Perdana Menteri Portugis, António Costa mengatakan pembunuhan massal Wiriamu merupakan peristiwa mengerikan yang terjadi hampir 50 tahun lalu. Sebagai kepala pemerintahan, ia meminta maaf kepada para korban pembunuhan masal Wiriamu. Costa menyebut peristiwa ini sebagai kejadian yang tidak termaafkan dan mencemarkan sejarah Portugis.
Selama bertahun-tahun Portugis menolak untuk mengakui peristiwa pembunuhan massal Wiriamu. Peristiwa ini sendiri pertama kali diungkap oleh media Inggris pada 1973.
Sejumlah pihak memuji langkah yang diambil oleh Perdana Menteri Costa. Antropolog dan sejarawan Maria Paula Meneses, seperti dikutip dari Publico, mengatakan langkah sang perdana menteri merupakan sebuah tindakan yang berani. Langkah ini sejalan dengan kebijakan negara-negara Eropa lainnya untuk membentuk komisi kebenaran dan rekonsiliasi tentang kejahatan perang.
Namun Meneses mengatakan masih banyak peristiwa pembunuhan masa lampau yang harus diakui oleh Portugis. Beberapa peristiwa sejenis, seperti yang terjadi di India dan Brasil, masih meninggalkan tanda tanya. Ia menambahkan persoalan kolonial memiliki kaitan erat dengan kekerasan dan pengrusakan, juga penghancuran terhadap sejarah masyarakat tanah jajahan.
Dukungan terhadap langkah Costa juga ditemukan di media sosial. Seorang pengguna Twitter, Joao Patricio, misalnya, mengatakan pengakuan dan permohonan maaf terhadap peristiwa Wiriamu merupakan sebuah kebanggaan bagi saya karena ini menghormati momentum dekolonisasi dalam transisi pemerintah Portugis yang demokratis dan menjunjung tinggi jabatan kepala pemerintahan.
Pengguna Twitter lain, Ze Nabo juga menyambut langkah yang diambil oleh Costa dan tidak akan melupakkannya. Ia menambahkan peristiwa ini bermula dari operasi Marosca yang digagas oleh tokoh Mozambik, Chico Kachavi dan berujung pada terjadinya peristiwa pembunuhan masal Wiriamu. (sumber : globalvoices.org)
Ikuti tulisan menarik Teguh V. Andrew lainnya di sini.