x

image: shutterstock

Iklan

Cita Dwi

Berkelana, Membaca, Merekam. Project Admin of Alita Praya//Indonesian Literature at Universitas Pamulang, Tangerang Selatan.
Bergabung Sejak: 4 Juli 2022

Selasa, 5 Juli 2022 08:52 WIB

Pengaruh Dongeng pada Pertumbuhan, Perkembangan, dan Imajinasi Seorang Anak

Orang Tua menjadi peran yang sangat penting terhadap pertumbuhan seorang anak.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

PENDIDIKAN SASTRA DAN ANAK-ANAK

 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

                Sastra anak terdiri dari berbagai genre dan dapat berwujud lisan dan tulisan. Ia membentang dari lagu-lagu nina bobo, puisi lagu, tembang-tembang dolanan, huruf-huruf, buku-buku bergambar, sampai berbagai cerita petualangan yang khas anak dan berbagai cerita tradisional.

                Sejak anak masih bayi, para orang tua sering mencurahkan rasa kasih sayang dengan menyanyikan nyanyian-nyanyian tertentu untuk di dengar si buah hati, nyanyian-nyanyian itu mempunyai beragam maksud, misalnya untuk membuatnya terlena dan segera tidur, membuatnya senang, atau sesuatu yang lain. Sastra lisan dapat diberikan kepada bayi, misalnya oleh ibu sambil menggendong, menyusui, dan menimang-nimangnya. Sedangkan sastra tulis dapat mulai diberikan secara tidak langsung setelah anak berusia satu setengah tahun atau dua tahun. Pada usia ini anak memang belum tahu apa-apa, bahkan memang sesuatu pun belum dapat dilakukan dengan baik, tetapi perkenalan buku sudah dapat dilakukan.

                Hal ini secara tidak langsung akan mempengaruhi pertumbuhan serta perkembangan anak terutama pada golden age yang merupakan periode penting dalam masa perkembangan anak. Masa golden age adalah masa emas seorang anak di awal kehidupannya yaitu pada usia 0-5 tahun. Fase ini penting bagi orang tua karena pada fase ini pertumbuhan seorang anak berkembang begitu pesat. Dengan adanya peran orang tua yang memperkenalkan cerita-cerita ataupun membacakan dongeng ketika hendak tidur, secara tidak langsung hal tersebut mempengaruhi kecerdasan serta imajinasi seorang anak dengan baik. Ketika dibiasakan sedari dini, anak akan terbiasa mendengarkan, melihat huruf-huruf, kenal akan kosa kata, dan juga imajinasinya dapat berkembang dibanding dengan seorang anak yang tidak di biasakan di perkenalkan sastra lisan ataupun tulis oleh orang tuanya.

                Puisi, syair lagu, dan tembang rembang berisi permainan bahasa enak didengar dan menyentuh rasa, biasanya dapat diperoleh melalui sarana-sarana aliterasi, asonansi, rima dan irama, akan membuat anak menjadi senang, merasa nikmat, menghilangkan kecemasan, dan menumbuhkan kesadaran diri untuk belajar.

                Puisi lagu atau nyanyian anak mengandung berbagai unsur keindahan, khususnya keindahan yang dicapai melalui bentuk-bentuk kebahasaan. Dengan permainan perulangan bunyi pada kata-kata terpilih akan dapat dibangkitkan aspek persajakan dan irama puisi yang menjadikan puisi indah dan bermelodi. Contoh puisi dapat kita lihat seperti di bawah ini :

KEPLOK AME-AME

Keplok ame-ame belalang kupu-kupu

Siang makan nasi kalau malam minum susu

Kedua larik puisi lagu diatas terbelah menjadi dua kesatuan bunyi, mirip dengan pantun. Puisi-puisi lagu berbahasa Indonesia pada umumnya ditulis ketika zaman sudah memasuki era modern. Puisi-puisi yang dimaksud jumlahnya relatif banyak dan tidak sedikit yang menjadi begitu populer. Kandungan makna puisi lagu atau nyanyian anak tersebut bermacam-macam, misalnya berkaitan dengan masalah binatang, lingkungan, pariwisata, kasih sayang, humor, dan juga ketika dilihat dari sudut pandang pendidikan, puisi-puisi lagu mengandung unsur-unsur pendidikan yang bermanfaat bagi perkembangan anak.

Pengaruh Sastra Anak terhadap Perkembangan Anak di Era Digitalisasi

                Tradisi cerita lisan di Indonesia, cerita-cerita tersebut dapat dikisahkan kepada anak setelah mereka mulai dapat memahami pembicaraan orang dewasa sekitar usia dua setengah atau tiga tahun. Cerita dan nyanyian dapat diberikan secara berselang-seling, kapan saja, tetapi yang paling banyak adalah ketika anak menjelang tidur. Saat tulisan belum dikenal, tradisi lisan tidak hanya dipergunakan untuk mengisahkan sebuah cerita, melainkan juga untuk mewariskan berbagai tradisi dan nilai-nilai serta keperluan-keperluan lain yang mencakup hampir seluruh aspek kehidupan.

                Sastra dapat merangkum, menampung, menyimpan, dan kemudian mewariskannya kepada generasi yang kemudian tentang tradisi, pandangan hidup, nilai-nilai dan berbagai hal yang terkait dengan kehidupan sosial budaya masyarakat yang bersangkutan.

                Sedangkan literasi sendiri mempunyai makna yaitu kemampuan untuk dapat membaca dan menulis. Literasi juga dapat dipahami sebagai melek huruf, mengenal tulisan dengan tujuan akhir agar anak menjadi melek huruf dan dapat menulis. Kemampuan literasi tidak akan dapat dicapai tanpa usaha secara sadar dan terencana. Untuk itu, agar anak dapat dengan cepat mengenal huruf-huruf, membedakan antara huruf datu dengan yang lain, dan akhirnya dapat membaca, pengenalan literasi harus dilakukan dengan baik dan terus menerus. Oleh karena itu, orang tua sangat berperan penting untuk anak-anak dalam memahami kebiasaan itu merupakan tingkah laku budaya yang seharusnya dilakukan.

Ikuti tulisan menarik Cita Dwi lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu