Musim Dingin di Sungai Aare dengan Tradisi Zibeleschwümme

Jumat, 3 Juni 2022 05:34 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Zibeleschwümme merupakan tradisi renang musim dingin di sungai Aare yang diikuti sekitar 100 orang setiap tahunnya.

Kejadian yang menimpa anak sulung Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Emmeril Kahn Mumtadz pada Kamis (26/5/2022) lalu, secara tidak langsung mempopulerkan Sungai Aare, Swiss, bagi beberapa warga Indonesia. Sungai itu ternyata menyimpan tradisi renang menarik yang dilakukan pada musim dingin.

Tradisi tersebut yakni Zibeleschwümme. Dikutip dari laman resmi bern.com, tradisi yang diselenggarakan oleh SLRG (Swiss Lifesaving Society) ini telah dilakukan sejak 1986. Tradisi yang diselenggarakan di sungai terpanjang di Swiss tersebut dilakukan setiap tahun, tepatnya pada hari Minggu keempat di bulan November, tepat sebelum kegiatan “Zibelemärit” (pasar bawang) di Schönausteg.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Setidaknya sekitar 100 perenang dengan pakaian warna-warni berani ikut serta dalam tradisi tersebut, dengan suku air di sungai Aare yang sedingin es mencapai maksimum 6 °C pada musim dingin.

Thomas Giesefeld, salah satu perenang asal Jerman yang mengikuti tradisi Zibeleschwümme untuk keenam kalinya pada tahun 2014 mengungkapkan kekaguman dengan tradisi tersebut. “Keinginan akan air yang sejuk, musik Guggen, suasana bahagia dan orang-orang yang Anda temui lagi dan lagi yang membuat saya terpesona dengan acara ini,” ungkap pengusaha berusia 51 tahun tersebut yang dilansir dari 20min.ch.

Ia mengungkapkan tidak pernah masuk angin selama mengikuti tradisi tersebut. “Sejak saya berenang, saya merasa lebih bugar secara fisik. Saya belum pernah sakit selama bertahun-tahun. Berenang di air dingin memiliki efek yang mirip dengan sauna. Itu membuat tubuh lebih tangguh dan dapat beradaptasi lebih baik dengan suhu yang berfluktuasi,” tutur Giesefeld.

Namun meskipun begitu, agar tradisi renang dengan mencakup total 350 meter ini dapat terlaksana dengan lancar dan dapat menjamin keselamatan dalam kondisi ektrem, hanya perenang yang profesional, terlatih dan berpengalaman saja yang dapat mengikuti kegiatan ini. Setidaknya, tradisi renang dengan rute dimulai di Schönausteg ini, mensyaratkan perenang dari kalangan mereka yang rutin berenang minimal seminggu sekali.

Pasca berenang di sungai yang telah masuk dalam daftar “living tradition” UNESCO sejak 2017 tersebut, para perenang akan menghangatkan diri dengan lantunan suara karnaval “music Guugen”, yang ditemani dengan teh panas dan sup.

Selain memiliki tradisi Zibeleschwümme, sungai Aare juga pernah mencetak rekor dunia untuk arung jeram pada tahun 2012. Setidaknya terdapat 1.268 orang secara bersamaan mengarungi sungai Aare dengan perahu karet, dari Kiesen ke Eichholz.

Bagikan Artikel Ini
img-content
Mohammad Maulana Iqbal

Juru Ketik di Beberapa Media

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler











Terpopuler di Peristiwa

img-content
img-content
img-content
img-content
Lihat semua