x

Melangkah

Iklan

Supartono JW

Pengamat
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Kamis, 3 Februari 2022 16:41 WIB

Ini Lho Maksud Jahat

Orang dekat seringkali lebih tega berbuat jahat daripada orang lain. Bahkan demi egonya, tanpa berpikir simpati, empati, tahu diri, apalagi balas budi karena sudah diberikan banyak kebaikan, demi kepentingannya sendiri, tetap nekat dan memaksa berbuat jahat, bersenang-senang di saat yang lain berjuang.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Perbuatan jahat lahir dari pikiran dan hati yang tak Ikhlas. (Supartono JW.03022022)

Sifat dan sikap egois, individulis, dan mementingkan diri sendiri, adalah tiga faktor yang menyumbang andil kegagalan dan kerugian diri, keluarga, tim, dll. Faktanya, sering terjadi. Di saat orang-orang barsatu padu berjuang agar diri, keluarga, dan tim terhindar dari kegagalan dan kerugian, si egois, individualis, malah berenang-senang untuk kepentingan dirinya.

Ingat-ingat lagi! Nurani itu berkenaan sifat cahaya (sinar dan sebagainya), perasaan hati, dan lubuk hati.@ Baik adalah patut, teratur (apik, rapi, tidak ada celanya, dan sebagainya), mujur, beruntung (tentang nasib), berguna, tidak jahat (tentang kelakuan, budi pekerti, keturunan, dan sebagainya), jujur, sembuh, pulih, selamat (tidak kurang suatu apa), selayaknya, sepatutnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Orang yanga baik-baik, maka tidak jahat, terhormat (tentang kelakuan, budi pekerti, keturunan, dan sebagainya), jujur, hati-hati, sungguh-sungguh dalam setiap langkah dan perbuatan (tidak mempermainkan).

Sementara, jahat adalah sangat jelek, buruk kelakuan, tabiat, dan perbuatan.

Sesuai definisi tersebut, perbuatan manakah yang selama ini sesuai hati nurani saya? Perbuatan baik, baik-baik, atau perbuatan jahat? Apakah saya orang yang egois, individualis, dan suka mementingkan diri sendiri?

Cerdas otak dan emosi

Akibat perkara kecerdasan dan ketidakcerdasan intelegensi (otak) dan personaliti (mental/emosi/perasaan), dampaknya tidak pernah main-main.

Contoh buruknya, orang dekat seringkali lebih tega berbuat jahat daripada orang lain. Bahkan demi egonya, tanpa berpikir simpati, empati, tahu diri, apalagi balas budi karena sudah diberikan banyak kebaikan, demi kepentingannya sendiri, tetap nekat dan memaksa berbuat jahat, bersenang-senang.

Sementara orang-orang di dekatnya dan kekeluargaannya sedang berjuang untuk tidak gagal dan mendera kerigian. Sebab, perilaku jahatnya, pasti menciderai hati nurani orang-orang yang sudah berbagi kebaikan kepadanya dan perbuatan jahatnya pun berisiko mendampak kerugian moril, materil dan lainnya.

Dan itu, dapat dilakukan oleh golongan orang yang cerdas atau tak cerdas otak dan mental/emosi/perasaan.

Baik dan jahat paket

Perbuatan baik dan jahat adalah paket dalam diri manusia. Sebab, tak ada satu pun manusia di dunia ini yang dapat menghindari atau terhindar dari perbuatan tersebut.

Ada banyak motif mengapa orang berbuat baik dan berbuat jahat. Namun motif tersebut sangat dilandasi oleh spidometer pendidikan nonformal dan formal seseorang baik yang di dapat dari lingkungan keluarga, bangku sekolah/kuliah, dan pengaruh dari keteladanan masyarakat, para wakil rakyat, dan pemimpin negeri.

(Kejahatan Rakyat Jelata) Peristiwa kejahatan yang pelakunya tak mengenal korbannya, itu sudah lazim terjadi dan biasanya latar belakangnya karena soal perut yang lapar. Sehingga pelaku kejahatan sampai tega melukai bahkan membikin nyawa korban melayang demi mendapatkan harta benda milik korban. Peristiwa kejahatan semacam ini saya sebut sebagai Kejahatan Rakyat Jelata. Sebab perikemanusiaan dan perikeadilan di negeri ini masih sebatas wacana, mimpi bagi rakyat jelata.

(Kejahatan Kerah Putih) Masyarakat juga tahu bahwa di dunia ini ada istilah Kejahatan Kerah Putih. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kejahatan kerah putih adalah tindak pidana yang dilakukan oleh pegawai yang berprofesi, dari pemerintah atau swasta, untuk kepentingan pribadi atau golongannya, seperti melakukan kejahatan korupsi, penyalahgunaan tender, dan sebagainya.

(Kejahatan Tak Amanah) Kejahatan macam ini, sejatinya terjadi sejak zaman-zaman kerajaan dahulu. Tetapi, meski banyak negeri sudah tak berbentuk kerajaan lagi, ternyata para wakil rakyat dan pemimpin negeri yang seharusnya berbuat dan bertindak amanah untuk rakyat, malah hanya amanah untuk diri dan keluarganya, kelompok dan golongannya, oligarki dan dinastinya, serta partai dan cukong, di atas penderitaan rakyat.

Selain itu, tentu masih banyak bentuk kejahatan yang lain tergantung motifnya. Namun, dari bentuk kejahatan rakyat jelata, kejahatan kerah putih, dan kejahatan tak amanah, kira-kira kejahatan jenis mana yang sudah sering saya perbuat?

Ikuti tulisan menarik Supartono JW lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu