x

Ilustrasi Kemasan Self-Heating Pot. Foto: Laman Kardus Unboxing, Youtube

Iklan

Tiara 115192002

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 Maret 2022

Minggu, 29 Mei 2022 08:24 WIB

Self–Heating Pot, Inovasi Baru dalam Packaging Makanan Instan?

referensi: https://thespoon.tech/the-pandemic-made-self-heating-instant-food-hot-in-china/ https://www.ingredientsnetwork.com/china-s-selfheating-trend-heats-up-ready-meal-news084948.html https://www.unicef.org/eap/uncovered-how-covid-19-affecting-eating-habits https://www.researchgate.net/publication/315830425_Impact_of_the_Product_Packaging_on_the_Consumer_Buying_Behavior http://e-jurnalmitramanajemen.com/index.php/jmm/article/download/163/100/ https://medium.com/@HarryCarroll/how-do-self-heating-meals-work-e19e19765ab https://www.99ranch.com/grocery-sauce-and-noodle/haidilao-beef-self-heating-hot-pot-spicy-flavor

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Tidak dapat dipungkiri, bisnis kuliner merupakan salah satu jenis bisnis yang sangat menguasai pasar saat ini. Bagaimana tidak, dalam pandemi sekalipun, bisnis dibidang kuliner bahkan masih dianggap bisnis yang masih dapat survive, meski juga mengalami penurunan penjualan secara drastis, sektor kuliner dianggap masih tergolong lebih baik dibanding sektor lain.

Bahkan disaat awal terjadinya pandemi, para konsumen justru berbondong-bondong menimbun berbagai bekal makanan, mulai dari frozen food, makanan siap saji, makanan instant, makanan ringan hingga berbagai bahan pokok. Hal ini disebabkan karena dinilai krusial disaat pandemi,  ditambah dengan panic attack masyarakat dalam mendengar isu tentang akan terjadinya lockdown atau karantina wilayah.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Makanan instan dan dan frozen food, merupakan jenis makanan yang sangat amat digemari masyarakat. Selain praktis dan mudah diolah, rasa makanan instant dan frozen food juga tidak kalah dengan makanan yang diolah secara komplek. Meskipun terkesan low effort, makanan instant dan frozen food juga dinilai sangat membantu seluruh lapisan masyarakat, terutama masyarakat ibukota, yang cenderung tidak memiliki waktu untuk membuat makanan secara kompleks, hal ini lah yang memicu banyaknya varian makanan instan, mulai dari nasi, mie, bihun, spaghetti, hingga bubur instant.

Meski dinilai kurang mengandung nutrisi, makanan instant tetap menjadi pilihan utama masyarakat, makanan instant juga dapat dikonsumsi kapanpun, dimanapun dan oleh siapapun. Di malam hari, contohnya, masyarakat cenderung memilih memasak mie instant dibanding memasak atau membeli makanan kompleks lain. Di pantai atau gunung, contohnya, jika tidak terdapat opsi makanan lain, biasanya masyarakat juga tetap memilih makanan instant. Disisi lain, balita bahkan batita pun juga disuguhkan bubur bayi instan. Hal inilah yang mungkin menjadi pemicu masyarakat untuk terus mengonsumsi makanan instant.

 Dilansir dari www.unicef.org, “Pandemi Covid-19 di Asia Tenggara telah mendorong perubahan pola pembelian makanan tradisional dan kebiasaan makan. Ini termasuk peningkatan ketergantungan pada makanan yang lebih murah (misalnya lebih banyak nasi dengan sedikit daging, telur, sayuran dan buah) dan makanan 'bagikan' karena kehilangan pendapatan; dan peningkatan pembelian makanan kemasan (mis. mie instan), makanan cepat saji, belanja online dan dari toko serba ada karena penguncian. Pada saat yang sama, beberapa orang makan lebih banyak makanan rumahan saat mereka di rumah.”

Karena tingginya jumlah konsumen makanan instan, makanan instan biasanya dikemas sedemikian rupa untuk menarik calon konsumen. Maka inilah penyebab terdapat banyak kemasan makanan instan yang beragam.

Menurut KBBI, Kemasan adalah bungkus pelindung dalam suatu barang dagangan yang dihasilkan dari kegiatan mengemas. Menurut Kotler Dan Keller, Pengemasan adalah kegiatan dan memproduksi wadah atau bungkus sebagai sebuah produk. Sementara menurut Kotler dan Amstrong (2012), Kemasan adalah suatu bentuk kegiatan yang melibatkan desain serta produks, sehingga kemasan ini dapat berfungsi agar produk di dalamnya dapat terlindungi. Disisi lain, menurut Titik Wijayanti, Kemasan adalah upaya yang dilakukan oleh perusahaan untuk memberikan informasi kepada setiap konsumennya tentang produk yang ada di dalamnya. Menurut Klimchuk & Krasovec (2007), pemasar harus sekreatif mungkin dalam penciptaan desain kemasan, karena desain kemasan yang menarik dan unik dapat memacu perilaku impulsive buying.

Hasil penelitian Leni Nuryanti (2008) menunjukan bahwa kemasan memberikan pengaruh positif terhadap keputusan pembelian. Th Susetyarsi (2012) hasil penelitiannya bahwa bentuk kemasan memberikan pengaruh yang besar terhadap keputusan pembelian. Komalasari (2010) menyatakan bahwa bentuk berpengaruh positif terhadap minat beli konsumen. Tommy Kurniawan Njoto (2016) menyatakan bahwa bentuk berpengaruh positif terhadap minat beli konsumen. Desain kemasan dapat berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian.

Sehingga dapat disimpulkan, selain sebagai pembungkus, packaging atau kemasan suatu makanan memiliki beberapa manfaat fungsi tertentu. Para pelaku usaha juga dituntut untuk memperhatikan packaging atau kemasan dari produk yang akan ia pasarkan. Fungsi utama dari packaging adalah sebagai pelindung, agar tidak terkontaminasi saat pendistribusian hingga ke tangan konsumen. Dan pastinya kemasan akanmenghindari produk dari kerusakan selama proses distribusi, penyimpanan, hingga sampai ke tangan konsumen. Biasanya, jenis dan bentuk kemasan akan disesuaikan dengan isi produk.

Packaging juga menjadi salah satu daya tarik konsumen, karena packaging menjadi penentu perhatian konsumen, karena bentuk dan jenis kemasan lah yang pertama kali dilihat oleh para konsumen. Selain bentuk, jenis dan desain, skema warna juga menjadi pertimbangan para konsumen. Selain itu, packaging juga harus memuat informasi lengkap mengenai produk yang terdapat didalamnya. Dengan ini, konsumen dapat dengan mudah mengidentifikasi produk dan mempertimbangkan kebutuhannya. Informasi lain yang harus dicantumkan di suatu packaging atau kemasan adalah merek, tanggal kadaluarsa produk dan bahan apa saja yang terkandung di dalamnya. Packaging juga memberi fungsi diferensiasi atau pembeda antara suatu produk dengan produk lainnya, biasanya perbedaan ini terdapat pada logo, bentuk, warna.

Packaging makanan instan cenderung bersifat simpel dan ringkas, hal ini bertujuan untuk memudahkan para konsumen dalam melakukan penyimpanan, dan konsumen pasti juga lebih memilih produk yang tidak banyak memakan banyak tempat dan mudah untuk dibawa saat bepergian. Jenis packaging makanan instant juga beragam, mulai dari saset, plastik, mangkok, cup, hingga self – heating pot.

Self – heating pot merupakan suatu inovasi packaging makanan instan dimana makanan instan ini dapat dimasak tanpa menggunakan api. Untuk menyantap makanan instan ini, konsumen bahkan tidak membutuhkan sumber panas eksternal lagi. Panas dihasilkan dari reaksi ekstrotermik, dengan menambahkan air bersuhu ruang ke suatu campuran serbuk mineral yang berisi magnesium, besi dan garam. Kemasan makanan instan ini juga dirancang khusus sehingga air bersuhu yang pada mulanya berusuhu normal, nantinya akan berubah menjadi suhu tinggi, hingga mencapai 88-100 derajat selsius. Hal ini sangat memudahkan para traveler yang biasanya kesulitan dalam menemukan air panas.

Makanan instan dengan kemasan self-heating pot ini juga telah mencapai angka penjualan tinggi di Tiongkok.Menurut Taobao, retailer online terbesar di Tiongkok, antara akhir Januari hingga awal Februari 2020, saat Tiongkok berada dipuncak infeksi virus dan karantina wilayah diberlakukan, penjualan makanan instant dengan packaging bertajuk “Self-Heating Pot” ini mengalami pertumbuhan tinggi kedua dari semua kategori dibandingkan tahun sebelumnya. Penjualan produk nasi dengan teknik ini bahkan mencapai 257%. Dengan menggunakan teknik ini, konsumen bahkan tetap dapat menikmati hidangan meski saat restoran tutup.

Terdapat berbagai brand rintisan yang memasarkan produknya dengan menggunakan packaging self – heating, seperti Moxiaoxian, Zihaiguo, Shizuren. Produk makanan instan dengan teknik ini  juga dinilai premium, unik, praktis dan tentunya menarik. Awal dari inovasi packaging self – heating ini bermula dari ransum para tentara, dimana terjadinya keterbatasan alat untuk memanaskan makanan dan sulitnya memperoleh air bersuhu tinggi. Meski sebelumnya kurang populer, packaging makanan instan dengan teknik self – heating ini kemudian menjadi viral, terutama di era pandemi Covid-19, dimana mobilitas masyarakat yang sangat dibatasi, masyarakat Tiongkok cenderung menjadi jarang meninggalkan rumah. Meski dari segi harga kemasan self-heating pot ini dinilai lebih tinggi beberapa kali lipat dibanding makanan instan lainnya, konsumen tetap tidak merasa keberatan.

Cara penggunaan self-heating pot ini cenderung unik dan praktis, hanya dengan memasukkan heating bag dengan air kedalam wadah atau pot yang telah disediakan, lalu meletakkan makanan yang akan dihangatkan tepat diatas wadah tsb, dan kemudian tutup wadah sekitar 10-15 menit, dan makanan pun siap disantap dalam keadaan hangat. Jenis makanan yang dapat dihangatkan di self-heating pot ini juga beragam, mulai dari susu, makanan berkuah, bubur, nasi, daging bahkan seluruh makanan jadi.

Air yang digunakan juga tidak harus air matang atau air mineral, yang penting air yang masih tergolong bersih. Terdapat beberapa kelebihan dalam penggunaan self-heating pot, seperti praktis dan mudah dibawa terutama saat camping, naik gunung hingga situasi mendesak seperti bencana alam. Selain itu, proses penghangatan makanan juga tergolong cepat yaitu hanya sekitar 9-12 menit.

Selain itu, brand besar hotpot asal Tiongkok, HaiDiLao juga memasarkan beberapa produk instan nya dengan menggunakan teknik Self-Heating Pot ini. Paket ini dilengkapi dengan alas pemanas, satu set peralatan makan, tas dasar untuk sup, sayuran, bihun, hingga daging sapi. Selain untuk berinovasi, HaiDiLao juga menawarkan sensasi makan seperti di restaurant. Dibanderol dengan harga 40 CNY, HaiDiLao sukses mempromosikan teknik baru ini sekaligus menaikan citra produknya.

Ikuti tulisan menarik Tiara 115192002 lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu