x

Uji coba hasil Produksi bensin sawit (Bensa) pada kendaraan sepeda motor dan mobil, di Workshop PT Pura Engineering, Kudus, Jawa Tengah. Selasa, 11 Januari 2022. Foto-Ist.

Iklan

djohan chan

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 28 November 2019

Senin, 31 Januari 2022 06:30 WIB

Menuju Kemandirian Energi Indonesia, ITB Ciptakan Bensin Dari Minyak Sawit

Dibalik larangan Ekspor Minyak Sawit, ternyata untuk digunakan sebagai Bahan Bakar Minyak (BBM) kendaraan bermotor. Hal ini tercipta, atas rekayasa anak bangsa yang dipimpin Doktor bidang Kimia dan Peneliti Energi Terbarukan, dari Institut Teknologi Bandung (ITB). yang dipimpin I Gusti Ngurah Makertihartha.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Dibalik larangan Ekspor Minyak Sawit, ternyata untuk digunakan sebagai Bahan Bakar Minyak (BBM) kendaraan bermotor. Hal ini tercipta, atas rekayasa anak bangsa yang dipimpin Doktor Gusti Ngurah Makertihartha bidang Kimia dan Peneliti Energi Terbarukan, dari Institut Teknologi Bandung (ITB).

Menurut Ngurah Makertihartha bahan bakar berasal dari minyak sawit itu diproses dari dalam tabung dan dipompa, setelah dicampur dengan katalis BIPN 308-1T, akan memicu perengkahan (cracking), dan outputnya menghasilkan biogas oline (bensin nabati), yang memiliki kandungan oktan (Research Octane Number (RON).

 “Dari hasil RON 110 itu, dicampur dengan bensin kelas Premium, maka derajatnya akan naik menjadi Pertamax Turbo. Dapat digunakan untuk mesin rasio tinggi seperti motor balap. Sedangkan untuk mesin kendaraan atau motor biasa, lebih cocok dengan bensin RON 90 (Pertalite) hingga 98 (Pertamax Turbo). Jika lebih dari itu, dinilai sudah tidak efisienlagi,” kata Makertihartha.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Proses untuk menemukan katalis berwarna putih, berbentuk bubuk yang bergumpal kecil, sebagai menggantikan energi fosil, dan juga sebagai umpan BBM yang akan disuling menjadi aneka Bahan Bakar Nabati (BBN), sesuai kebutuhan. Penelitiannya dilakukan oleh para peneliti kimia ITB sejak 1982. Hal ini dilakukan, menurut Makertihartha. Guna menuju kemandirian energi Indonesia.

Sebagaimana dilansir infosawit.com. Melia Laniwati Gunawan dari Kelompok Kerja (KK) Teknologi Reaksi Kimia dan Katalis, dari Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Bandung (FTI- ITB) mengatakan. Bensin sawit (Bensa) RON 105-112, jika dicampur dengan BBM fosil RON 70-80 menghasil bensin RON 93. Perbandingan bensin RON 93 masih di atas Pertamax milik Pertamina yang memiliki RON 92.

Untuk mengelolah beragam minyak sawit, dijadikan BBN ini, membutuhkan dukungan dari berbagai pihak Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, serta Kementerian Riset, Teknologi, dan Perguruan Tinggi lainnya di Indonesia. Sebagai informasi untuk diketahui, baru 25 persen produksi minyak sawit yang terserap, untuk berbagai kebutuhan BBN Indonesia, dari 46 juta ton produksi sawit setiap tahunnya.    

Menurut Direktur Bioenergi Kementerian ESDM, Andriah Feby Misna, Ketua Umum Ikatan Ahli Bioenergi Indonesia (IKABI) Tatang Hernas Soerawidjaja. Produksi bensin sawit (Bensa) ini telah dilakukan uji coba dengan kendaraan sepeda motor dan mobil, pada hari Selasa, 11 Januari 2022 di Workshop PT Pura Engineering, Kudus, Jawa Tengah.  

Direktur Bioenergi Kementerian ESDM, Andriah Feby Misna juga mengatakan, penggunaan Energi Baru Terbarukan (EBT) dari Bahan Bakar Nabati (BBN) Biogas Oline ini mampu menghemat devisa Rp38,04 triliun, bila dibandingkan dengan menggunakan BBM dari Bensin fosil. Dan menjadi nilai tambah Rp13,19 triliun, dari penjualan Crude Palm Oil (CPO) yang dikelolah dengan Katalis, hingga menjadi Biogas Oline (biodiesel).    

Berdasarkan hasil penelitian Kelompok Kerja (KK) Teknologi Reaksi Kimia dan Katalis, dari Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Bandung (FTI- ITB). Penggunaan BBN dari nabati, untuk kendaraan bermotor, mampu mengurangi emisi gas rumah kaca, hingga mencapai 22,3 juta ton CO2.  BBM dari minyak sawit (Bensin oktan RON 110), kadernya jauh di atas bensin yang dijual oleh PT Pertamina (Persero), seperti Pertamax Turbo RON 98, dan Pertamax RON 95.

Dari itu, menurut Ketua Umum Ikatan Ahli Bioenergi Indonesia (IKABI) Tatang Hernas Soerawidjaja, pemerintah perlu serius, untuk mendukung program produksi BBN dari minyak sawit ini. Kalau mau  Indonesia akan muncul sebagai Macan Dunia, dalam hal produksi BBM yang terbuat dari minyak sawit. Karena, untuk proses peralatan metal deguming, hingga untuk proses Katalis, sudah disiapkan oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDP-KS).

Menurut Ketua Umum Ikatan Ahli Bioenergi Indonesia (IKABI). Tatang Hernas Soerawidjaja, temuan hasil riset bidang Kimia dan Peneliti Energi Terbarukan, dari Institut Teknologi Bandung (ITB), sangat membantu untuk mengatasi ketergantuangan Impor kebutuhan BBM Bensin Indonesia. Dari keberadaan Bensin sawit (Binsa) ini diharapkan Indonesia mampu menjadi pengekspor Binsa ke manca negara.  

Sebagaimana diketahui, ancaman ekspor minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) Indonesia ke Eropa oleh regulasi Renewable Energy Directive (RED II) yang dikeluarkan pada 2018, harus dimanfaatkan sebagai peluang hilirisasi sawit dalam negeri. Agar Indonesia bisa menghasilkan produk sawit yang memiliki nilai tambah.

Sebagaimana diungkapkan Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) Sahat Sinaga, dari total 47 juta ton CPO, atau minyak sawit mentah yg diproduksi Indonesia, hanya  20 juta ton untuk konsumsi dalam negeri. Dengan rincian, 9 juta ton untuk penggunaan biodiesel, 7 juta ton untuk pangan, 2,5 juta ton untuk penggunaan oleokimia, dan sisanya untuk kepentingan lainnya.

Dari prediksi Sahat Sinaga menyimpulkan, kalau Indonesia tidak berbuat apa-apa, pada tahun 2024. Maka di khawatirkan, minyak sawit Indonesia akan tersedot ke negara Eropa. Karena kebutuhan domestiknya sangat tinggi. Dari itu, Ketua Riset dan Teknologi Asosiasi Produsen Biofuels Indonesia (Aprobi) Jummy Bismar Martua Sinaga sangat mendorong pemerintah dan stakeholder, untuk mengoptimalkan minyak sawit, sebagai sumber daya yang andal bagi Indonesia.

Sebagai informasi untuk study kajian bahwa, potensi minyak sawit Indonesia saat ini mencapai 55 juta ton pertahun. Selain itu ada potensi Biomas sawit sebanyak 268 juta ton per tahun, biolistrik dari tandan kosong sawit 1.173 MW, dan Biogas dari Palm Oil Mill Effluent (POME) sebanyak 5,7 miliar meter kubik. Ini setara dengan 931 MW biolistrik. Dengan demikian dapat disimpulkan, untuk menanggulangi kepentingan BBM bensin, dapat diganti dengan Bahan Bakar Nabati (BBN).  

Kelapa sawit, merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memiliki peran strategis dalam pembangunan ekonomi Indonesia, dan penghasil kelapa sawit terbesar di dunia. Sebagai gambaran Produksi minyak sawit dan inti sawit pada tahun 2018, tercatat sebesar 48,68 juta ton, terdiri dari 40,57 juta ton crude palm oil (CPO) dan 8,11 juta ton palm kernel oil (PKO). Jumlah produksi tersebut berasal dari Perkebunan Rakyat sebesar 16,8 juta ton (35%), Perkebunan Besar Negara sebesar 2,49 juta ton (5%,) dan Perkebunan Besar Swasta sebesar 29,39 juta ton (60%).

Terkait dengan pengembangan hasil riset bidang Kimia dan Peneliti Energi Terbarukan, dari Institut Teknologi Bandung (ITB), dalam pengelolaan minyak sawit, menjadi Bahan Bakar Minyak (BBM) Bensin. Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif segra membangun produksi Bensin sawit (Bensa) berkualitas tinggi buatan Indonesia, di Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan dan Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau.

Menurut Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif, untuk uji coba ini dari replanting kebun rakyat setempat. Sedangkan untuk pembangunan produk Bensa tersebut, dengan kapasitas 238,5 kilo liter (kl) per hari. Hal ini merupakan parameter, untuk penyusunan Feasibility Study (FS) dan Detail Engineering Design (DED) dimasa mendatang. Ungkap Menteri ESDM, pada hari Selasa kemarin, (25/1), ketika mengunjungi Lapangan Produksi Bensa Skala Pilot di Kudus, Jawa Tengah.

Menurut Menteri ESDM, Demo Plant Bensin Sawit (Bensa) merupakan unit produksi bensin sawit yang mengkonversi minyak sawit industrial (Industrial Vegetable Oil/IVO) menjadi bensin sawit melalui proses perengkahan yang dikembangkan oleh Pusat Rekayasa Katalisis ITB (PRK ITB), Laboratorium Teknik Reaksi Kimia dan Katalis ITB (LTRKK ITB) yang dipimpin oleh Prof. Dr. Subagjo. Proses konversi IVO menjadi bensin sawit dilaksanakan dalam reaktor menggunakan katalis berbasis zeolite yang juga dikembangkan oleh PRK ITB dan LTRKK ITB.   

“ Sumber bahan baku demo plant, berasal dari tandan buah sawit.  Kabupaten Musi Banyuasin, yang merupakan program kerja sama antara Dinas Perkebunan dan Koperasi Pekebun Rakyat bersama dengan peneliti ITB dan BPDPKS. Bahan baku tersebut diolah menjadi IVO pada pilot plant IVO yang telah dibangun di Kabupaten Musi Banyuasin oleh Tim Peneliti Teknik Kimia ITB bersama stakeholder terkait ,sebagai bagian riset terintegrasi yang juga dengan pendanaan BPDPKS dengan kapasitas 6 ton IVO/Jam,” kata Arifin Tasrif (Djohan Chaniago).

Ikuti tulisan menarik djohan chan lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Kisah Naluri

Oleh: Wahyu Kurniawan

Selasa, 23 April 2024 22:29 WIB

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Kisah Naluri

Oleh: Wahyu Kurniawan

Selasa, 23 April 2024 22:29 WIB