x

Gambar nelayan oleh Mercier Zeng dari Pixabay

Iklan

Eki Saputra

Aktivis lingkungan dan penulis lepas. Seorang penikmat karya sastra dan film pendek.
Bergabung Sejak: 11 November 2021

Minggu, 2 Oktober 2022 12:47 WIB

Usaha Membendung Waktu

Di mana engkau dua puluh empat jam yang lalu, hingga kau terkapar di dunia asing

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Di mana engkau dua puluh empat jam yang lalu,
hingga kau terkapar di dunia asing
kau kenal bercak-bercak di tubuhmu sendiri, warna almari, berapa kali gorden telah diganti, cat atap yang kini redup, dan bagian pintu kamar mandi yang digerogoti rayap, kau ingat
tapi lupa siapa dirimu sendiri, dan apa saja yang dikerjakan sehingga engkau cukup dewasa di tempat ini?

Mereka (yang kausebut dalam doa) memandangimu penuh iba, melihatmu sebagai gumpalan nyawa kehilangan warna, putra Adam nan ripuh

Malam-malam pun dalam suwung
sang rahim telaten merenda hari-harimu 
yang sengsara,
ia merentang sajadah, merendahkan diri pada yang tak mampu diterka,
genangan air mata menghanyutkan kau 
ke muara nasib, 
mengarungi arus ketidakpastian
Dan di sana nelayan tua menjaringmu, kau tersangkut,
lalu membuang kau sebagai onggokan sampah.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Jangan mencemari sungai ini, desis nelayan tua itu.

Kau lelap malam ini mendaurkan senyum riang
membohongi udara tentang hati luluh lantak,
bagaimana usia menguap sedang nyaris mata ini selalu meraba pengalaman?

Tiada hari tanpa membekap kepala dengan bantal, pikirmu

Akan kusimpan sebaik-baiknya pelik ini,
berharap besok daku akan dihanyutkan lagi.

2022

Ikuti tulisan menarik Eki Saputra lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler