x

Belajar itu menyenangkan

Iklan

Zahra Amelia

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 10 April 2022

Minggu, 10 April 2022 13:08 WIB

Sastra Sebagai Sarana Mengembangkan Ranah Efektif Siswa

Sastra merupakan kesenian yang mempelajari perdaban manusia dengan proses pendidikan, serta memberikan sebuah pengalaman dan pemahaman terhadap manusia untuk menjadi pribadi dalam dialog yang terus menerus berkembang dengan dunia sesama yaitu manusia dan kemanusiaan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

PENDAHULUAN

 Undang-undang Sistem pendidikan Nasional (USPN) dalam ketentuan umumnya menyatakan bahwa pendidikan nasional adalah usaha sadar menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan bagi perannya di masa yang akan datang. Dengan demikian, sistem pendidikan yang dilaksanakakan pada saat ini berimplikasikan pada persiapan dari peserta didik dalam menuju masa depan. Dalam arti, keberhasilan pendidikan saat ini akan membawa pengaruh pada masa yang akan datang. Segala sesuatu yang sudah dipelajari dalam bentuk ilmu pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh peserta didik di lingkungan sekolah merupakan bekal hidup di masa yang akan datang.Sebagaimana yang sudah ditegaskan dalam USPN, bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, dengan menciptakan manusia yang beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dengan memiliki ilmu pengetahuan dan keterampilan baik kesehatan jasmani dan rohani, serta mempunyai kepribadian yang mandiri dan memiliki rasa tanggung jawab dalam kemasyarakatan dan kebangsaan. Dengan demikian, tujuan dari pendidikan mencakup atas tiga aspek (ranah) diantaranya adalah ranah kognitif, ranah efektif, dan psikomotorik.

Ranah kognitif yang menjelaskan kaitannya upaya transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi, yang akhirnya dapat mendorong peningkatan kemampuan dan keterampilan siswa sebagai upaya penciptaan ranah psikomotorik. Sementara itu, ranah efektif menjelaskan kaitan dari upaya penanaman nilai-nilai mulia, seperti berbudi pekerti. Pada aspek efektif manusia pada dasarnya mempunyai aspek keterampilan dalam menghayati dan menyadari tentang berbagai hal yang diketahui sehingga ia terdorong untuk mengerjakannya. Hal ini sejalan dengan dasar pendidikan Indonesia, yakni mencerdaskan bangsa untuk lebih beriman dan bertaqwa serta berakhlak mulia. Dengan kata lain bahwa peserta didik tidak hanya belajar dan menghadapi berbagai soal-soal ujian saja. Namun, peserta didik bersekolah juga merupakan untuk mempersiapkan dirinya dalam memasuki kehidupan di masa kini dan masa yang akan datang untuk lebih baik. Efektif menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah berekenan dengan perasaan (seperti takut dan cinta) tersebut mempengaruhi kepada keadaan perasaan dan emosi, mempunyai gaya atau makna yang menunjukkan perasaan (gaya bahasa atau makna)

Kenyataan membuktikan bahwa ranah efektif adalah bagian yang dirasakan kurangnya mendapatkan perhatian dalam proses pendidikan. Hal yang dapat membantu dalam menghadapi keadaan tersebut ini menyebabkan siswa memiliki pertimbangan terhadap rasa kepekaan dalam diri. Dengan begitu menyebabkan siswa memiliki dan menonjolkan prilaku yang tidak baik kedalam bentuk pembulian, kriminalitas, pertikaian antar pelajar, ketidak sopanan terhadap guru,dan bahkan memakai obat-obatan terlarang. Menghadapi keadaan tersebut yang dapat membantu yaitu menanamkan pendidikan moral agama untuk memberikan sebagaimana nilai-nilai norma dan budi pekerti yang berlaku.

 Dilain sisi kita juga perlu memerhatikan pendidikan yang berbasis kesenian seperti sastra. Sastra merupakan kesenian yang mempelajari peradaban manusia, dengan melalui proses pendidikan, yang memberikan sebuah pengalaman dan pemahaman terhadap sastra, serta memberikan manusia sebagai pribadi dalam dialog yang terus menurus berkembang dengan dunia sesama yaitu manusia dan kemanusiaan.

Mengembangkan ranah efektif siswa pada proses pendidikan sastra juga tidak hanya sekedar berfungsi sebagai hiburan dan memberikan kesenangan. Sastra juga dapat dijadikan sebagai sumber daya dalam memperluas wawasan siswa melalui pendidikan. Wawasan tersebut behubungan dengan estetika, etika, Iptek, dan kreativitas.  Secara realitas bahwa sastra merupakan penuntun hidup dalam berestetika. Sebagaimana contoh sastra yang dapat dikembangkan oleh siswa dalam bentuk kajian prosa, puisi, drama, cerpen, pantun, syair dan lain-lain. Dengan mengembangkan kegiatan teresebut siswa juga mendapatkan hal yang baru dan menambah kreativitas dalam diri yang memang terpendam karena tidak adanya wadah yang membuat mereka berkembang.

Hubungannya dengan upaya mengembangkan penanam nilai-nilai pada diri siswa sebagai pengembangan ranah efektif. Pemanfaat nilai sastra tersebut dalam berprosesnya harus disesuaikan dengan latar belakang filosofi, ideology, dan tujuannya pendidikan tersebut. Sebagaimana yang telah ditegaskan dalam rumusan tujuan pendidikan nasional yang mengarah kepada konsep ideal dari pembangunan karakter manusia Indonesia seutuhnya, maka dari itu, pemanfaatan tata nilai yang ada dalam sastra juga perlu diarahkan kepada landasan filosofi dan tujuan pendidikan. Sastra sjuga sebagai ekspresi seni bahasa yang bersifat relative sekaligus interaktif. Sastra dapat menjadi spirit bagi munculnya gerakan perubahan dari masyarakat, bahkan kebangkitan suatu bangsa untuk ke arah yang lebih baik, penguatan rasa cinta tanah air, serta sumber inspirasi, dan motivasi kekuatan moral bagi  perubahan sosial budaya dari keadaan terpuruk atau terjajah ke keadaan yang lebih mandiri dan merdeka.

Didalam pembelajaran bersastra tidak lepas dari kegiatan berbahasa dan  estetika. Jadi, berbagai unsur yang mengacu pada sastra seperti tokoh, penokohan, alur cerita, latar cerita dalam prosa, unsur bentuk dan makna didalam puisi, dialog dan percakapan dalam teks drama, kegiatan tersebut tidak diajarkan secara sendiri sebgai unsur-unsur yang terpisah, malinkan dalam susunan yang padu sebagai karya cipta yang indah dengan dibalutkannya kegiatan mendengar, membaca, dan menulis. Kegiatan  tersebut digunakan dalam kegiatan berapresiasi, yaitu oleh seorang yang berhubungan dengan  karya sastra.  Sastra di dalam kegiatan berapresiasi juga digunakan untuk bertukar pikiran, perasaan, pendapat, imajinasi, dan sebagainya. Sehingga terjadinya kegiatan sambut-menyambut. Kegiatan besastra juga serempak dilakukan dengan kegiatan  merasa, berpikir, berimajinasi, dan sebagainya. Kegiatan besastra serta kegiatan berbuat itu terjadi dalam konnteks  berupa  tempat, waktu, dan suasana. Yang dimana didalamnya terdapat tanah, air, udara, cahaya, tumbuhan, masyarakat dan kebudayaan, serta Tuhan dan alam cipta-Nya. Bagian-bagian yang ada di dalam pembelajaran bersastra itulah yang dimaksud dengan konteks-konteks belajar.

Kegiatan berapresiasi meliputi membaca beragam karya sastra, dengan mempelajari apa itu teori sastra, esel dan kritik sastra. Di samping itu, perlu juga dilakukan kegiatan pengdokumentasikan atas informasi mengenai karya sastra serta kegiatan yang bersifat kreatif, yaitu menulis karya sastra dan menulis bahasan terhadap karya  sastra itu sendiri. Kegiatan pengdokumentasikan dan kegiatan efektif itu dilihat dari segi pembelajaran yang ditunjukan untuk  meningkatkan apresiasi terhadap sastra agar para peserta didik memiliki kepekaan terhadap sastra yag baik dan bermutu yang pada akhirnya berkeinginan untuk membacanya dan mempelajarinya.

Dengan  demikian bahwa sastra dapat berfungsi sebagai media dalam pemahaman budaya suatu bangsa yang didalam nya terkandung pula pendidikan karakter.  Melalui cerita pendek yang menampilkan berbagai tokoh-tokoh certia sebagai pelaku kehidupan untuk menjadikan representasi dari budaya masyarakat (bangsa) itu sendiri.

Ikuti tulisan menarik Zahra Amelia lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler