x

Gambar oleh Taken dari Pixabay

Iklan

Almanico Islamy Hasibuan

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 22 November 2021

Sabtu, 22 Januari 2022 07:53 WIB

Negara Rempah Pengimpor Rempah

Indonesia terkenal akan rempahnya. Kekayaan inilah yang mengundang Belanda untuk berlabuh di negara kepulauan kita, namun apakah hal ini masih sama sampai sekarang? Apakah Indonesia masih kaya akan rempahnya? Jika iya, mengapa Indonesia mengimpor rempah yang disebut sebagai kekayaan tersebut?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Negara Indonesia kaya akan rempah-rempah. Itu yang dulu membuat Belanda tertarik mendarat di kepulauan Indonesia. Tapi semua seakan berubah beberapa tahun terakhir. Indonesia menjadi negara pengimpor rempah untuk memenuhi kebutuhan domestik. Indonesia sebagai negara produsen cengkih terbesar di dunia, mengimpor cengkih dari negara produsen kedua terbesar di dunia, yaitu Madagaskar. Salah satu penyebabnya adalah produksi rokok Indonesia yang tinggi akibat penduduknya pengkonsumsi rokok yang tinggi. Untuk kepentingan itu Indonesia juga harus mengimpor tembakau.

Indonesia juga mengimpor pala sejak tahun 1991 (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2020). Produsen pala mayoritas berada di daerah Timur Indonesia seperti Maluku Utara, Maluku, dan Papua Barat (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2020). Indonesia juga mengimpor lada dan mengalami peningkatan di abad ke-21 ini, terutama di tahun 2014 yang mencapai 6.000 ton.

Semua ini dapat dikatakan fenomena yang aneh. Indonesia mengekspor rempah dan juga mengimpor rempah. Ekspor cengkih Indonesia cenderung berfluktuasi, sama dengan impor cengkih. Hal ini berbeda dengan komoditas pala yang impornya hanya mencapai ratusan ton, berbeda jauh dengan ekspornya yang mencapai puluh ribuan ton.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Salah satu penyebab impor rempah ini, khususnya komoditas cengkih, adalah karena permintaan domestik yang tidak dapat dipenuhi industri rokok kretek . Industri rokok kretek menyerap 95% cengkih domestik (Kementerian Pertanian, 2020). Permintaan yang tinggi ini diperparah dengan karakteristik tanaman cengkih yang panennya cenderung mengalami fluktuasi. Pada tahun 2017, panen cengkih mengalami gangguan akibat cuaca yang buruk (Asosiasi Petani Cengkeh, 2017). Ekspor cengkih turun pada tahun tersebut dari 12.000 ton pada tahun 2016 menjadi 9.000 ton. Impor cengkih meningkat tinggi dari 6.000 ton pada tahun 2016 menjadi 13.000 ton.

Indonesia memang kaya akan rempah-rempah. Namun dengan produktivitas yang masih dapat ditingkatkan dan masalah kelebihan permintaan domestik yang harus ditutupi dengan impor, membuat Indonesia terkesan berkontradiksi dengan julukannya.

Ikuti tulisan menarik Almanico Islamy Hasibuan lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu