x

Acara ruang diskusi resonansi budaya islam dalam sastra dan seni rupa

Iklan

Zahra Amelia

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 10 April 2022

Senin, 30 Oktober 2023 10:22 WIB

Adaptasi & Alih Wahana Cerpen Umi Kalsum oleh Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia pada Pekan Kebudayaan Nasional 2023

Adaotasi & Alih Wahana Cepen Umi Kalsum Kisah-Kisah Pesantren karya Djamil Suherman oleh Mahasiswa Semester lia Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UIN Jakarta pada Ruang Tamu Pekan Kebudayaan Nasional 2023 yang bekolaborasi bersama Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UIN Syari Hidayatullah Jakarta.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Karya sastra dalam masyarakat memiliki beragam bentuk. Sastra terdiri dari tiga jenis utama, yaitu prosa, puisi, cerpen, dan drama. Setiap bentuk sastra ini memiliki ciri khasnya sendiri. Selain prosa dan puisi, cerita pendek (cerpen) dalam karya sastra juga dapat diintegrasikan ke dalam pertunjukan drama melalui pembacaan dramatis atau dramatic reading. Sejatinya, dramatic reading adalah bagian dari pertunjukan drama, yang berfokus pada aspek dramatis dalam membacakan naskah drama dengan penekanan pada ekspresi akting dan seni.

Cerpen merupakan jenis karya sastra fiksi yang berfokus pada pengembangan karakter dan plot dalam ruang yang terbatas. Biasanya, cerpen hanya mencakup satu episode atau peristiwa dalam kehidupan karakter utama, dan sering kali memiliki tema, pesan, atau konflik yang jelas. Cerpen sangat populer dan dapat digunakan untuk menghadirkan berbagai jenis cerita, mulai dari yang lucu hingga menyentuh, dari yang misterius hingga filosofis. Oleh karena itu, penulis cerpen harus memiliki keahlian dalam menyusun cerita dengan efisien dan membangkitkan emosi pembaca dalam batas waktu yang singkat.Drama, di sisi lain, merupakan genre sastra yang menceritakan kisah melalui tindakan dan dialog karakter. Biasanya, drama disampaikan dalam bentuk pertunjukan teater atau teks drama yang dapat dibaca. Drama menggabungkan unsur naratif dan teatrikal, dan seringkali digunakan untuk menyampaikan cerita atau pesan kepada penonton melalui tindakan dan dialog karakter. Drama juga memiliki beragam jenis, termasuk drama komedi, tragedi, sejarah, dan lain-lain. Selain sebagai hiburan, drama juga berfungsi sebagai medium seni yang kuat dan sering digunakan untuk merangsang pemikiran dan emosi penonton.

Dalam seiring berjalannya waktu, perkembangan dalam dunia kesastraan mengikuti perubahan zaman. Perkembangan ini juga menghasilkan perluasan dalam bentuk yang disebut sebagai Alih Wahana. Alih wahana adalah transformasi dari satu bentuk seni atau sastra ke bentuk seni atau sastra lainnya (Damono, 2018). Pada bagian sebelumnya, telah dibahas bahwa karya sastra bukan hanya dapat diterjemahkan, artinya diubah menjadi jenis seni yang lain. Konsep Alih Wahana seringkali ditemukan dalam konteks pindah dari satu disiplin seni atau sastra ke disiplin seni atau sastra lainnya. Sebagai contoh, cerita fiksi dapat diubah menjadi lagu atau tulisan, cerpen dapat diadaptasi menjadi drama, dan seterusnya. Proses Alih Wahana tentu mengalami transformasi. Karya sastra dalam bentuk apa pun yang mengalami proses Alih Wahana memerlukan penyesuaian. Sebenarnya, karya sastra baru akan memiliki makna yang dapat dipahami dan diapresiasi sebagai objek estetik setelah diinterpretasikan oleh manusia sebagai pembaca karya sastra, mengingat bahwa karya sastra pada dasarnya adalah objek mati. Oleh karena itu, adalah wajar jika terjadi perubahan dalam proses Alih Wahana karena penyesuaian ini dipengaruhi oleh penafsir yang secara kritis mengkaji karya sastra tersebut, yang dapat mengakibatkan pengurangan atau penambahan aspek-aspek tertentu..

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dalam masanya, Djamil Suherman menjadi tokoh inovatif dalam dunia sastra karena mengambil tema pesantren yang sebelumnya belum banyak diangkat oleh penulis sastra lain. Seorang kritikus sastra terkemuka, H.B. Jassin (1981), memberikan pujian atas kisah Kumcer Umi Kalsum yang menarik karena mengangkat lingkungan pesantren yang "jarang sekali diperhatikan oleh para pengarang." Penelitian ini akan membahas kembali cerpen berjudul "Umi Kalsum" yang ditulis oleh Djamil Suherman, yang telah diubah menjadi sebuah drama yang dipentaskan dalam Pekan Kebudayaan Nasional di UIN Jakarta.

 

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki kehormatan menjadi tuan rumah dalam penyelenggaraan Pekan Kebudayaan Nasional 2023. Kerjasama ini antara Pekan Kebudayaan Nasional 2023 dan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Tema yang diusung dalam Pekan Kebudayaan Nasional di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang didukung oleh Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, adalah "Resonansi Budaya Islam dari Ciputat untuk Dunia." Tema ini bertujuan untuk membawa semangat baru dari generasi muda dalam memperkenalkan budaya melalui serangkaian acara. Acara tersebut menciptakan platform kolaboratif yang melibatkan berbagai aspek dan juga memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk mengembangkan budaya daerah mereka melalui beragam penampilan seperti monolog, membaca puisi, teater, dramatisasi puisi, dan sebagainya.

Bagi Mahasiswa semester 5, ruang tamu Pekan Kebudayaan Nasional menyuguhkan kesempatan untuk berpartisipasi dalam kreativitas dengan mengadaptasi dan mengalihwahanakan cerita pendek "Umi Kalsum Kisah-Kisah Pesantren" yang ditulis oleh Djamil Suherman menjadi pertunjukan teatrikal. Cerita pendek ini mengusung tema kehidupan pesantren, yang merupakan suatu bentuk gaya hidup berdasarkan prinsip-prinsip agama Islam dan tradisi pesantren di Indonesia. Meskipun setiap pesantren mungkin memiliki perbedaan dalam rutinitas dan aturan, umumnya kehidupan di pesantren memiliki karakteristik khusus. Pesantren adalah tempat yang penuh dengan aktivitas keagamaan, di mana selain menjalankan salat lima waktu, para santri juga aktif berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan kesejahteraan masyarakat.

Cerita pendek "Umi Kalsum Kisah-Kisah Pesantren" oleh Danarto telah diadaptasi menjadi sebuah pertunjukan drama yang disajikan di ruang tamu Pekan Kebudayaan Nasional 2023. Dalam proses adaptasi ini, terjadi perubahan signifikan dalam elemen-elemen cerita, yang mencakup penambahan dan perubahan aspek-aspek tertentu yang tidak ada dalam karya aslinya, sehingga mendukung penyajiannya dalam bentuk drama. Penambahan dan perubahan dalam adaptasi ini mencakup beberapa elemen, termasuk karakter, latar tempat, suasana, pencahayaan, aransemen musik, tata rias, dan lain sebagainya. Terdapat juga perubahan dalam elemen-elemen dramatis, seperti dialog, tindakan, dan karakter. Contoh penambahan dan perubahan ini terlihat pada karakter utama dan karakter pendukung, di mana dialog antar karakter menggantikan narasi dalam cerita asli. Sebagai contoh, karakter utama, Umi Kalsum, mengalami penambahan karakter dan narasi yang dikembangkan menjadi monolog singkat yang disertai dengan aransemen musik yang menciptakan suasana dan narasi yang sesuai dengan tindakan yang diperlukan dalam pertunjukan. Selain itu, lokasi di mana adegan berlangsung dan tindakan fisik yang dilakukan oleh karakter mengalami perubahan atau alih wahana dalam proses adaptasi dari cerita pendek ke drama. Sebagai contoh, karakter Zainab mengalami perubahan dalam perilaku dan pembicaraan dari cerita asli ke dalam drama, di mana dalam drama, Zainab menjadi karakter yang cerewet dan suka menggoda, berbeda dengan karakter sederhana yang ada dalam cerita asli.

Pekan Kebudayaan Nasional menjadi platform bagi mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia untuk mengembangkan bakat dan gagasan mereka dalam bentuk kebudayaan. Mahasiswa semester lima berperan dalam mengalihwahanakan cerita pendek "Umi Kalsum Kisah-Kisah Pesantren" ke dalam bentuk teatrikal. Alih wahana adalah perubahan dari satu jenis ke jenis sastra lain. Dalam bagian-bagian sebelumnya telah disinggung bahwa karyasastra tidak hanya bisa diterjemahkan, yakni dialihkan dari satu Bahasa ke Bahasa lain. Cerita pendek, misalnya, bisa diubah menjadi tari, drama, atau film. Adaptasi naskah tersebut mempertimbangkan latar belakang pesantren yang terletak di daerah khusus Jawa, dan karakter-karakter dalam drama ini menggunakan bahasa dan gaya bicara yang sesuai dengan budaya Jawa.

Ikuti tulisan menarik Zahra Amelia lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler