x

pendidikan untuk perubahan lebih baik

Iklan

Sahran

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 9 Desember 2021

Kamis, 9 Desember 2021 15:20 WIB

Pendidikan dan Gaya Hidup

Pendidikan idealnya adalah wadah berbagai harapan akan munculnya generasi-genarasi terbaik dalam berbagai bidang. baik bidang tertentu sesuai keahliannya maupun bidang khusus yang terpusat pada perubahan perilaku. keinginan besar dari setiap orang tua adalah bahwa pendidikan dapat menjadi wadah untuk menjadikan anak-anaknya sebagai genarasi emas yang bermanfaat untuk kehidupan. namun tidak terlepas dari kesadaran perilaku yang harus membudaya sebagai karakter atau budi pekerti yang dapat mencerminkan indahnya bersosial dan bermasyarakat dalam keberagaman.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

PENDIDIKAN DAN GAYA HIDUP

 

Hidup adalah proses yang terus berubah dan bersifat tidak abadi. Oleh karena itu menjadi tugas kita untuk terus belajar sebagai upaya untuk menjadi bagian terbaik dalam setiap perubahan tersebut. Belajar adalah cara untuk membantu proses hidup agar seseorang dapat menikmati kehidupan yang terus menerus mengalami perubahan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

perubahan serba cepat dan dinamis saat ini telah berdampak pada perubahan paradigma dan pola perilaku manusia yang berada di dalamnya, lebih jauh lagi membentuk sistem ketergantungan berlebihan dalam berbagai sendi kehidupan.  

Percepatan dan perubahan paradigma dan perilaku individu inilah yang menjadikan pendidikan selalu mendapat sorotan atas kelemahannya dalam membentuk perilaku-perilaku berkarakter, membentuk anak menjadi manusia dewasa, bertanggungjawab moril dan mampu mandiri. Tidak dipungkiri lembaga pendidikan saat ini lebih memprioritaskan anak didiknya menjadi manusia-manusia cerdas secara keilmuan. Walaupun di sisi lain beberapa sekolah juga terus mendesaian agar anak didiknya memiliki karakter yang baik. Namun sekali lagi konsep pendidikan kita yang sejak awal di desain oleh penentu kebijakan pendidikan yang fikirannya dikuasai Utopi untuk mengejar kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan seperti di negara-negara kaya dan maju membuat pendidikan kita tidak mampu menerapkan model-modep pendidikan yang orisinil, yaitu; model-model pendidikan yang hidup dan berfaedah bagi masyarakat luas dan berasas pada kebudayaan asli Indonesia. Yang ada justru sebaliknya pendidikan kita melakukan pencangkokan dan pengoperan model-model pendidikan Barat dan praktek-praktek pendidikan asing yang diduga lebih unggul dari pendidikan model pribumi yang sesungguhnya lebih tinggi nilainya. 

Pola pendidikan seperti ini menciptakan kekhawatiran di benak para orang tua. Kekhawatiran ini tentunya bukan pada keilmuan karena sekolah dapat menjamin hal tersebut melainkan pada perilaku yang terbentuk dalam pribadi anak-anaknya. Dunia remaja misalnya sudah mulai meninggalkan norma-norma yang ada bahkan lebih jauh meninggalkan norma agama, mereka merasa senang dengan pergaulan bebas, tawuran, dugem, narkoba, hamil di luar nikah, belum dikatakan remaja sejati jika tidak merokok, lebih memprihatinkan dari itu adalah sopan santun kepada orang tua dan guru yang dulu menjadi kebanggaan masyarakat Indonesia sudah mulai pudar. Anehnya pelaku-pelakunya bukanlah orang-orang tidak berpendidikan melainkan mereka yang setiap hari duduk manis di bangku sekolah. Pemandangan seperti ini sering memunculkan pertanyaan ada apa dengan dunia pendidikan kita? jika generasi kita seperti ini terus apa yang akan terjadi jika kelak mereka sudah menjadi orang tua? Dan pertanyaan lain yang mungkin lebih berat jawabannya.

Kita tidak sepenuhnya menyalahkan lembaga pendidikan, sebab saat ini hampir semua lembaga pendidikan telah dan terus melakukan upaya agar mampu mencetak generasi berilmu dan bermoral. walaupun belum memperlihatkan hasil signifikan. namun upaya-upaya tersebut patut diapresiasi. Tugas kita selanjutnya adalah kembali mengupayakan agar pendukung keberhasilan pendidikan sekolah, orang tua dan masyarakat dapat saling membantu dalam proses pendidikan baik formal maupun non formal.

Membentuk pribadi berkarakter yang menjadi tujuan utama pendidikan harus difahami sebagai tugas semua elemen kehidupan. Bukan sepenuhnya diserahkan pada lembaga pendidikan yang selanjutnya membuat orang tua dan masyarakat sekitar berpaling tangan dan menunggu hasil. Sudah waktunya kita sadar bahwa intelektual saja tidak cukup menjadikan generasi kita menjadi generasi unggul dibutuhkan kesadaran moril sebagai benteng tidak disetir oleh gelombang dinamika perubahan.

Tugas ini berat jika hanya dibebankan pada lembaga pendidikan. Maka orang tua pun harus menjadi guru bagi anak-anaknya baik membantu anaknya dalam motivasi belajar maupun lebih jauh membantu anaknya agar menjadi pribadi-pribadi unggul dalam prilakunya. Orang tua harus pandai mengarahkan anaknya pada perilaku dan pergaulan yang positif tapi tidak menekan karena tekanan dan paksaan justru akan menjadikan anak menjauh bahkan semakin sulit diarahkan. 

Begitu pula dengan lingkugan sekitar karena pembentukan perilku seseorang lebih banyak dibentuk oleh lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, orang tua sebagai central pendidikan harus bisa memilih lingkungan yang baik bagi anak-anaknya, jika terlanjur berada pada lingkungan yang kurang baik maka tugas orang tua mengarahkan anaknya untuk dapat memilah dan memilih mana perilaku yang baik dan selanjutnya ditiru oleh orang tua dan dicontohkan kepada anaknya dan mana perilaku yang buruk untuk dijauhi.

Mudah-mudahan tulisan ini kembali menyadarkan kita betapa tugas mendidik dan mencetak generasi berkarakter menjadi tugas mulia yang harus dipikirkan dan dikerjakan bersama-sama bukan oleh satu dua elemen tertentu.

 

 

 

    

Ikuti tulisan menarik Sahran lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler