingungan
“Kakak mau  ngenalin kamu secara resmi ke calon suami kakak”

Deg
Kalimat itu seperti ribuan panah yang dilepas bersamaan dan  menusuk jantungku, aku, apa yang harus aku lakukan.

“Hah? Kalian? Gimana bisa?”
“Kita udah lama kok dek pacaran, cuman kakak belum kasih tau aja ke adek, Kak jingga tunggu waktu yang tepat. Dan hari ini adalah waktunya” jelas Kak jingga

Aku menatap kosong ke lantai, jadi selama ini, semua perhatian Kak ilham ke aku hanya karena sebatas aku adalah adik dari Kak jingga? Dan aku malah salah mengartikannya. Membuat aku makin mengharapkannya

“Kaget ya? kamu sih gak peka. Inget bunga gardenia waktu itu? Itu dari jingga” Kata Kak ilham.
Dia masih bisa tersenyum bahagia disaat hatiku sehancur ini.

Aku memperhatikan keduanya secara bergantian.
Aku sayang Kak jingga , juga Kak ilham. Jika aku bertahan pada cintaku dan memaksa untuk memiliki Kak ilham, artinya aku akan melukai keduanya. Mungkin memang benar, gardenia yang kutanam itu tetap berada di tempatnya. Perasaan yang kupendam selama ini, juga lebih baik tetap berada di tempatnya, tetap menjadi rahasia. Seperti gardenia yang menggambarkan Cinta Rahasia.

 

Ikuti tulisan menarik bella octaviani lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu