Melukis Langit
Minggu, 2 Januari 2022 21:57 WIBPuisi ini tentang mimpi seseorang yang ingin mempunyai bisnis di bidang kuliner yanng hendak diwujudkan namun terkendala stigma dari lingkungan sekitar sehingga ia membangun mimpinya sendiri tanpa orang-orang sekitar mengetahui dan akhirnya dia sukses menuyumbangkan karya terbaiknya untuk keluarga dan lingkungan.
Melukis Langit
Kemarin aku datang kepadamu saat mentari mulai redup
Berbincang ragam cerita kehidupan
Tentang Matahari yang tak kunjung terang
Dan air yang sesekali menghampar di jalan
Kusampaikan maksudku , hendak memintamu
Memahami desain masa depanku
Ataupun mimpi yang mulai kurangkai
Dari 1000 meter terhampar tanah
Kau buat dalam rinci hingga global literasi finansial
Hingga aku tahu, aku belum sanggup tanapa bantuan kawan
Tapi aku tak pernah benamkan harapan
Hingga Dia tahu aku tak sedang bercandaan
Kini aku datang lagi padamu saat Matahari masih temaram
Tak juga jengah menunggunya untuk segera merasakan gerah
Duduk sendiri melukis langit tanpa mentari
Atau menunggu bintang datang dan terus mendakinya
Kurangkai lukisanku di langit, bagai mulai cerah menarik garis dan arah
Tiga gazebo, dua kamar mandi, lima display besar kuliner dan musholla
Dua tempat bermain, arena kumpul keluarga tuk bergembira
Dilingkungi asri bunga dan hijau rerumputan, diantara paving cantik berjajar.
lalu lalang para pengunjung mulai berjejal di semua display
Tua muda saling menyapa dalam keramahan dan bahagia
Harga yang tak menggigit telinga dan rasa yang menancap di lidah
Membawa cerita gembira ke semua lidah yang menyantap
Kuhamparkan doa untuk sang Pencipta
Kusyukuri semua karunia tiada henti
Hingga aku lupa bahwa kamu pun mesti datang, kunanti
Agar kau tahu, indahnya berbagi bahagai dengan sesama, dengan hati
Masihkah kau ingat? Niat baik, berkata baik dengan cara baik.
Semesta akan mendukung kita dari arah yang tak terduga
Yakinlah Tuhan Maha Melihat dan Maha Kasih Sayang
Dia juga Maha Kaya dan Maha Memberi
jadi jangan berburuk sangka padaNya , juga pada manusia
Kelak kau akan tahu , persangkaanmu itulah yang diijabah
Mari merangkai kuas dengan penuh warna -warni
Di dunai kita sementara, cepatlah berbagi bahagia
Umur panjang kita lewati dalam kemanfaatan
jangan lupa ada si Yatim dan si papa
Butuh kita sisihkan sebagian
Karena kebahagiaan kita ada senyuman mereka
Penulis Indonesiana
0 Pengikut
Melukis Senja Bersama Kekasih
Kamis, 6 April 2023 19:49 WIBAnak Itu Bernama Nael
Rabu, 8 Maret 2023 18:39 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler