x

Ilustrasi Absurd. Karya Yuri dari Pixabay.com

Iklan

Kang Nasir Rosyid

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Senin, 10 Oktober 2022 15:12 WIB

Mitos Iblis Dagon dan Soal Kepemimpinan

Kisah Dagon dan Aswatama  tak lain sebuah gambaran tentang karakter makhluk  dan sikap kepemimpinan. Dagon adalah karakter iblis pendendam, sedangkan Aswatama adalah seorang pemimpin (kesatria) yang punya watak dan sikap seperti Dagon, yakni pendendam. Apakah di sekliling kita ada pemimpin model seperti ini?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Dalam peradaban masyarakat kuno, terkenal  mahluk  yang bernama Dagon.  Dagon dipercaya sebagai salah satu Iblis  yang punya karakter pendendam atau Iblis pembalas dendam. Oleh masyarakat kuno di Filipina sangat ditakuti.  Eksistensi Dagon ini  bahkan terkenal oleh suku-suku kuno di seluruh dunia seperti masyarakat Babilonia, Amorit, Akkadian.

Dalam konteks teoritis, Dagon dikaitkan dengan mitologi Yunani  yang bernama Kraken., keterkaitan antara Dagon dan Kraken ini  berdasarkan kesamaan tugas yakni sebagai mahluk pembalas yang akan menghancurkan segala aspek kehidupan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

dogan

Sementara dalam kisah pewayangan dalam kisah Mahabharata, terdapat tokoh dari golongan kestria bernama  Aswatama. Aswatana ini termasuk tokoh yang punya karakter pendendam. Siapa pun yang dianggap mencederai dirinya atau keluarganya, akan disikat habis. Aswatama tak segan membunuh lima putra Pandawa karena  dendam atas kematian ayahnya Resi Drona oleh Pandawa  saat bermeditasi pasca perang Kurusetra.

Kisah Dagon dan Aswatana  tak lain sebuah gambaran tentang karakter mahluk  dan sikap kepemimpinan. Dagon adalah karakter Iblis pendendam, sedangkan Aswatana adalah seorang pemimpin (kesatria) yang punya watak dan sikap seperti Dagon, yakni pendendam. Lima anak Pandawa sebetulnya tak punya masalah dengan Aswatana, namun karena keturunan dari pandawa maka harus dihancurkan dengan. Ia memakai tindakan politik cabut kacang, yakno mencabut kacang sampai dengan akar-akarnya.

Sikap pemimpin pendendam  seperti ini hendaknya dihindari, apalagi  dalam kepemimpinan birokrasi. Contoh yang tidak bisa dibandingkan dengan siapapun adalah kepemimpinan  Nabi Muhammad SAW. Meskipun nabi diludahi oleh orang yang membencinya, beliau tetap sayang kepada si pembenci. Bahkan ketika suatu hari tak dapat ludahan si pembenci, Nabi Muhammad mencarinya  lantas menengoknya setelah mendapat kabar bahwa si pembenci sedang jatuh sakit.

Sebetulnya ada juga contoh  yang baik dari kepemimpinan dalam Islam, yakni  kepemimpinan Muawiyah. Saat Muawiyah memegang tampuk kepemimpinan pasca perang dengan Sayyidina Ali, ada pengikut  Sayyidina Ali yakni Azzurqa binti Uday  yang selalu menggelorakan anti Muawiyah. Azzurqa punya pengaruh terhadap pengikut Ali. Para penasihat Muawiyah minta kepada Muawiyah untuk membunuh Azzurqa, namun Muawiyah tidak setuju, bahkan minta agar Azzurqa di undang saja ke Istana.

Setelah terjadi  diskusi,  Azzurqa luluh  dan Muawiyahpun bisa memafkan semua tindakan Azzurqa yang selalu memprovokasi  pengikut Ali.

Jika saat ini, masih ada pemimpin yang punya sifat pendedam, yakni siapa yang berseberangan disikat aatau menerapkan politik cabut kacang, menghancurkan kehidupan dan karir orang yang bersebrangan, bertindak atas dasar like dan dislike, maka jangan-jangan dibenaknya terpengaruh iblis Dagon. Ia menjalankan kepemimpinan model Aswatana dan tidak mau mencotoh model kepempinan Nabi Muhammad SAW  atau  minimal mencontoh kepemimpinan Muawiyyah.

Ikuti tulisan menarik Kang Nasir Rosyid lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler