x

Iklan

nurfikri muhamad alfiansnyah

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 11 Maret 2022

Sabtu, 12 Maret 2022 15:54 WIB

Jenderal Hoegeng Iman Santosa Panutan untuk Generasi Muda

Tugas Kulian Antikorupsi

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Jenderal Hoegeng Iman Santosa Panutan Untuk Generasi Muda

“Selesaikan tugas dengan kejujuran, karena kita masih bisa makan pakai garam,” merupakan salah satu ungkapan yang paling dikenang dari sosok Jenderal Polisi Drs. Hoegeng Iman Santoso. Lahir di Pekalongan, 14 Oktober 1921 dan wafat pada 14 Juli 2004. Beliau merupakan tokoh Kepolisian Indonesia yang pernah menjabat sebagai Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia ke-5.

Jenderal Hoegeng sangat terkenal dengan karakternya sebagai polisi paling berani dan jujur ​​di Indonesia oleh media dan masyarakat. Beliau hidup pada era banyak pejabat pemerintah yang korup. Mantan Presiden Indonesia yaitu Abdurrahman Wahid (Gusdur) seringkali memuji karakter yang dimiliki oleh Hoegeng. Sikapnya yang jujur membuat mantan Presiden Indonesia Abdurrahman Wahid (Gusdur) mengatakan bahwa, "Hanya ada 3 polisi jujur ​​di negara ini: polisi tidur, patung polisi, dan Hoegeng".

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Hoegeng adalah salah satu orang tersingkat yang mengepalai badan kepolisian nasional Indonesia dari tahun 1968–1971. Sebagai sosok yang dikenal memiliki integritas dan kejujuran yang tinggi, tentu menjadikan beliau menjadi panutan bagi setiap kalangan masyarakat, dan dirindukan kehadirannya hingga saat ini. Berbagai contoh keteladanan beliau banyak diceritakan dalam berbagai literatur dan infografis yang mencerminkan karakter yang sangat kuat lahir dari Jendral Hoegeng Iman Santoso yang dapat di teladani generasi muda dan masih relevan hingga era digital saat ini.

Tentu Indonesia tidak mengalami kekurangan jumlah orang yang cerdas, pintar dan cerdik, akan tetapi kita masih mengalami persoalan dengan sifat kejujuran, disiplin, dan kesederhanaan. Fenomena sosial akhir-akhir ini membuat kita merasa miris, dimana banyak sekali generasi muda yang gemar memamerkan kekayaannya yang ternyata bersumber dari cara yang tidak benar. Demikian pula, kita masih menghadapi persoalan kejujuran yang menghinggapi beberapa elit pemerintah baik pusat maupun daerah yang terjerat kasus korupsi. 

Dengan kondisi seperti ini, kita membutuhkan kesadaran bersama bahwa kejujuran , kedisiplinan dan kesederhaan sangatlah penting untuk dimiliki oleh setiap individu di tengah pengaruh global, kapitalisme, hedonisme dan paham-paham lain yang telah mengikis nilai-nilai pada diri individu masyakarat terutama generasi muda khususnya kalangan generasi Y, Z dan Alfa.

Apalagi pada tahun 2045, negara Indonesia akan memperoleh bonus demografi yang sangat berlimpah pada usia muda yang semestinya produktif, tangguh, agile, dan adaptif terhadap setiap perubahan yang terjadi di masa yang akan datang. Generasi Muda ini membutuhkan pemahaman, pembelajaran dan tuntunan agar mampu terus tumbuh dan berkembang menjadi individu yang dapat bertanggung jawab, memiliki kemampuan menyelesaikan masalah, kreatif dan dapat membangun hubungan baik dengan banyak orang.

Seluruh harapan ini akan indah pada waktunya nanti, apabila generasi muda bisa menjaga nilai-nilai yang telah ditanamkan oleh Jenderal Hoegeng semasa beliau aktif menjadi Anggota hingga Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia dengan Kejujurannya yang tercermin dalam tingkah laku dalam usaha yang membuat dirinya dapat diandalkan dalam tutur kata, perbuatan dan kegiatan. Jenderal Hoegeng memiliki sifat jujur dibuktikan dengan saat menjabat sebagai Menteri Iuran Negara Hoegeng selalu mencatat setiap iuran atau pendapatan ke kas negara. Hoegeng saat menjadi Menteri Iuran Negara tidak mengumpulkan kekayaan untuk kepentingan pribadi. Padahal bisa saja ia menghimpun harta untuk keluarganya dengan menyalahgunakan uang negara atau melakukan tindak korupsi. Dan pada saat itu keadaan negara juga sedang kocar – kacir karena merupakan negara yang baru merdeka. Tetapi Hoegeng tidak ingin korupsi bahkan anti korupsi dan Hoegeng tetap memegang prinsipnya untuk menjadi pribadi yang jujur (Suhartono, 2013: 62).

Sebagai contoh lain, Jenderal Hoegeng adalah seorang yang tidak berhasil disuap, dibuktikan ketika ia bertugas dimedan dengan pangkat Kompol. Beliau membongkar praktek suap menyuap yang dilakukan oleh para polisi, jaksa dengan bandar judi. Barang – barang mewah pemberian bandar judi ia buang keluar jendela. Bagi beliau lebih baik hidup melarat dari pada menerima suap atau korupsi. Prinsip hidup yang beliau pegang ini ia tiru dari mantan wakil presiden Indonesia yaitu Mohammad Hatta.

Selain kejujuran, sifat dan sikap lain yang dimiliki oleh Jenderal Hoegeng ialah disiplin. Sikap disiplin sangatlah penting dan sebagai keharusan bagi setiap orang kapan saja dan dimana saja, sebab disiplin menentukan fluensi manusia dalam meraih sesuatu yang ia inginkan (Ardiansyah, 2013). Disiplin waktu sangat berguna baik disiplin waktu belajar ataupun disiplin saat bekerja. Jendral Hoegeng adalah orang yang disiplin dibuktikan dengan ketika beliau menjabat sebagai Menteri/sekretaris Presidium kabinet dimana pegawai masuk mulai pukul 07.00 dam pulang pukul 14.00, Jendral Hoegeng selalu berangkat lebih cepat yakni pukul 05. 30 bahkan ketika sudah menjadi Kapolri Hoegeng juga masih berangkat lebih cepat dari jam masuk yang ditentukan. Adytia Soesanto Hoegeng (anak Hoegeng) mengatakan dalam (Sohartono 2013) bahwa ayahnya, Hoegeng mempercayai orang dengan ketepatan waktu yang dijanjikannya, karena dengan presisi waktu maka orang dapat memprakarsai sesuatu dengan baik, jika tidak menepati waktu maka sulit untuk melakukan sesuatu, apalagi mempercayai ucapannya (Suharono, 2013).    

Kedisiplinan Jendral Hoegeng sangat penting kita teladani untuk generasi muda karena pada saat ini di Indonesia terdapat budaya ngaret, dimana ngaret ini bermula dari karet yang mempunyai ciri yang elastis dan mudah direnggangkan. Dalam budaya ngaret ini hal yang dimaksudkan adalah waktu. Sebenarnya orang yang mengulur waktu atau orang yang datang terlambat bukan tanpa sebab, hal itu terjadi dikarena banyak orang yang belum bisa memperhitungkan waktu dengan maksimal. Jika kita menjadi orang orang yang tidak tepat waktu maka yang seharusnya kita bisa melakukan beberapa agenda tetapi karena ngaret (datang terlambat) agenda yang kita lakukan menjadi terbatas. Orang tua atau pun anak muda di Indonesia sepertinya sudah menganggap ngaret atau datang terlambat sebagai hal yang biasa dan lumrah dilakukan. Sehingga budaya ngaret ini mengakar di masyarakat Indonesia. Kuncinya adalah setiap orang harus bisa memperhitungkan waktu, mengikuti jadwal, dan menghargai waktu agar budaya ngaret dapat dihilangkan.

Sikap terakhir yang harus diikuti oleh generasi muda dari sosok Jenderal Hoegeng ialah kesederhanaan. Fakta menunjukan saat beliau menjabat menjadi Kapolri dan tidak memiliki kekayaan apapun. Beliau hanya memiliki sikap yang jujur dan sederhana. Keluarganya pun hanya memiliki rumah sewa yang harus ia bayar perbulannya. Beliau difasilitasi mobil dinas 2 unit, yaitu mobil dinas menteri dan mobil untuk keluarga. Jendral Hoegeng juga menunjukkan sikap kesederhanaannya dengan menolak pemberian mobil dari seorang pengusaha mobil. Namun ia menolaknya dan diberikan kepada temannya. Jendral Hoegeng banyak menolak fasilitas-fasilitas yang diberikan. Kesederhanaan tersebut beliau tanamkan kepada anak-anaknya. Ia diminta untuk selalu hidup sederhana dan tidak bergantung pada orang lain. 

Berdasarkan cerita tentang berbagai sifat dan sikap Jenderal Hoegeng, seyogyanya  beliau dijadikan sebagai panutan bagi para generasi muda agar tumbuh menjadi generasi yang akan membawa Indonesia terus melangkah maju, tangguh, beradab dan berjaya di kancah global dan apapun jabatan kita terlebih tinggi atau pun rendah maka rasanya tetap sama diperlukan meniru sikap dan karakter yang berintegritas dari seorang Jenderal Hoegeng ini yang terkenal dengan kejujurannya, kedisiplinannya dan kesederhanaannya. Semoga kita semua dapat mengambil pelajaran dari kisah Jendral Hoegeng ini dan dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari kita.

 

 

Sumber :

https://jurnal.untan.ac.id/index.php/swadesi/article/download/45819/75676589348

Ikuti tulisan menarik nurfikri muhamad alfiansnyah lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu