x

Waspada

Iklan

Supartono JW

Pengamat
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Rabu, 7 September 2022 16:41 WIB

Hanya Kedok, Tidak Ada Makan Siang yang Gratis

Pada akhirnya, tidak ada makan siang yang gratis, seolah seperti analogi lacur, melacur, melacurkan, dan pelacuran. Baik sebagai koruptor, penjilat, buzzerRp, penyuap, sampai menjadi pelacur sebenarnya. Dalam KBBI, lacur adalah malang, celaka, sial, buruk laku. Melacur sama dengan berbuat lacur; menjual diri. Melacurkan yaitu membuat jadi pelacur, menjual diri. Pelacuran adalah perempuan yang melacur, wanita tunasusila, sundal.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Zaman sekarang, di kehidupan berbangsa dan bernegara dengan taktik, intrik, politiknya, di kehidupan masyarakat, hingga kehidupan dalam sebuah rumah tangga/keluarga, sebab kemiskinan intelegensi dan personaliti serta picik dan licik, tradisi budaya "tidak ada makan siang yang gratis " terus tumbuh subur. Hanya silau harta, uang, kehidupan hedon duniawi yang dikejar dengan berbagai dalih, dengan cara menindas, menjajah, menyakiti hati dan pikiran. Tetapi, sangat mudah dibaca maksud dan tujuannya dari bukti transaksi-transaksi dan jejak kisahnya.

(Supartono JW.07092022)

Dari berbagai literasi ungkapan No free lunch ternyata telah mengemuka sejak tahun 1800-an. Sesuai laporan New York Times pada 1872, saat itu ada kisah menarik. Untuk menarik pelanggan, banyak bar di Crescent City (New Orleans), Amerika Serikat menawarkan makan siang gratis.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Betapa cerdasnya pemilik ide ini yang coba diimplementasikan. Pasalnya, jika ingin minum, para pelanggan tetap harus bayar. Sebab, logikanya, mustahil makan tanpa minum. Pemilik bar sengaja menawarkan makan siang gratis, karena intriknya, biaya makan siang, sejatinya ditanggung dari pembelian minuman yang mahal karena sudah dikalkulasi untuk biaya makan yang gratis. Jadi, kedoknya gratis, tetapi sebenarnya pelanggan sudah membayar makan siang yang dari membeli minuman.

Para pemilik bar pun punya jurus lain yang sudah diracik dan cerdas. Bila pelanggan tidak membeli minum, maka menu makan siangnya dibuat tinggi garam, sehingga mau tak mau pelanggan membeli minum. Bahkan malah membeli minum tambahan alias nambah minum.

Begitulah ide no free lunch alias “tidak ada makan siang yang gratis”.

Di kehidupan kini

Dalam kehidupan terkini, "tidak ada makan siang yang gratis”, di Indonesia pun semakin tumbuh subur. Siapa para pelakunya, mulai dari para elite di negeri ini sampai rakyat jelata.

Di Pemerintahan

Di tingkat pemerintahan pusat, misalnya, apa efek dinaikkannya harga BBM, lalu rakyat miskin dikasih BLT, di dalamnya tidak ada makan siang yang gratis? Logikanya, rakyat yang miskin, dengan dapat BLT akan sangat bersyukur. Akan berterima kasih kepada siapa yang memberi. Buntutnya, akan ada pemikiran balas budi. Di mana balas budinya? Ini menjelang tahun politik. 1 suara rakyat akan sangat berpengaruh pada perolehan kursi.

Oh ya, dalam bagi-bagi sertifikat tanah, bagi-bagi lainnya, proyek kereta cepat, proyek IKN, proyek pembangunan infrastruktur (jalan tol dll), bagi-bagi kursi jabatan, pembuatan kebijakan, presiden 3 periode, BPJS Kesehatan, pelemahan KPK, omnibus law, dan lain-lainnya, apa tidak ada makan siang gratis?

Berapa yang sudah tertangkap sebagai pelaku korupsi? Karena tidak ada makan siang yang gratis.

Lalu, ada.berapa juta rakyat yang hati dan pikirannya diketuk untuk merasa berterima kasih dan membalas budi? Cerdas dan licik kan? Siapa yang cerdas dan licik? Siapa yang terus dibodohi dengan skenario dan penyutradaraan yang sangat mudah dibaca? Hanya demi ambisi kekuasaan, harta, dan tahta. Politik dinasti, oligarki, dan membalas budi para pemodal/sponsor/cukong.

Di Parlemen dan pemimpin daerah

Setali tiga uang dengan di pemerintahan pusat, apakah produk-produk yang dihasilkan oleh wakil rakyat Indonesia di parlemen dan pemimpin daerah tidak ada udang di balik batu? Berapa anggota parlemen dan pemimpin daerah yang juga jadi pelaku korupsi dan sudah ditangkapi? Karena tidak ada makan siang yang gratis.

Kasus Ferdy Sambo

Dalam kasus Ferdi Sambo apakah di dalamnya tidak ada kisah-kisah terkait makan siang gratis?

Di akademisi

Akademisi pun ikut-ikutan memanfaatkan kendaraan jalur mandiri. Jalur mandiri, menjadi wadah makan siang yang tidak gratis. Sudah ada yang ditangkap, yang lain menunggu giliran.

Di lingkungan masyrakat dan pekerjaan@@ Berikutnya, tidak ada makan siang yang gratis juga terjadi di kehidupan lingkungan masyarakat dan pekerjaan. Sangat mudah membaca hal-hal yang hanya kedok, tetapi ada tujuan lain di belakangnya, karena ambisi di kehidupan duniawi demi harta-uang dan kekuasaan, plus gaya hidup hedon.

Dalam kehidupan selebriti

Apakah dalam kehidupan selebriti tidak ada makan siang gratis? Dari mana para artis terus dapat bergaya hidup hedon, padahal sedang sepi job atau nganggur?

Orang miskin dan kaya

Dari mana para orang miskin atau yang gaji atau pendapatannya pas-pas an yang tetap dapat bergaya hidup hedon mendapatkan uang? Dari mana para orang yang menjadi kaya harta dan uang mendapatkan uang? Andil tidak ada makan siang yang gratis, ada di dalamnya.

Dalam keluarga

Parahnya, di lingkungan terkecil, dalam keluarga pun, kini ada para suami/istri yang hanya mau melayani para suami/istri "luar dalam" dilihat dari segi setorannya. Malah ada yang sudah lupa bahwa dirinya masih berstatus suami/istri, karena sudah nyaman dengan pihak lain dan mau melayani "luar dalam", karena tidak ada makan siang yang gratis. Berapa dulu setorannya? Berapa transferannya? Baru boleh bicara luar dalam.

Pertanyaannya

Apakah saya harus melakukan kegiatan/perbuatan dengan dalih/kedok tidak ada makan siang yang gratis? Demi memperkaya diri, demi harta, demi gaya hidup, demi kepuasan, demi harga diri, kesombongan, dan lainnya, meski harus menyakiti hati dan pikiran orang-orang terdekat saya?

Sungguh, tidak ada makan siang yang gratis, implementasinya di +62 terkini, lebih banyak untuk menindas, hanya kedok, menyakiti hati dan pikiran rakyat, sampai orang-orang terdekat, keluarga, suami/istri/anak, saudara, kerabat, teman, sahabat. Istilah saya, demi semua itu, sampai harus melacurkan diri demi tidak ada makan siang yang gratis.

Pada akhirnya, tidak ada makan siang yang gratis, seolah seperti analogi lacur, melacur, melacurkan, dan pelacuran. Baik sebagai koruptor, penjilat, buzzerRp, penyuap, sampai menjadi pelacur sebenarnya. Dalam KBBI, lacur adalah malang, celaka, sial, buruk laku. Melacur sama dengan berbuat lacur; menjual diri. Melacurkan yaitu membuat jadi pelacur, menjual diri. Pelacuran adalah perempuan yang melacur, wanita tunasusila, sundal.

Ikuti tulisan menarik Supartono JW lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler