Roda perekonomian di masyarakat dijalankan dengan berbagai macam inovasi kreatif pada setiap pelaku usaha. Dalam hal ini masyarakat yang berperan utama untuk agar tetap berjalan. Di sebuah desa, tentunya kerap ditemukan berbagai permasalahan terkait pemanfaatan SDA yang dapat dijadikan sebagai nilai ekonomi yang lebih memiliki nilai jual tinggi.
Pemberdayaan dilakukan diharapkan untuk membangkitkan kesadaran juga motivasi kepada masyarakat desa yang berguna untuk memunculkan pola pikir baru yaitu kesadaran dalam mengolah serta mengembangkan sumber daya alam yang ada. Output yang diharapkan adalah agar masyarakat dapat mandiri dalam pemanfaatan SDA untuk bersaing dalam dunia industri yang lebih memiliki daya jual tinggi. Maka dari itu, pemberdayaan harus dilakukan dengan berbagai macam bentuk, salah satunya yaitu dengan mengadakan pelatihan dan pengarahan. Tak hanya itu, partisipasi masyarakat yang tinggi menjadi faktor pendorong berjalannya rangkaian program yang telah dirancang.
Sumber daya alam yang dihasilkan dalam setiap lingkungan geografis pada setiap wilayah tentulah beragam. Khususnya di daerah dataran tinggi, penghasilan masyarakat sebagaian besar digantungkan oleh sektor pertanian. Namun, kerap didapati masih banyak permasalahan yang cukup krusial seperti produk yang dihasilkan memiliki kualitas rendah atau bahkan rata-rata masyarakat desa belum bisa mengoptimalkannya secara lebih bernilai.
Melihat permasalahan yang ada, maka mahasiswa KKN Kolaboratif 203 mencanangkan bentuk pemeberdayaan berupa UMKM pada masyarakat desa. Bentuk pemberdayaan berupa pengoptimalan sumber daya alam komoditas unggulan di Desa Rowosari yaitu kopi. Upaya ini dilakukan yang pertama yaitu dengan membentuk kelembagaan UMKM yang menggandeng Ibu-ibu yang masuk dalam kategori ekonomi rendah serta Ibu-ibu PKK.
Di Desa Rowosari Kecamatan Sumberjambe juga demikian, yaitu didapati banyak petani kopi yang belum bisa memanfaatkan kopi menjadi produk olahan untuk dijual. Rata-rata mereka menjual dengan bentuk kopi utuh, sedangkan para produsen kopi lain juga belum bisa berinovasi untuk melakukan pengembangan bubuk kopi menjadi suatu produk olahan lain. Sehingga harga jual di pasaran tergolong masih rendah, dengan kata lain belum mampu bersaing. Dapat dilihat dari banyaknya masayarakat yang masih menjual bubuk kopi di warung-warung tanpa adanya packing dan merek yang bagus.
Mahasiswa KKN 203 menyumbangkan ide inovasi kreatif yaitu dengan mengolah bubuk kopi menjadi produk olahan lain yaitu keripik kopi. Pemilihan produk olahan didasarkan pada bahan baku yang tergolong ekonomis dan mudah untuk didapat di Desa Rowosari atau sekitarnya, sehingga mudah untuk dijangkau masyarakat desa.
Tak hanya itu, mahasiswa KKN 203 juga turut membantu dalam proses manajemen pemasaran produk. Rangkaian kegiatannya anatara lain: (1) melakukan pengemasan yang lebih baik dan menarik; (2) membuat nama produk; (3) melakukan foto katalog produk; (4) membuat desain logo; (5) membuat akun pada website dan marketplace. Dari sini akan dapat dilihat bahwa adanya peningkatan pada produk yang diolah.
Pendistribusian bubuk kopi yang masih dalam lingkup desa saja mengindikasikan produk yang dijual masih memiliki kualitas rendah. Maka diperlukan merek dan packaging yang harus dipatenkan agar dapat meningkatkan harga jual. Selain itu dapat menjadi ciri khas Desa Rowosari sebagai desa wisata yang secara tidak langsung membantu menaikkan pendapatan desa dalam bidang pariwisata. Keripik kopi rowosari mampu menjadi oleh-oleh bagi wisatawan yang berkunjung di wisata unggulan Air Terjun Tujuh Bidadari. Diharapkan juga pemberdayaan ini dapat terus berlanjut dan bisa berkembang menembus persaingan pasar industri.
Ikuti tulisan menarik Rowosari Desa Wisata lainnya di sini.
