x

Sastra berperan penting dalam pendidikan karakter karena pada dasarnya karya sastra membicarakan berbagai nilai hidup dan kehidupan yang berkaitan langsung dengan pembentukkan karakter manusia.

Iklan

Fikriyah Layaly

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 21 April 2022

Jumat, 22 April 2022 13:51 WIB

Pengajaran Sastra di Sekolah Dasar

Pengajaran sastra di lembaga pendidikan bukanlah suatu hal yang baru. Saat ini pembelajaran sastra masuk ke dalam kurikulum 2013. Pengajaran sastra di sekolah khususnya di sekolah dasar sangatlah penting karena sastra menjadi kebutuhan setiap manusia serta banyak sekali manfaat yang didapat baik untuk siswa maupun untuk pengajar. Tujuan adanya pengajaran atau pembelajaran sastra di sekolah dasar ini adalah untuk membimbing siswa agar dapat memahami, menikmati, dan menulis karya sastra yang telah dibaca.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pada kenyataannya pengajaran sastra di sekolah dasar belum berjalan dengan baik masih terdapat berbagai kendala salah satunya, yaitu kurangnya minat baca siswa. Sastra seharusnya menjadi salah satu mata pelajaran yang wajib diajarkan karena dengan mengenalkan sastra kepada siswa akan meningkatkan daya imajinasi dan kreatifitas yang dimilikinya. Selain itu, sastra juga dapat mengembangkan minat baca siswa dan mengajarkan nilai moral kehidupan.

Sastra yang diajarkan di sekolah dasar adalah sastra anak. Sastra anak merupakan sastra yang memang disajikan khusus untuk anak-anak dengan bimbingan dan pengarahan anggota dewasa suatu masyarakat, sedang penulisnya juga dilakukan oleh orang dewasa (Davis 1967 dalam Sarumpet 1976:23). Jenis sastra anak, yaitu prosa, puisi, dan drama yang terdapat dalam materi pembelajaran. Sastra yang diajarkan tentu saja adalah sastra yang bertema ringan atau sesuai dengan usianya. Pengajar bisa mengenalkan sastra melalui buku bacaan, seperti buku cerita fabel, legenda, dongeng, dan lain-lain. Mengenalkan sastra melalui buku cerita adalah salah satu cara yang tepat karena buku cerita memiliki tema yang beragam dan bervariasi, selain itu juga di dalam buku cerita, seperti dongeng dan fabel terdapat banyak gambar yang tentu saja akan disukai oleh anak-anak.

Pembelajaran sastra di sekolah dasar merupakan salah satu bentuk kegiatan apresiasi sastra anak yang dilakukan oleh siswa. Maksud dari apresiasi sastra dalam konteks ini adalah kesadaran siswa terhadap nilai-nilai moral kehidupan yang terkandung dalam sastra anak dan penilaian serta penghargaan siswa terhadap sastra anak. Dalam buku “Kecerdasaan Spiritual Anak Melalui Pembelajaran Membaca Sastra” karya Prima Vidya Asteria, terdapat beberapa kegiatan yang dapat dikategorikan sebagai salah satu kegiatan apresiasi sastra, yaitu:

  1. Kegiatan apresiasi langsung, seperti membaca sastra anak, mendengar sastra anak ketika dibacakan, dan menonton
  2. Kegiatan apresiasi tidak langsung, seperti mempelajari teori sastra, kritik sastra, esai sastra, dan sejarah sastra.
  3. Pendokumentasian sastra anak, seperti membuat kliping atau membuat jurnal membaca karya sastra anak.
  4. Melatih kegiatan kreatif menciptakan sastra atau dengan mengulas kembali karya sastra yang dibaca, didengar, atau ditontonnya.
Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Untuk meningkatkan minat baca anak terhadap sastra, pengajar harus mengajarkan sastra setiap hari agar pengenalan atau pengajaran sastra menjadi lebih efektif, contohnya menerapkan program “One Day One Book” yang dilakukan sebelum jam pelajaran dimulai karena pengajaran sastra tidak hanya saat pembelajaran bahasa Indonesia saja tetapi bisa dilakukan di luar jam belajar. Maka dari itu, sastra yang diberikan kepada siswa sekolah dasar harus dikemas semenarik mungkin karena biasanya anak akan cepat bosan dengan sesuatu kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang. Dalam hal ini pengajar harus menggunakan metode yang tepat yang sesuai dengan keadaan masing-masing siswa.

Terdapat beberapa cara yang bisa dilakukan pengajar untuk meningkatkan minat baca, sebagai berikut:

  1. Pengajar menyediakan sebuah teks drama. Pada metode ini siswa diberi petunjuk untuk membaca dan memahami teks drama, setelah itu mintalah siswa untuk menceritakan kembali isi dari naskah drama tersebut.
  2. Membaca puisi. Pada metode ini siswa membaca puisi yang sudah disediakan secara berkelompok, tetapi tetap pengajar memberi pengarahan kepada siswa untuk memahami isi dari puisi tersebut. Setelah itu, tanyakan kepada siswa tentang unsur-unsur puisi, seperti menanyakan tema, latar belakang, nasihat dan pesan moral apa yang terkandung dalam puisi tersebut.
  3. Membuat perpustakaan kecil di kelas yang ditempatkan di depan kelas dengan rak-rak kecil yang berisi buku-buku. Hal tersebut dilakukan agar memudahkan siswa untuk mengambil buku bacaan tanpa harus ke luar kelas untuk meminjamnya di perpustakaan sekolah.

Jika pengajar menggunakan buku cerita sebagai media pengajaran sastra maka harus mengamati atau mengobservasi terlebih dahulu jenis cerita apa yang disukai oleh siswa dan harus mengetahui seperti apa karakter dari masing-masing anak. Jangan menganggap bahwa setiap anak pasti akan suka untuk bersastra atau membaca buku. Ada anak yang memang pada dasarnya sudah dikenali dengan dunia sastra dari lingkungan keluarganya dan ada anak yang sebelumnya memang belum pernah dikenali dengan sastra. Maka dari itu, sebagai pengajar seharusnya tidak lagi mengajar secara satu arah atau tidak monoton, tetapi membelajarkan anak secara aktif, inovatif, dan kreatif.

Terdapat beberapa metode yang dapat dilakukan oleh para pengajar, selain menggunakan media buku untuk meningkatkan daya minat anak terhadap sastra.

  • Melakukan suatu kegiatan yang berhubungan dengan sastra, seperti mengadakan lomba yang bertema sastra, contoh lomba membaca puisi untuk kelas 1 dan 2, lomba membuat cerpen untuk kelas 3 dan 4, serta lomba musikalisasi puisi untuk kelas 5 dan 6.
  • Menggunakan metode menyimak. Siswa mendengarkan teks pendek bisa berupa teks dongeng dilakukan dengan menyimak cerita secara seksama dengan memperhatikan kosakata baru yang belum dikenal.
  • Mengadakan acara drama yang dilakukan setiap satu tahun sekali yang dipentaskan oleh seluruh kelas.
  • Pemberian tugas. Berilah tugas kepada siswa, seperti membuat cerpen dan membuat puisi.

Metode pembelajaran yang tepat diperlukan untuk memperoleh hasil yang efektif dan efisien agar tujuan dari pengajaran bisa tersampaikan dengan baik kepada siswa. Jika metode yang dipilih tidak efektif maka proses belajar dan mengajar akan mengalami kesulitan.

Mengajarkan sastra di tingkat sekolah dasar bukanlah hal yang mudah karena terdapat beberapa tingkatan kelas, contohnya kita tidak bisa langsung menugaskan siswa kelas 1 untuk membuat sebuah puisi biasanya hanya membaca puisi saja. Pada kelas ini biasanya metode yang digunakan adalah dengan membaca atau mendengarkan sebuah cerpen atau fabel. Untuk menulis puisi bisa dimulai dari kelas 3. Mengajarkan sebuah sastra kepada anak menjadi suatu kewajiban yang harus dilakukan pengajar karena dengan mengenalkan sastra sedini mungkin akan mempermudah siswa dalam berimajinasi sehingga siswa nantinya dapat membuat karya sastra sendiri.

Pengajaran sastra di sekolah dasar harus lebih ditekankan lagi karena mengingat betapa pentingnya sastra bagi kehidupan. Di era yang modern sekarang banyak platform digital yang bisa dijadikan sebagai media pengajaran sastra, sudah banyak buku digital yang disediakan, tetapi menggunakan internet untuk pengajaran sastra di sekolah dasar ini sepertinya kurang efektif karena masih banyak hal-hal negatif yang bisa terjadi apalagi untuk anak-anak usia dini. Maka dari itu, pengajaran sastra yang diajarkan secara langsung oleh guru atau pengajar adalah metode yang paling tepat. Jangan sampai pengajaran sastra khususnya di sekolah dasar ini dianggap sebagai pembelajaran yang tidak wajib diajarkan.

Ikuti tulisan menarik Fikriyah Layaly lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler