x

source: stockvault

Iklan

Nathaniel Clement

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 27 Maret 2022

Senin, 30 Mei 2022 16:56 WIB

Resiko dari Inovasi dan Pengembangan Produk Baru dalam Keberlangsungan Bisnis

Keberlangsungan sebuah bisnis adalah sebuah hal yang selalu diutamakan dalam tiap bisnis. Hal tersebut menjadi wilayah yang menjadi perhatian utama sejak berdirinya bisnis tersebut, dimana terdapat banyak faktor yang mempengaruhi baik dari faktor keuangan maupun faktor non keuangan. Tetapi terdapat juga banyak hal yang menjadi tantangan dalam sebuah bisnis untuk berlangsung dengan mudah. Hal tersebut dapat dimulai dari keuangan yang tidak stabil, perubahan teknologi dan lain-lain.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Keberlangsungan sebuah bisnis adalah sebuah hal yang selalu diutamakan dalam tiap bisnis. Hal tersebut menjadi wilayah yang menjadi perhatian utama sejak berdirinya bisnis tersebut, dimana terdapat banyak faktor yang mempengaruhi baik dari faktor keuangan maupun faktor non keuangan. Tetapi terdapat juga banyak hal yang menjadi tantangan dalam sebuah bisnis untuk berlangsung dengan mudah. Hal tersebut dapat dimulai dari keuangan yang tidak stabil, perubahan teknologi dan lain-lain.

Tentu faktor paling penting dalam keberlangsungan sebuah bisnis adalah bagaimana bisnis tersebut beradaptasi terhadap perubahan teknologi dan zaman. Perubahan tersebut datang begitu cepat dan juga dapat hilang dengan begitu saja. Menjadi adaptif tentu merupakan solusi yang harus segera dilakukan agar dapat terus bersaing dalam perubahan teknologi dan zaman. 

Salah satu bentuk menjadi adaptif bisa melalui inovasi dan pengembangan produk baru. Inovasi dan pengembangan produk baru adalah menciptakan produk baru yang mampu memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen sehingga meningkatkan minat beli. Inovasi produk yang sukses membutuhkan keserasian antara proses dan kebutuhan masyarakat. Inovasi dapat dibagi menjadi 3 yaitu: Inovasi dari penemuan, Inovasi dari perbaikan atas produk / proses, dan terakhir Inovasi dari perubahan. Inovasi dan pengeambangan produk baru hampir dapat dipastikan akan membantu proses adaptasi terhadap perubahan yang dialami. Sebegitu pentingnya hal tersebut hingga banyak perusahaan besar yang turut menginvestasikan uang yang cukup besar untuk hal ini. Tetapi apakah inovasi dan pengembangan produk selalu menjadi hal yang baik untuk keberlangsungan bisnis?

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

Pertama harus diketahui bahwa inovasi memerlukan biaya yang sangat besar. Budget dari R&D yang dilakukan di Amerika Serikat saja total terdapat $606.1 miliar pada tahun 2018. Angka tersebut kemudian diprediksi akan membengkak menjadi $656 miliar, dimana terdapat kenaikan sekitar 8%. Dari semua biaya tersebut, lebih dari 90% didominasi oleh 2 sektor yaitu bisnis dan pemerintah.

Inovasi juga memerlukan lebih dari sekedar R&D. Inovasi mencakup 3 hal yaitu: Discovery, Incubation dan Acceleration. R&D hanya sekedar bagian dari Discovery. Pemimpin perusahaan sekarang tentu menyadari bahwa memasarkan dan memperhitungkan revenue model dan lain-lain turut memakan waktu dan sumber daya yang sama banyaknya dengan R&D. Tanpa adanya 3 hal tersebut secara seimbang, maka akan berujung pada banyaknya produk yang kurang difokuskan dan tidak terjadi Return on Investment yang cukup. 

 

Hal kedua yang harus diperhatikan adalah sulitnya kemampuan untuk melakukan inovasi yang tepat. Menurut Clayton Christensen, penulis dari buku Competing Against Luck, Hal ini diakibatkan karena perusahaan cenderung fokus pada fitur dari produk dibanding hal yang pelanggan inginkan. Tetapi jawaban tersebut tidak dapat menyelesaikan masalah begitu saja. Kemampuan untuk terus berinovasi dan berkreasi secara terus menerus juga dapat memberikan tekanan yang cukup besar. Masalah ini sudah mulai dirasakan dimana baru-baru ini Mckinsey melakukan survey yang menemukan bahwa kebanyakan orang merasa bahwa inovasi diperlukan untuk berkembang, tetapi 94% dari orang tersebut tidak merasa cukup puas dengan hasil inovasi mereka sendiri. Tidak semua perusahaan dapat menjadi seperti Apple, dimana tiap tahun mereka dapat mengeluarkan produk dan fitur yang terus berkembang. Tetapi bahkan Apple pun tidak juga selalu menjadi yang pertama, beberapa fitur yang mereka perkenalkan ternyata sudah dikenalkan oleh merek lain, tetapi hanya Apple yang dapat mengkomersialisasikan hal tersebut dengan sukses. 

Salah satu contoh dari kegagalan tersebut adalah Samsung. Untuk memenuhi tuntutan untuk terus-menerus berinovasi, mereka mengeluarkan produk Galaxy Note 7 terlalu awal dan ternyata produk tersebut banyak yang bermasalah dan meledak, hingga merugikan Samsung sebesar lebih dari $3 miliar. 

 

Dan faktor terakhir adalah susahnya mencari dan membangun tim yang tepat untuk mendorong inovasi yang sesuai dan sejalan dengan perusahaan. Mengapa hal ini bisa terjadi?

Saat ini perusahaan sedang menghadapi 2 tren yang penting. Satu adalah perkembangan teknologi yang semakin kompleks, sehingga diperlukan kerjasama satu sama lain yang lebih intens dibanding dahulu. Kedua adalah teknologi, ide dan pasar menjadi jauh lebih terglobalisasi, sehingga kerjasama yang diperlukan tidak lagi lokal tetapi internasional. 

Mempunyai kerjasama secara internasional tentu berarti tim yang dimiliki akan cenderung dipenuhi oleh orang-orang dari seluruh dunia yang membawa ide baru, cara mengerjakan sesuatu yang baru, sistem dan juga prosedur yang baru. Semua ini berarti sistem yang kompleks untuk disatukan karena terdapat perbedaan yang banyak di antara satu sama lain.

 

Dari semua faktor tersebut yang merupakan kekurangan dari inovasi, tentu saja kita tidak dapat menutup mata secara 100% terhadap inovasi. Bagaimanapun juga, terdapat hal-hal yang tetap kita perlu lakukan untuk bertahan hidup dalam era yang serba digital dan melek teknologi. 

 

Tetapi balik lagi, terkadang yang diperlukan hanyalah balik ke masa lalu dan ingat mengapa ini semua bisa mulai. Seperti contoh pada restoran bubur Aguan yang sudah buka dari tahun 1980, menu yang terdapat sama saja dari dahulu, tetapi balik lagi hanya itulah yang mereka perlu. Mereka tahu bahwa orang hanya datang untuk bubur, dan tidak lebih atau kurang dari itu. Bahkan juga terdapat beberapa contoh perusahaan yang tetap bertahan pada nilai dan produk yang tidak berubah, seperti Starbucks yang tetap menjual kopi, Amazon dengan layanan penjualan barangnya dan Netflix yang menyediakan layanan streaming film. Tentu inovasi yang dilakukan tetap ada, tetapi dalam kuantitas yang tentu tidak sebanding dengan contoh-contoh sebelumnya. Kemampuan mereka untuk bertahan sampai sekarang walaupun tidak jor-joran dalam inovasi dapat dikreditkan kepada cara mereka yakin kepada produk mereka sendiri, dimana hal tersebut yang membawa mereka ke posisi yang sekarang juga. 

Tentu setelah ini semua, balik lagi pertimbangan ada di tangan bisnis tersebut masing-masing. Tiap situasi mempunyai kecocokan dan kebutuhan yang tentu berbeda dari yang lainnya. Pilihan untuk jor-joran berinvestasi pada inovasi dan pengembangan produk baru untuk dapat bertahan hidup tentu ada, atau sebaliknya tetap bertahan  pada nilai dan kualitas yang selama ini membuat bisnis tersebut bertahan. Tetapi yang jelas adalah tidak ada tempat untuk mereka yang hanya setengah-setengah.

 

Sumber Referensi :

https://www.sodexo.co.id/indikator-inovasi-produk-dalam-pengembangan-produk-baru/#:~:text=Inovasi%20produk%20adalah%20menciptakan%20produk,antara%20proses%20dan%20kebutuhan%20masyarakat.

https://hbr.org/2019/12/real-innovation-requires-more-than-an-rd-budget

https://ncses.nsf.gov/pubs/nsf21324

https://sgp.fas.org/crs/misc/R44307.pdf

https://knowledge.wharton.upenn.edu/article/marketers-often-miss-mark-product-innovations/

https://innovationmanagement.se/2012/06/25/why-is-innovation-so-often-hit-or-miss/

https://knowledge.wharton.upenn.edu/article/apple-innovation-edge/

https://knowledge.wharton.upenn.edu/article/the-first-step-to-successful-innovation-choosing-the-right-partners/

 

https://www.collectivecampus.io/blog/why-big-companies-choose-not-to-innovate

https://www.inc.com/brian-scudamore/this-theory-proves-you-dont-have-to-innovate-to-become-a-multi-million-dollar-business.html



Ikuti tulisan menarik Nathaniel Clement lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu