Usaha Membendung Waktu

Minggu, 2 Oktober 2022 12:47 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Di mana engkau dua puluh empat jam yang lalu, hingga kau terkapar di dunia asing

Di mana engkau dua puluh empat jam yang lalu,
hingga kau terkapar di dunia asing
kau kenal bercak-bercak di tubuhmu sendiri, warna almari, berapa kali gorden telah diganti, cat atap yang kini redup, dan bagian pintu kamar mandi yang digerogoti rayap, kau ingat
tapi lupa siapa dirimu sendiri, dan apa saja yang dikerjakan sehingga engkau cukup dewasa di tempat ini?

Mereka (yang kausebut dalam doa) memandangimu penuh iba, melihatmu sebagai gumpalan nyawa kehilangan warna, putra Adam nan ripuh

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Malam-malam pun dalam suwung
sang rahim telaten merenda hari-harimu 
yang sengsara,
ia merentang sajadah, merendahkan diri pada yang tak mampu diterka,
genangan air mata menghanyutkan kau 
ke muara nasib, 
mengarungi arus ketidakpastian
Dan di sana nelayan tua menjaringmu, kau tersangkut,
lalu membuang kau sebagai onggokan sampah.

Jangan mencemari sungai ini, desis nelayan tua itu.

Kau lelap malam ini mendaurkan senyum riang
membohongi udara tentang hati luluh lantak,
bagaimana usia menguap sedang nyaris mata ini selalu meraba pengalaman?

Tiada hari tanpa membekap kepala dengan bantal, pikirmu

Akan kusimpan sebaik-baiknya pelik ini,
berharap besok daku akan dihanyutkan lagi.

2022

Bagikan Artikel Ini
img-content
Eki Saputra

Aktivis lingkungan dan penulis lepas. Seorang penikmat karya sastra dan film pendek.

0 Pengikut

img-content

Perjanjian dengan Peri

Jumat, 1 Desember 2023 12:33 WIB
img-content

Suara Niskala

Sabtu, 15 Juli 2023 18:51 WIB

Baca Juga











Artikel Terpopuler











Terpopuler di Peristiwa

img-content
img-content
img-content
img-content
img-content
Lihat semua