x

Putu Wijaya. TEMPO/ Santirta M

Iklan

Siska Shafitri

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 6 Juli 2022

Sabtu, 9 Juli 2022 17:03 WIB

Analisis Srtuktural Cerpen dan Drama Teater Merdeka karya Putu Wijaya; Kajian Sastra Bandingan

Sastra bandingan merupakan salah satu dari sekian banyak pendekatan yang ada dalam ilmu sastra. Penelitian sastra bandingan berangkat dari asumsi bahwa karya sastra tidak mungkin terlepas dari karya-karya yang telah ditulis sebelumnya.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Sastra bandingan merupakan salah satu dari sekian banyak pendekatan yang ada dalam ilmu sastra. Penelitian sastra bandingan berangkat dari asumsi bahwa karya sastra tidak mungkin terlepas dari karya-karya yang telah ditulis sebelumnya. Bisa dikatakan penelitian sastra bandingan tak mungkin dilepaskan dari unsur kesejarahannya. Karya sastra lahir pada masyarakat yang memiliki konvensi, tradisi, pandangan tentang estetika, dan tujuan berseni yang kemungkinan justru merupakan rekaman terhadap pandangan masyarakat tentang seni. Yang lebih penting lagi, sastra amat mungkin berasal dari karya sebelumnya yang dianggap mainstream. Karya-karya besar biasanya yang mengilhami karya sastra selanjutnya. Akan tetapi bisa juga sebaliknya, karya besar justru lahir karena terinspirasi karya kecil yang diciptakan sebelumnya. Seperti halnya membandingan Cerpen dan Drama teater.

Dalam sebuah drama dan cerpen terdapat unsur-unsur yang perlu untuk dipahami salah satunya unsur instriksik. Unsur intrinsik adalah unsur pembangun dari dalam cerpen dan drama. Unsur intrinsik adalah unsur penting yang tidak boleh dilewatkan dalam karya sastra. Komponen-komponennya terdiri dari tema, tokoh atau penokohan, alur cerita, latar, gaya bahasa, sudut pandang, dan amanat. Hal inilah yang menjadi kajian untuk menganalisis sastra bandingan secara srtuktural dalam cerpen dan drama Merdeka karya Putu Wijaya.

Pada pembahasan ini saya akan membandingkan sebuah karya sastra cerpen dan drama teater. Dimana dalam drama tersebut merupakan adaptasi dari judul yang sama yaitu cerpen Merdeka karya Putu Wijaya yang ditayangkan pada tanggal 12 September 2008 dan dalam drama tersebut di sutradarai oleh Ahmad Moehdor al-Farisi dalam teater Dza'Izza Pondok Pesantren Daar el-Qolam 3 Kampus Dza 'Izza yang tayang pada tanggal 24 Agustus 2017. Dalam analisis ini saya membandingan kedua karya sastra tersebut untuk mencari persamaan dan perbedaan secara struktural.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sinopsis

Dalam cerpen serta drama teater yang berjudul Merdeka karya Putu Wijaya, menceritakan tentang seorang tokoh Amat yang sedang mengkhawatirkan kemerdekaan Indonesia dimana para pejabat-pejabat yang selalu mengucap janji ini itu kepada rakyatnya. Dan yang anehnya rakyat masih percaya janji-janji itu yang sudah pasti akan menelan kekecewaan setelah partai mereka sukses dan bertumpang kaki di kursi pemerintahan. Hal ini membuat tokoh Amat meradang, marah, dan atas kegelisahannya perjuangannya menghabiskan setiap tetes darah para pahlawan yang gagah berani membela negara demi mengibarkan bendera merah putih yang kini berbalas ketidakacuhan masyarakat. Lebih-lebih para pejabat membuat tokoh Amat yang makin hari makin marah tak karuan. Ingin sekali ia mencabuti umbul-umbul yang warna nya tak bermakna itu dan bendera-bendera partai yang memenuhi jalanan. Dalam Cerita tersebut, tokoh Amat berpikir keras atas kemerdekaan yang terjadi di negara kita Indonesia. Dimana ia mengatakan kemenangan adalah sebuah kebahagiaan, tetapi dalam kemenangan itu masih saja ada derita, makin maraknya kemiskinan, bahkan bencana dan ketidakadilan, serta kerancuan kebenaran dan kemorosotan moral yang kian hari makin menurun. Lalu apa arti sebuah kemenangan ? tokoh Amat pun menjadi geram karna hal itu.

Seperti halnya dengan tetangga Pak Amat seorang mantan pejabat pemerintah, yang dengan sombongnya ingin menyumbang uang sebesar 5 miliyar yang hanya mengucap janji-janji yang tidak bisa ia tepati, janji yang membuat warga sekitar berharap lebih kepadanya. Biasanya, Bendera-bendera merah putih yang berjajar di sepanjang jalan sudah lenyap. Memang ada juga beberapa pedagang yang masih saja mengotot memasang. Umumnya penduduk sudah menyimpan kembali benderanya untuk dikeluarkan lagi nanti tahun depan. Tetapi bendera merah putih raksasa yang berkibar di rumah orang kaya itu masih belum diturunkan. Menurut Pak Amat, itu karna ia masih memegang janji untuk menyumbang uang sebesar 5 miliyar. Dan dengan inisiatif Pak Amat menghampiri rumah orang kaya itu dan berkata bahwa orang tersebut tidak usah menyumbang uang sebanyak itu, karna nanti yang ada akan menimbulkan persoalan dan pertengkaran dengan tetangga karna urusan uang sekecil pun dapat membuat warga cekcok, apalagi ini uang sebesar 5 miliyar. Maka, Pak Amat berkata kepada orang kaya itu daripada kawasan mereka yang damai ini menjadi neraka yang penuh dengan saling curiga

mencurigai, lebih baik jangan membuat persoalan. Sumbang saja sewajarnya, seratus ribu sudah cukup untuk memancing para warga lain menyumbang. Dan akhirnya orang kaya itu pun menyumbang seratus ribu lalu menurukan berbendera raksasanya.

Analisis sruktural

  • Tema

Persamaan tema dalam Cerpen dan Drama Teater Merdeka karya Putu Wijaya adalah kedua cerita tersebut sama-sama memiliki tema tentang kemerdekaan atau kemenangan negara Indonesia. Sedangkan perbedaan tema dalam kedua cerita tersebut tidak dapat di temukan.

  • Tokoh

Berdasarkan analisis yang dilakukan terhadap Cerpen dan Drama Teater Merdeka, dapat dilihat beberapa persaaman dan perbedaan dalam penyajian tokoh. Persamaan yang terdapat pada kedua cerita tersebut yaitu adanya tiga tokoh utama. Kedua cerita tersebut diceritakan dari awal hingga akhir sehingga mendominasi alur cerita. Ketiga tokoh utama dalam cerita tersebut memegang penting dalam perkembangan cerita. Selain itu, terdapat persamaan dalam tokoh utama yang berpengaruh dalam alur cerita, yaitu tokoh Pak Amat. Tokoh utama Pak Amat ini merupakan tokoh ayah yang berpikir kritis tentang kemerdekaan saat ini. Sedangkan, perbedaan tokoh yang ditemukan dari kedua cerita tersebut adalah adanya tokoh tambahan yang terdapat pada Drama Teater. Dimana tokoh tambahan ini merupakan logika dan pikiran Pak Amat yang selama ini bertengkar dengan dirinya sendiri. Sehingga membuat naskahnya jauh lebih panjang dari cerita aslinya yang terdapat pada Cerpen.

  • Alur

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan pada kedua cerita tersebut, dapat diketahui bahwa kedua cerita tersebut memiliki persamaan pada alur, yaitu sama-sama mengunakan alur maju. Dimana cerita dijabarkan dari tahap awal yang merupakan perkenalan tokoh dan gambaran umum latar belakang kemerdekaan Indonesia. Lalu lanjut ke tahap tengah yang berisi pemunculan konflik, peningkatan konflik dan klimaks. Hingga ke tahap akhir yang merupakan tahap penyelesaian.

Sedangkan perbedaan alur dalam kedua cerita tersebut, pada cerita aslinya yang terdapat dicerpen tokoh Amat ini tidak berdebat dengan pikirannya sendiri, sedangkan dalam dramanya tokoh Amat berdebat dengan pikirannya sendiri. Serta di tahap penyelesaiannya pun berbeda, dalam Cerpennya, tahap penyelesaian yang dilakukan hanya sampai Pak Amat yang berhasil menagih sumbangan kepada orang kaya itu, sedangkan dalam dramanya tahap penyelesaian ini dilakukan sampai Ami mengeluarkan pendapatnya tentang orang-orang yang berpolitik yang menghancurkan rakyat nya sendiri dan di tutup dengan kebingungan Tokoh Amat dan istri nya yang terkejut melihat anaknya pandai berpendapat atau mengutarakan pikirannya.

  • Latar

Berdasarkan analisis pada kedua cerita tersebut ini mempunyai persamaan dari latar waktu dan tempat. Dimana latar tempat yang berada dirumah lalu setelah membicarakan tentang politik dan tetangganya yang merupakan orang kaya, Pak Amat pergi kerumah orang kaya tersebut untuk menagih janji sumbangannya. Disini terlihat bahwa kedua cerita tersebut memiliki latar waktu dan tempat yang sama. Persamaan lain dari kedua cerita ini pada latar sosial dari ketiga tokoh utama.

Perbedaan dari kedua cerita tersebut terdapat pada latar suasana. Dimana dalam cerpen aslinya tidak begitu menegangkan karna tidak adanya perdebatan pikiran yang dilakukan tokoh Amat, sedangkan dalam dramanya lebih menegangkan karna adanya perdebatan yang dilakukan tokoh Amat yang membuat para penonton lebih memahami apa arti sebuah kemenangan atau kemerdekaan.

  • Sudut pandang

Berdasarkan analisis yang dilakukan terhadap kedua cerita tersebut, dapat disimpulkan bahwa persamaan kedua cerita tersebut memiliki sudut pandang yang sama, yaitu sudut pandang pertama “Aku”. Dimana pengarang menyebutkan nama-nama tokoh dengan menggunakan kata ganti Aku. Sedangkan perbedaan sudut pandang dalam kedua cerita tersebut tidak dapat di temukan.

  • Gaya Bahasa

Berdasarkan analisis yang dilakukan terhadap kedua cerita tersebut, tidak ditemukan persamaan dalam gaya bahasanya. Karna gaya bahasa yang terdapat dalam cerpen terlihat sedikit baku, sedangkan dalam dramanya lebih mudah mengerti walaupun naskah yang digunakan lebih panjang dari cerpen aslinya. Hal yang membedakan ini mungkin untuk kebutuhan sebuah drama, dimana untuk menarik penonton dan membawa suasana penonton agar tidak membosankan.

  • Amanat

Setelah menganalisis kedua cerita tersebut dapat dilihat persamaan pada amanat dalam kedua cerita tersebut. Persamaannya adalah cerita ini mengajarkan kepada kita untuk lebih perduli kepada bangsa kita sendiri, yang katanya merdeka namun masih ditindas keadaan dan ketidakadilan yang dilakukan oleh para pejabat-pejabat yang duduk di kursi pemerintahan. 

itulah beberapa persamaan serta perbedaan secara struktural yang terdapat pada cerpen dan drama yang berjudul Merdeka karya Putu Wijaya.

Ikuti tulisan menarik Siska Shafitri lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu

Bingkai Kehidupan

Oleh: Indrian Safka Fauzi (Aa Rian)

Sabtu, 27 April 2024 06:23 WIB

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu

Bingkai Kehidupan

Oleh: Indrian Safka Fauzi (Aa Rian)

Sabtu, 27 April 2024 06:23 WIB