x

Iklan

muhamad yusup

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 18 Desember 2021

Minggu, 19 Desember 2021 10:32 WIB

Dasar Pendidikan Budaya dalam Pembelajaran.

Dalam Pembelajaran Berbasis Budaya, budaya diintegrasikan sebagai alat untuk proses pembelajaran untuk keinginan siswa untuk menerapkan pengetahuan, bekerja sama, dan memahami keterkaitan antara berbagai mata pelajaran. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa yang meliputi faktor kebebasan, tanggung jawab, pengambilan keputusan, pengarahan diri sendiri, psikologis, fisik, memori, dan motivasi. 

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Abstrak : Perubahan sosial yang cepat akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut lembaga pendidikan untuk dapat mengikuti perubahan yang semakin cepat di masyarakat. Demikian pula, sekolah dasar perlu memperbarui materi pembelajaran mereka seiring dengan perkembangan masyarakat sehingga siswa dapat memiliki pembelajaran yang baik. Sebagai negara yang memiliki potensi pendidikan, Indonesia harus mampu beradaptasi dengan situasi saat ini. Pembelajaran berbasis budaya adalah pembelajaran yang mengintegrasikan budaya ke dalam proses pembelajaran, dan salah satu bentuk pembelajarannya adalah pembelajaran berbasis budaya. Belajar sambil mengamati budaya, menerima siswa yang terasing dari budaya lokal, dan memperdalam pemahaman tentang budaya lokal. Pembelajaran dasar budaya juga merupakan pembelajaran konstruktivis.

Abstract : Rapid social changes due to advances in science and technology require educational institutions to be able to keep up with the increasingly rapid changes in society. Likewise, primary schools need to update their learning materials along with the development of society so that students can have good learning. As a country that has educational potential, Indonesia must be able to adapt to the current situation. Culture-based learning is learning that integrates culture into the learning process, and one form of learning is culture-based learning. Learning while observing culture, accepting students who are alienated from local culture, and deepening understanding of local culture. Cultural basic learning is also constructivist learning.

Pendahuluan.
Menurut Munib's Langeveld (2007:26), hakikat pendidikan adalah pembinaan anak-anak prematur untuk mencapai tujuannya, kedewasaan. Menurut pengertian pendidikan ini, pendidikan dibentuk dengan memberikan orientasi dari seseorang kepada orang lain, yang mengubah seseorang dari ketidaktahuan menjadi pemahaman. Bimbingan dapat meningkatkan kedewasaan diri sendiri dan berupa bimbingan yang meliputi aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
 
Pendidikan berbasis budaya merupakan mekanisme yang memungkinkan setiap orang untuk memperkaya ilmu pengetahuan dan teknologi melalui pembelajaran sepanjang hayat. Munculnya paradigma pendidikan berbasis budaya kemungkinan akan dipicu oleh dua arus besar. Pertama, masyarakat cenderung kembali ke alam karena menyimpang dari asumsi modernitas yang memuncak. Kedua, modernisasi itu sendiri menuntut terciptanya demokrasi dalam setiap aspek kehidupan manusia. Berbelok dari itu, pendidikan, baik diinginkan atau tidak, dengan menciptakan ruang partisipasi sosial yang seluas-luasnya dengan muatan budaya dalam arti muatan pendidika,dan harus dioptimalkan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Selain itu dalam pembelajaran model yang mengintegrasikan budaya ke dalam pembelajaran dapat memperkaya budaya (suku) daerah, yang pada gilirannya dapat mengembangkan dan memperkuat budaya nasional, yang merupakan puncak dari budaya daerah dan budaya etnis yang berkembang. Memasukkan pembelajaran berbasis budaya ke dalam proses pembelajaran, menerapkan pengetahuan, berkolaborasi, dan memotivasi siswa untuk mengidentifikasi hubungan antara mata pelajaran yang berbeda.

Dalam pembelajaran berbasis budaya, budaya merupakan cara bagi siswa untuk mentransformasikan pengamatannya ke dalam bentuk dan prinsip alam yang kreatif. Oleh karena itu, melalui pembelajaran berbasis budaya, siswa tidak hanya meniru dan/atau menerima informasi yang disampaikannya, tetapi juga menciptakan makna, pemahaman, dan makna dari informasi yang diterimanya. Pengetahuan bukan hanya rangkuman cerita dari pengetahuan orang lain, tetapi juga kumpulan (repertoar) pikiran, tindakan, hubungan, prediksi, dan emosi yang merupakan hasil transformasi dari berbagai informasi yang diterima seseorang.

Memahami Pembelajaran Berbasis Budaya
Proses belajar dapat dilakukan di mana saja dalam kehidupan. Sekolah merupakan tempat berlangsungnya tujuan belajar dikeIas. Sekolah merupakan tempat berbudaya karena proses pembelajaran pada dasarnya merupakan proses peradaban. Dalam hal ini, proses peradaban di sekolah membantu mengembangkan budaya masyarakat melalui prestasi akademik siswa, sikap, pengetahuan, keterampilan, tradisi yang ada dalam budaya masyarakat, dan prestasi akademik siswa.
 
Kebudayaan adalah suatu pola perilaku manusia, dan produk yang dihasilkannya adalah melahirkan pola pikir, pola bahasa, pola perilaku, benda buatan manusia, dan sangat bergantung pada kemampuan mempelajari pengetahuan dan mewariskannya kepada generasi berikutnya. Metode pembelajaran budaya terjadi dalam bentuk aset adat istiadat budaya dari satu turunan ke generasi berikutnya. Pewarisan tradisi budaya dikenal dengan proses enkulturasi, sedangkan adopsi budaya dikenal dengan proses akulturasi. Kedua proses tersebut mengarah pada terbentuknya budaya dalam suatu masyarakat. Pendidikan adalah proses pembudayaan, proses pembelajaran di sekolah merupakan proses pembudayaan formal atau proses akulturasi; maka pada saat yang sama pendidikan merupakan alat untuk pelestarian budaya, transmisi budaya, dan adopsi budaya, serta pelestarian budaya.

Pembelajaran berbasis budaya didasarkan pada pengakuan budaya sebagai bagian mendasar dari pendidikan, ekspresi dan komunikasi ide, dan pengembangan pengetahuan. Pembelajaran berbasis budaya dapat dibagi menjadi empat jenis: belajar tentang budaya, belajar dengan budaya, belajar melalui budaya, dan belajar canggih. Tujan teori pembelajaran berbasis budaya di sekolah, yang didasarkan pada teori konstruktivisme(pembangunan) dalam pendidikan, secara khusus berkembang dari Pemikiran Vygotsky,  Piaget, dan Brooks & Brooks.

Melalui pembelajaran berbasis budaya, memasukkan budaya lokal yang tidak selalu dimasukkan dalam kurikulum ke dalam proses pembelajaran berbagai mata pelajaran di sekolah.

Pada dasar nya pembelajaran berbasis budaya didedikasikan untuk mata pelajaran seni SBK (Seni Budaya dan Keterampilan ), atau lebih tepatnya materi menggambar motif batik. Dalam pembelajaran berbasis budaya ini, susunan kualitas rencana terkait dengan budaya siswa, atau batik. Batik merupakan budaya Indonesia yang perlu dilestarikan, pembelajaran berbasis budaya bertujuan untuk lebih mengenal batik, dan siswa dapat bangga dengan batik sebagai karya budaya bangsa Indonesia.
 
Suprayekti (2008:12) mengusulkan pendekatan berbasis budaya untuk merancang pengalaman belajar yang menciptakan lingkungan belajar dan mengintegrasikan budaya sebagai bagian dari proses pembelajaran. Pembelajaran berbasis budaya dapat diartikan sebagai strategi pembelajaran yang relevan dan menarik yang perlu dikembangkan pada mata pelajaran seni rupa. Proses pembeIajaran ini menirukan siswa/siswi pada budaya yang ada di daerah tersebut.

Menurut teori konstruktivis, proses pembelajaran pembelajaran berbasis budaya tidak dapat dirancang sedemikian rupa sehingga guru bertindak sebagai pengajar sedangkan siswa pasif mendengarkan dan mencatat mata pelajaran yang diajarkan oleh guru. Berfokus pada strategi atau metode untuk melakukan siswa ini: 

a)Memahami hubungan antara konsep/prinsip dalam bidang sains dan budaya dalam berbagai konteks baru. 
b)Memperoleh pemahaman terpadu tentang ilmu pengetahuan dan budaya sebagai dasar berpikir kritis. 
c)Berpartisipasi secara positif, gembira, dan bangga mempelajari bidang ilmu pengetahuan dengan pembelajaran berbasis budaya. 
d)Menciptakan makna melalui berbagai interaksi berdasarkan pengetahuan dan pengalaman sebelumnya. 
e)Memahami bahwa terdapat prinsip-prinsip ilmiah dalam kehidupan sehari-hari siswa dalam konteks budaya masyarakat.
f)Memperoleh pemahaman yang menyeluruh dan keterampilan ilmiah untuk mempersepsikan segala sesuatu yang ada di sekitarnya, termasuk budaya dan berbagai ekspresi budaya.

Model Pembelajaran Berbasis Budaya.
Kebudayaan diturunkan dari generasi ke generasi dalam suatu proses yang disebut pewarisan budaya. Selain pewarisan, proses peradaban juga tercipta dalam bentuk diadopsinya tradisi budaya oleh masyarakat yang tidak mengenal budaya tersebut.
Warisan tradisi budaya disebut akulturasi. 

Proses akulturasi biasanya bersifat informal dalam lingkungan keluarga atau masyarakat, seperti tata krama dan adat istiadat. Sedangkan proses akulturasi secara formal dilakukan melalui pendidikan.  Bahwa pendidikan adalah proses peradaban dan pendidikan juga dipandang sebagai sarana perubahan budaya.

Pendidikan berperan dalam adopsi, transmisi, pelestarian, dan pelestarian budaya. Jika guru bermaksud menerapkan pembelajaran berbasis budaya pada mata pelajaran seperti seni rupa (seperti batik), proses pembelajaran dapat dilakukan disekolah.

Metode Pembelajaran Berbasis Budaya. 
Yaitu menitikberatkan pada beberapa hal: 1) Siswa berada dalam bidang ilmu pengetahuan, budaya, berbagai konteks baru, dan komunitas budayanya. 2) Strategi atau metode untuk pemahaman terpadu ilmu pengetahuan dan budaya sebagai dasar berpikir kritis, memecahkan berbagai masalah dalam konteks komunitas budaya, dan membuat keputusan yang efektif berdasarkan prinsip-prinsip ilmiah. 3) Strategi atau metode yang memungkinkan siswa untuk menciptakan makna berdasarkan pengetahuan dan pengalaman awal mereka melalui berbagai interaksi positif dengan siswa lain, karakter, guru, dan bahan sampel tertentu. 4) Suatu strategi atau metode yang membuat semua siswa senang dan bangga untuk berpartisipasi aktif dan mempelajari bidang ilmu pengetahuan dengan pembelajaran berbasis budaya. 5) Strategi atau metode untuk membantu siswa memahami bahwa ada kaidah ilmiah dan kehidupan sehari-hari siswa, konteks komunitas budaya, bahwa ada budaya dalam konteks sains, dan bahwa prinsip-prinsip ilmiah adalah bagian dari budaya itu.

Persepsi dan aktivitas sangat erat kaitannya dalam dialog sehingga proses belajar tidak lepas dari perilaku (aktivitas) dan interaksi. Belajar adalah proses penciptaan makna sebagai hasil pemikiran individu melalui interaksi dalam konteks sosial. Dalam hal ini, tidak ada realisasi realitas yang dapat dianggap lebih baik atau benar. Sejalan dengan pendapat Vygotsky (Utami, 2012), representasi realitas yang berbeda dalam konteks yang berbeda digunakan untuk tujuan yang berbeda pula. Pengetahuan tidak dapat dipisahkan dari aktivitas di mana ia dibangun dan menghasilkan makna, dan dari komunitas budaya di mana ia disebarluaskan dan diterapkan. Makna datang melalui aktivitas, interaksi sosial, dan komunitas budaya tersebut.

Model Dan Aplikasi Pembelajaran Berbasis Budaya 
Proses pembelajaran merupakan kegiatan implementasi kurikulum sekolah untuk membantu siswa mencapai tujuan pendidikannya. Tujuan pendidikan sangat penting untuk mengubah perilaku secara intelektual, moral, dan sosial sehingga dapat mandiri dalam kehidupan masyarakat. Untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut, siswa berinteraksi dengan lingkungan belajar yang diatur oleh guru selama proses pembelajaran.

Pembelajaran berbasis budaya menekankan pada pencapaian pemahaman yang terintegrasi (integrated understanding), bukan sekedar pemahaman yang mendalam (inactive understanding). Pemahaman yang terintegrasi memungkinkan siswa untuk bertindak secara mandiri atas dasar prinsip-prinsip ilmiah, memecahkan masalah yang dihadapi dalam konteks budaya masyarakat, dan mendorong siswa untuk berkreasi dan berdasarkan konsep dan prinsip ilmiah. Mendorong guru untuk terus mencari ide. Pemahaman terpadu sebagai hasil pembelajaran berbasis budaya menuntut siswa untuk menciptakan makna melalui substansi disiplin ilmu dan konteksnya. Konteksnya dalam hal ini adalah masyarakat budaya. Materi tersebut memuat (a) pengetahuan isi, yaitu konsep dan prinsip di bidang ilmu pengetahuan alam, (b) pengetahuan penelitian dan pemecahan masalah, yaitu pengetahuan tentang proses penemuan dan proses pemecahan masalah di lapangan. dari ilmu alam. (C) Pengetahuan budaya dan teknoIogi, yaitu pengetahuan tentang di bidang sains dan budaya.

Makna Pendidikan Bersandar Budaya. 
Jika reformasi yang dilakukan selama ini belum maksimal berhasil, itu karena pendidikan gagal membangun masyarakat yang cerdas. Walaupun saat ini kita sedang membahas tentang pendidikan, namun dapat dikatakan efektif jika pendidikan belum mampu menghasilkan sumber daya manusia yang cerdas yang dapat membangun sistem pendidikan yang ideal bagi Indonesia selama ini. 

Melihat beberapa fakta di atas dan hasil pendidikan saat ini, kita dapat menyimpulkan bahwa reformasi pendidikan diperlukan di Indonesia. Reformasi sangat penting sebelum paradigma yang mendominasi sistem pendidikan Indonesia. Konstitusi menetapkan bahwa salah satu tujuan rakyat adalah mencerdaskan kehidupan rakyat. Oleh karena itu, pendidikan harus diarahkan untuk mencerdaskan kehidupan negara sebagai perwujudan cita-cita negara. Secara demografis, jumlah penduduk Indonesia yang besar seharusnya memiliki keunggulan dibandingkan negara lain. Jika Anda memiliki populasi besar dan bakat budaya yang baik, kemajuan juga menjadi milik negara itu.

Perpaduan Pendidikan & Kebudayaan
Kebudayaan merupakan unsur fundamental dari semua pembangunan pendidikan. Pendidikan yang baik tidak serta merta hanya mengembangkan kecerdasan; yang paling penting, itu adalah kecerdasan yang dibudidayakan. Sejak berdirinya negara, para founding fathers telah memperhitungkan bahwa pendidikan merupakan salah satu sarana untuk mengenali keragaman budaya negara.

Di Indonesia, eksperimen terhadap pendidikan sebelumnya telah dibajak oleh standar global, penerapan pendidikan sebenarnya telah dibutakan, meninggalkan nilai budaya lokal yang asli. Kredibilitas pendidikan yang dibudidayakan diasingkan dengan mengikuti standar dunia. Kehadiran sistem baru dalam pendidikan yang dibangun lebih banyak menimbulkan efek samping daripada manfaatnya, sehingga permasalahan kompleksitas peningkatan mutu pendidikan dewasa ini merupakan permasalahan yang hanya berorientasi pada pengejaran standar global.

Budaya Untuk Pendidikan
Kebudayaan yang menjadi ruh pendidikan adalah kebudayaan pada tataran nilai. Kebudayaan bukanlah kebudayaan yang statis, tetapi ia bereaksi secara valuatif terhadap unsur-unsur yang dikandungnya. Nilai-nilai budaya yang menjadi ruh pendidikan adalah nilai-nilai luhur yang telah hidup di masyarakat. Unsur universal dan nilai budaya terdapat dalam bahasa, teknologi, organisasi sosial, sistem pengetahuan, dan seni. Di bidang teknik misalnya, melihat bangunan-bangunan tradisional seperti peninggalan sejarah dan berbagai rumah adat yang ada di indonesia.

Ketika pendidikan diintegrasikan dengan budaya, ada keuntungan bersama. Pendidikan, misalnya, menyampaikan nilai budaya seni budaya seperti tari dan dongeng. Pembelajaran ini merupakan bentuk pelestarian budaya.

Penutup 
Penggunaan budaya lokal (adat istiadat) dalam Pembelajaran Berbasis Budaya sangat bermanfaat bagi pemaknaan proses dan hasil belajar, karena siswa mendapatkan pengalaman belajar kontekstual (jembatan pembelajaran) dan materi apersepsi untuk memahami konsep sains dalam budaya (suku) lokalnya . Selain itu, model penggabungan budaya dalam pembelajaran dapat memperkaya budaya (adat istiadat) lokal yang pada gilirannya juga dapat mengembangkan dan memperkuat budaya nasional yang merupakan puncak budaya lokal dan mengembangkan budaya etnis.

Dalam Pembelajaran Berbasis Budaya, budaya diintegrasikan sebagai alat untuk proses pembelajaran untuk keinginan siswa untuk menerapkan pengetahuan, bekerja sama, dan memahami keterkaitan antara berbagai mata pelajaran. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa yang meliputi faktor kebebasan, tanggung jawab, pengambilan keputusan, pengarahan diri sendiri, psikologis, fisik, memori, dan motivasi. 

Dari beberapa faktor tersebut motivasi belajar perlu mendapat perhatian khusus, karena motivasi belajar yang rendah nampaknya menjadi faktor utama penyebab rendahnya partisipasi siswa dalam belajar. untuk menjangkau komunitas budaya dan untuk menciptakan pemahaman yang terintegrasi tentang makna informasi ilmiah yang diterima siswa melalui pendekatan pembelajaran berbasis budaya. Teori kognitif mengutamakan proses belajar, bukan hasil belajar. Menurut teori ini, belajar tidak hanya mencakup hubungan antara rangsangan dan tanggapan. Namun, belajar membutuhkan proses berpikir yang sangat kompleks. Selain itu, teori ini menyatakan bahwa pengetahuan dibangun dalam diri individu melalui proses interaksi yang terus menerus dengan lingkungan.

Ikuti tulisan menarik muhamad yusup lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu