x

Iklan

Mita Fauziah

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 12 April 2022

Sabtu, 4 Juni 2022 19:47 WIB

Kesusateraan Indonesia Periode Pascakemerdekaan

Karakteristik karya kesusastraan atau sastra pada masa pascakemerdekaan sangat identik dengan penggambaran realita kehidupan sebagai rakyat di masa awal pasca kemerdekaan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pendahuluan

            Menurut Sudjiman (1986) kesusastraan atau sastra dapat diartikan sebagai karya lisan atau tertulis yang memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keorisinilan, keartistikan, keindahan dalam isi, dan ungkapannya. Pada masa-masa awal pascakemerdekaan, peran partai politik memengaruhi segala aspek di Indonesia termasuk dalam kesusastraan dan karya-karya sastra. Pada angkatan in, perkembangan karya sastra didominasi oleh puisi dan balada yang mengambarkan suasana muram, tentang hidup penuh dengan penderitaan (sebagai seorang rakyat) yang sesuai dengan keadaan politik parlementer pada masa itu yaitu pemerintah sebagai lembaga eksekutif memiliki hak yang besar dalam mengatur kenegaraan dan berandil dalam kehidupan rakyatnya sehingga rakyat tidak punya daya dan upaya besar untuk mengurusi dan mensejahterakan dirinya sendiri.

Pembahasan

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

            Karakteristik karya kesusastraan atau sastra pada masa pascakemerdekaan sangat identik dengan penggambaran realita kehidupan sebagai rakyat di masa awal pasca kemerdekaan. Puisi, cerpen, novel, dan drama berkembang pesat dengan mengetengahkan masalah kemanusiaan umum atau humanisme universal, hak-hak asasi manusia (karena dampak perang), dengan gaya realitas bahkan sinis ironis, disamping mengekspresikan kehidupan batin atau kejiwaan, dengan mengenakan filsafat ekstensialisme. Karya-karya sastra pada masa ini cenderung disalurkan sebagai salah satu bentuk kritik dan protes terhadap pemerintahan yang dibungkus sebagai sebuah seni yang elok dan masih nyaman dinikmati tanpa  memangkas arti mendalam serta tujuan awal yaitu sebagai bentuk ketidaksetujuan terhadap gaya pemerintahan.

            Pada masa awal pasca kemerdekaan ini, juga menciptakan bintang bintang gemilang dari bidang sastra dengan hadirnya karya ciptaan para cendekiawan sastra yang popular pada masa itu seperti; Kumpulan puisi Chairil Anwar yaitu: Deru Campur Debu (1949), Kerikil Tajam dan Yang Terampas Putus (1949), Tiga Menguak Takdir (1950); Majalah “Situasi 1954” yang ditulis oleh Nugroho Notosusanto; serta kumpulan cerpen karya Nugroho Notosusanto, yaitu cerpen Hujan Kepagian (1958) dan Kisah Tiga Kota (1959). Gaya penulisannya yang elok sehingga mudah diterima oleh khalayak ramai namun juga tidak menghilangkan tujan awalnya yaitu sebagai upaya berunjuk rasa, curahan hati, serta penentangan terhadap kepemimpinan pada masa tersebut.

Kesimpulan

            Selain sebagai karya seni, sastra turut dijadikan sebagai ajang untuk mengutarakan keresahan, gundah, dan perasaan tidak setuju terhadap kebijakan pemerintahan pada masa awal pasca kemerdekaan, Gaya bahasa yang dikemas dengan cantik, sehingga memudahkan sastra yang mana notabennya juga sebagai bentuk unjuk rasa, lebih mudah diterima di khalayak ramai pada msanya.

Referensi

Materi PPT SSIM, Kesusastra Indonesia Pada Masa Pasca Kemerdekaan.

Ikuti tulisan menarik Mita Fauziah lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler