Terik matahari mendidihkan udara di siang ini,
menguap hingga ke angkasa.
Meski menyebarkan hawa panas ke delapan arah,
tapi kilaunya justru mempertegas pandangan mata.
Sesaat, waktu terhenti karena terpana,
mentari kian memerah karena terpesona,
tepat ketika Aku menyaksikan satu lagi keindahan dunia,
keindahan yang pernah dikisahkan sejarah,
keindahan yang pernah meruntuhkan singgahsana para raja.
Oh, Bunga Mei di hadapanku,
Kau dan Aku tak pernah saling sapa,
tapi Kita saling menyimpan kerinduan yang tak perlu diketahui manusia.
Ikuti tulisan menarik Velox et Exactus lainnya di sini.