x

Membimbing siswa dalam menulis karya sastra dengan konsep merdeka belajar

Iklan

Zikri Ibnu Zar

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 20 Mei 2022

Minggu, 22 Mei 2022 06:07 WIB

Peran Pengajaran Sastra dan Budaya dalam Pembentukan Karakter Siswa

Sastra dan budaya merupakan dua komponen yang sangat berperan dalam pembentukan karakter bangsa karena di dalamnya banyak menjelaskan pesan-pesan kehidupan. Sastra yang objek kajiannya adalah manusia dan kehidupan selalu menyajikan persoalan yang menarik untuk diteladani.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pendidikan karakter sendiri merupakan suatu sistem pengajaran kepada seseorang yang mencakup komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, lingkungan, maupun kebangsaaan.

Sastra memiliki pengaruh terhadap pembentukan karakter siswa, karena sastra mengandung akhlak mulia, sehingga secara efektif dapat membentuk karakter dan moralitas masyarakat. Karya sastra juga dapat berfungsi sebagai media katarsis. Filsuf dan pakar sastra Aristoteles menyatakan bahwa salah satu fungsi sastra adalah sebagai media katarsis atau pembersih jiwa bagi penulis dan pembaca.

Istilah sastra merupakan bukanlah sesuatu yang baru bagi kita, yaitu suatu yang mengandung nilai-nilai kebaikan yang ditulis dalam bahasa yang indah.Hal tersebut tentu dapat dilihat dari wujud karya sastra itu sendiri yang dilahirkan dalam bentuk pencirian. Adapaun ciri-ciri dari sastra tersebut adalah (1) bahasanya terpelihara, (2) isinya menggambarkan kebenaran dalam kehidupan manusia, (3) cara menyajikannya menarik, sehingga berkesan di hati pembaca (Kosasih,2012:1).

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dari ciri-ciri sastra tersebut dapat disimpulkan bahwa, melalui sebuah teks/karya sastra dapat dijadikan sebagai kajian dalam kehidupan manusia dan lingkungannya. Sastra dapat menjadi dasar kajian kehidupan manusia. Masalahnya sastra selalu menceritakan tentang manusia dan kehidupan, tentu saja berbagai masalah yang muncul di dalamnya, baik, buruk, sulit dan bahagia, dll. Semua pertanyaan ini tentu saja berpangkal pada peran dan kepribadian tokoh, menyerahkan kepada pembaca untuk memilih dan memilih pesan yang ingin disampaikan oleh teks sastra. Berdasarkan uraian tersebut, jelaslah bahwa teks sastra yang ada dalam kehidupan masyarakat dapat dijadikan sebagai sarana pendidikan karakter bagi manusia khususnya bagi generasi muda dalam kemajuan zaman. Terkait hal tersebut, tentunya memilih baik atau buruknya sesuatu yang datang tentunya melalui kontrol terhadap diri pribadi manusia, salah satunya dapat melalui pesan yang terdapat dalam teks sastra.

Sastra anak atau peserta didik dapat mendukung perkembangan bahasa, kognitif, kepribadian dan sosial anak. Selanjutnya, sastra dapat memainkan peran dramatis dalam pengembangan konsep pribadi atau konsep diri dan rasa harga diri. Sastra anak dianggap efektif dalam membentuk karakter karena nilai dan moral yang terkandung dalam sastra tidak dikomunikasikan secara langsung, melainkan melalui cerita dan metafora yang membuat proses pendidikan menjadi menyenangkan daripada menggurui.

Nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra dipersepsikan oleh anak-anak atau siswa dan secara tidak sadar merekonstruksi sikap dan karakter mereka. Selain berfungsi sebagai media penanaman nilai dan karakter, sastra juga melatih kecerdasan kognitif anak dengan merangsang imajinasi kreatifnya untuk berpikir kritis melalui rasa ingin tahunya tentang jalan cerita dan metafora yang terkandung di dalamnya. Kemasan melalui literatur. Alhasil, kegiatan sastra anak sebenarnya telah menjadi bagian dari kehidupan, sehingga sastra dapat dijadikan sebagai sarana strategis untuk membina dan mengembangkan nilai-nilai yang ingin diwariskan kepada anak didik anda.

Menurut catatan sejarah, Indonesia memiliki budaya yang sangat beragam, dan setiap suku dan bangsa memiliki kearifan lokalnya masing-masing. Kebudayaan memegang peranan penting dalam kehidupan sosial manusia karena menjelaskan nilai-nilai yang dikandung manusia dan dengan demikian membentuk karakter manusia. Mengingat kontribusi budaya yang sangat besar terhadap pendidikan karakter, pendidikan budaya harus terintegrasi erat dengan lingkungan formal dan keluarga.

Pengenalan budaya terhadap anak sejak dini memiliki peran ganda, (Isnanda 2018) menjelaskan, yaitu sebagai pengenalan kearifan, dan sebagai pembentuk karakter anak. Anak-anak sejak dini sudah sewajarnya untuk dikenalkan pada budaya lokal untuk mengenali lingkungannya, bukan malah dibiarkan secara bebas mempelajari budaya-budaya asing yang sebetulnya belum waktunya mereka lihat, sehingga dampaknya ialah pada kemerosotan karakter pada diri anak.

Ikuti tulisan menarik Zikri Ibnu Zar lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler