x

Guru SMKN 1 Giritontro

Iklan

Hajar Budi

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 28 Januari 2020

Jumat, 3 Juni 2022 05:56 WIB

Keris Jimat, antara Budaya dan Peradaban

keris merupakan asli peninggalan budaya bangsa indonesia yang telah ada ribuan tahun yang lalu dan sebagai simbol pemersatu bangsa.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Keris merupakan salah satu sebuah benda mahakarya peninggalan leluhur dari nenek moyang bangsa Indonesia.  Keberadaa keris telah mencapai ratusan tahun dan bahkan kini telah diakui dunia sebagai perwujudan  warisan agung budaya leluhur asli Nusantara. Sebagai bentuk peninggalan karya cipta budaya yang luhur selain batik dan wayang, budaya keris merentang mulai dari barat hingga ke timur Nusantara. Hal ini menunjukan bahwa keris merupakan salah satu warisan kebudayaan yang berakar kuat di dalam tradisi masyarakat Indonesia. Sehingga dapat menjadi salah satu ikon pemersatu bangsa untuk mencegah disintegrasi bangsa.

Keris merupakan  salah satu bentuk senjata tradisional karismatik yang keberadaanya dijadikan ‘ageman untuk ritual bersama’ oleh rakyat Indonesia khususnya masyarakat Jawa dan kaum bangsawan keraton. Ini menunjukan bahwa wujud dari rasa (manunggaling kawulo kelawan gusti)  berbaurnya rakyat dengan kaum bangsawan tanpa adanya sekat.

Keberadaan keris itu mulai dikenal di Nusantara pada masa Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Mataram kuno. Pengaruhnya banyak mengikuti keyakinan animisme maupun dinamisme, serta peranan agama-agama di Nusantara, seperti Budha, Hindu, sampai Islam. Lika-liku perjalanan sejarah yang cukup panjang beserta dinamikanya itu membuat keris semakin berkembang pesat, baik dari sisi bentuk, kualitas tempaan, dan juga kreasi inovasi artistiknya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sebagai senjata tradisional terutama oleh masyarakat Jawa, pencitraan keris yang dikenal dengan istilah tosan aji atau wesi aji ini, sering diartikan sebagai benda yang bernilai /’jimat’,bertuah atau dimuliakan. Namun seiring dengan proses perjalanan waktu, keris menjadi tosan aji yang paling utama dalam dunia seni tempa senjata. Tidak hanya di Jawa saja, tapi juga di wilayah Indonesia lainnya. Dari sekian banyak senjata tradisional yang ada di Nusantara, keris sering disebut pusaka yang paling kesohor dan dikenal cukup luas oleh masyarakat, baik dari sisi filosofi, penamaan, bentuk, bahan tempaan, penyebaran, sampai kreasi seni rupanya. Sebab oleh sebagian komunitas keris diyakini memiliki daya magis tersendiri.

            Dalam pembuatan keris, terdapat beberapa hal spiritual yang dilakukan oleh sipembuat keris atau sering disebut empu; yang pertama (lelaku) yaitu berdoa untuk memohon petunjuk kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang kedua dengan ritual puasa, serta ritual slametan atau meminta restu dari para tetangga agar proses dalam pembuatan keris agar berjalan lancar (tebih ing rubeda kalis nir ingsambikolo) rawe-rawe rantas malang-malang putung.

Proses selanjutnya untuk mendapatkan/membuat bilah keris diperlukan tiga bahan utama, yaitu besi yang terkenal akan kekuatan dan keuletannya, baja yang terkenal akan ketajamannya, serta pamor sebagai hiasan. Dan tak kalah penting keris juga memiliki banyak symbol dan makna spiritual didalamnya selain nilai estetika dan pola pamor antara lain seperti kelokan (luk), ornamen (ricikan), warna atau pancaran bilah. Pembuatan bilah ini dimulai dengan wasuhan atau proses penempaan besi secara berulang-ulang untuk mengeluarkan zat-zat kotornya.

Kemudian, untuk mendapatkan/memunculkan  pamor  pada keris maka bilah besi tersebut akan disisipi  nikel atau batu meteorit untuk ditempa bersama dan dilipat hingga berkali-kali, bahkan konon bisa hingga ribuan kali hingga diantaranya beberapa keris diyakini memiliki pamor bernuansa magis, seperti  pamor lindu aji (mencegah datangnya gempa bumi), pamor kebolajer (untuk bertani).

Di sisi lain dalam tatanan dunia perkerisan, muncul beberapa istilah penamaan dalam keris itu sendiri seperti istilah tangguh yang merupakan terminologi yang menunjuk gaya keris menurut zaman pembuatannya  contohnya tangguh Pajajaran, Majapahit, Tuban, Demak, Pajang, Mataram, dan sebagainya. Lantas secara umum perwujudan atau bentuk Keris atau dhuwung /tosan aji dibedakan menjadi  tiga bagian utama, pertama bilah (wilah atau daun keris), kedua ganja (penopang), dan ketiga hulu keris (ukiran, pegangan keris). Dari berbagai kombinasi  komponen ini menghasilkan sejumlah bentuk standar (dhapur) keris yang banyak dipaparkan dalam pustaka-pustaka mengenai keris. Namun sejatinya bahwa keris adalah senjata yang memiliki catatan sejarah yang cukup legendaries bagi perjalanan bangsa indonesia.

Kekuatan atau piandel keris

Meski berfungsi sebagai senjata piandel leluhur dari nenek moyang jaman dulu, keris bukan semata-mata dibuat untuk bela diri dalam olah kanuragan namun selebihnya keris lebih bersifat sebagai senjata dalam pengertian simbolis spiritual, yakni sipat kandel alias pembangkit rasa percaya diri. Dalam konteks yang lebih luas, keris merupakan salah satu atribut busana dan perlengkapan yang senantiasa menyertai dalam berbagai upacara adat di Jawa khususnya acara-acara yang bersifat penuh kesakralan.

Eksistensi keris sebagai warisan budaya perlu menjadi perhatian semua pihak agar artefak budaya itu tetap menjadi kebanggaan dan jati diri bangsa. Salah satu alternatifnya, perlu dilakukan secara berkala pameran hasil mahakarya tersebut untuk umum, terutama anak-anak sekolah. Harapannya, generasi yang sedang bertumbuh tersebut lebih mengenal keris sebagai warisan budaya asli nusantara sejak dini, agar nantinya mempunyai jiwa untuk merawat dan memiliki bahwa keris adalah pusaka/jimat nusantara dan bagian dari identitas budaya nasional, sehingga kegiatan pelestarian maupun pengembangannya perlu dipertahankan dan dijaga.

Budaya lanjutnya  adalah elemen penting pembentukkan karakter dan kepribadian, sekaligus menjadi identitas dan cirikas yang membedakan satu komunitas atau bangsa dari komunitas atau bangsa lainnya. Lebih lanjut, keris sebagai identitas budaya nasional telah menjadi bagian dari ekonomi kreatif, terutama di panggung diplomasi. Yang salah satunya saat ini keris telah menjadi ikon cenderamata dalam kegiatan diplomasi resmi kenegaraan. sehingga diharapkan kedepan dapat membawa kemajuan pembangunan budaya yang lebih baik dalam rangka mengembangkan dan melestarikan seni budaya di Indonesia.

Kesenian dan kebudayaan adalah kekayaan sekaligus kebanggaan nasional yang harus dilestarikan dan dijaga keberadaanya agar tidak hilang dimakan kemajuan jaman. Sebab keris sebagai benda pusaka dan mulai langka diperlukan sebuah terobosan budaya tersendiri agar para generasi muda mau ikut dalam andil nguri-uri dan ngurip – urip keris sebagai benda pusaka peninggalan leluhur dari nenek moyang kita dan dijadikan karya budaya kearifan lokal agar tetap bisa terjaga eksistensinya.menjadi  sebuah aset kekuatan budaya kita, yang didalamnya sarat nilai dan makna sehingga menjadi pedoman baku dalam berpikir dan bertindak untuk membentuk karaker dan identitas bangsa.

Hal ini menunjukan bahwa Indonesia adalah bangsa yang berbudi luhur dan beradab dalam menghargai hasil cipta karya warisan budaya leluhur dari nenek moyang yang maha agung ini. Sehingga karya seni dan budaya seperti Keris yang mempunyai nilai adiluhung sebagai artefak budaya asli nusantara Jangan sampai diakui oleh Negara asing dan kita sebagai generasi penerus bangsa wajib nguri-uri dan ngurip-urip budaya seni ukir tingkat tinggi ini.tentunya sejalan dengan jiwa ketimuran kepribadian bangsa Indonesia.

Ikuti tulisan menarik Hajar Budi lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler