Memaknai Cerpen Sungai dalam Buku Kumpulan Cerpen Menghardik Gerimis Karya Sapardi Djoko Damono
Jumat, 24 Desember 2021 15:09 WIB
Cerpen merupakan karya sastra yang singkat sehingga dapat dibaca dengan sekali duduk. Biasanya cerpen dituliskan degan singkat, padat, dan jelas menceritakan tentang konflik yang dihadapi tokoh utama. Salah satu sastrawan yang aktif menulis cerpen yaitu Sapardi Djoko Damono. Beliau lahir pada 20 Maret 1940 dan wafat pada 19 Juli 2020. Karya yang paling populer dari beliau yaitu Hujan Bulan Juni, Sepasang Sepatu Tua, Menghardik Gerimis, dan masih banyak lagi.
Menghardik Gerimis merupakan kumpulan cerpen yang terdiri dari 38 cerpen salah satunya yaitu Sungai. Cerpen Sungai menceritakan tentang kesetiaan sesorang yang mencintai orang lain dengan tulus meski banyak cobaan yang datang. Adapun cerpen Sungai karya Sapardi Djoko Damono adalah sebagai berikut:
SUNGAI
Karya Sapardi Djoko Damono
Aku bersahabat dengan sebuah sungai. Sejak muncul dari mata air di gunung itu, ia segera mengenalku dan tampaknya telah jatuh cinta padaku. Ia tidak bertepuk sebelah tangan. Tentu, aku tidak tahu mengapa. Pada hakikatnya, ia baik, meskipun perangainya suka berubah-ubah menurut penilaian sementara orang. Ia menjalani hidup yang sukar. Begitu muncul dari mata air, ia harus mencari jalannya sendiri, meliuk-liuk, terus bergerak agar tetap dianggap sebagai sungai.
Kami selalu bercakap-cakap tentang segala sesuatu yang ditempuhnya. Katakanlah, kesukaran hidupnya. Lereng gunung, hutan, daerah yang terjal berbatu-batu lembah yang tak terbayangkan luasnya-malah di beberapa tempat ia harus terjun beberapa ratus meter tingginya. Dan orang merayakannya.
Di musim hujan, air yang tercurah dari langit sering tidak bisa ditampungnya. Bahkan, ia yang berasal dari mata air di gunung itu seolah-olah lenyap begitu saja dalam banjir yang konon bisa menghanyutkan apa saja. Tetapi ia tidak pernah mengeluh dan oleh karenanya aku, bahkan, semakin mencintainya. Di dalam perjalanan hidupnya yang sukar itu, aku senantiasa menemaninya. Aku diam-diam mencintai kelokan-kelokannya yang jika dipandang dari atas, tampak seperti lukisan abstrak. Aku diam-diam mengagumi suara riciknya ketika ia bernyanyi menghindari bebatuan, disaksikan oleh pohonan rindang yang suka tumbuh di sepanjang tepinya. Apalagi, jika kebetulan ada beberapa ekor burung yang berkicau di ranting-ranting pohonan itu. Aku, ter-utama sekali, suka diam-diam terpesona oleh gemuruh
suaranya. Ketika ia harus terjun dari ketinggian ratusan meter itu, mengingatkanku pada beberapa penggal sampak dalam gending Jawa dan simfoni Bethoven. Di beberapa tempat ,ia, bahkan, menggodaku untuk terjun ke airnya yang jernih dan tenang; ini adalah puncak cinta kita, katanya.
Singkat kata, kami senantiasa bersama-sama. Sampai pada suatu waktu ketika kami harus menyeberangi sebuah padang pasir. Ia tampak bingung gamang. Seperti putus asa. Bujukanku tak mempan; aku akan lenyap dan meninggalkanmu, katanya. Tidak, kau akan menyusup di bawah samudra pasir itu dan tidak lenyap, kataku. Aku sendiri, sebenarnya, agak ragu-ragu dan cemas. Namun, aku yakin bahwa cinta kami tidak mungkin dipisahkan, bahkan, oleh padang pasir. Kami pun ternyata memang harus berpisah meskipun tetap saling mencintai. Katanya, ia akan menyusup di bawah samudra pasir itu sementara aku diharapkannya untuk terus saja menempuh perjalananku. Dalam perjalananku di bawah matahari yang terik, yang selama ini telah menjadi saksi cinta kami, kami bisa saja bertemu dan melepas rindu. Untuk itu, aku harus menggali dan terus menggali, tanpa putus asa, agar bisa mencapainya jauh di bawah sana. Hanya dengan begitu, ia bisa muncrat ke atas dan menjelma genangan air kecil; itulah wujud cinta kami.
Dalam cerpen menceritakan tentang tokoh aku dan sungai. Kata sungai merupakan pilihan kata yang dapat ditafsirkan sebagai seseorang. Sedangkan tokoh aku merupakan seseorang yang sangat mencintai tokoh sungai.
Paragraf pertama pada bagian “…Pada hakikatnya, ia baik, meskipun perangainya suka berubah-ubah menurut penilaian sementara orang. Ia menjalani hidup yang sukar. Begitu muncul dari mata air, ia harus mencari jalannya sendiri, meliuk-liuk, terus bergerak agar tetap dianggap sebagai sungai.”. menceritakan tokoh aku yang baru mengenal sosok sungai yang mandiri dan tak kenal menyerah.
Paragraf kedua dan ketiga menceritakan masalah-masalah yang hadir namun tokoh aku tidak mau menyerah dengan keadaan, hal itu dapat terlihat dari teks bagian “Tetapi ia tidak pernah mengeluh dan oleh karenanya aku, bahkan, semakin mencintainya. Di dalam perjalanan hidupnya yang sukar itu, aku senantiasa menemaninya”.
Dan paragraf terahkhir yaitu tentang tokoh aku dan sungai yang harus berpisah namun masih saling mencintai. Hal tersebut dapat dilihat dari bagian “Kami pun ternyata memang harus berpisah meskipun tetap saling mencintai. Katanya, ia akan menyusup di bawah samudra pasir itu sementara aku diharapkannya untuk terus saja menempuh perjalananku.”
Memaknai sebuah cerpen setiap orang bisa memiliki presepsi dan penilaian masing-masing. Dalam cerpen Menghardik Gerimis dapat memaknai bahwa setip orang bisa mencintai orang lain dengan tulus meskipun banyak halangan yang datang. Tokoh sungai merupakan gambaran wanita mandiri yang tangguh dalam melewati banyak rintangan dalam kehidupannya. Sedangkan tokoh aku menggambarkan laki-laki yang tulus mencintai perempuannya meski banyak yang tidak setuju dalam hubungannya.
Dalam kehidupanpun kisah tersebut termasuk sering terjadi, banyak pasangan yang memiliki permasalahan yang sama. Mulai tidak disetujui oleh keluarga, permasalahan pribadi dari kedua pihak, serta permasalahan yang muncul dalam sebuah hubungan namun mereka memaksakan untuk bersama, dan pada akhirnya dipisahkan karena keadaan yang tidak memungkinkan.
Penulis Indonesiana
0 Pengikut
Memaknai Cerpen Sungai dalam Buku Kumpulan Cerpen Menghardik Gerimis Karya Sapardi Djoko Damono
Jumat, 24 Desember 2021 15:09 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler