daun daun menguning mencacah umpat; bermusim
seekor kumbang emas kehitaman menatap sederhana
di lorong gorong gorong dengan siul menantang nyaring
"pecahkan segala suntuk, tantang kutukan tembikar!"
mengalir kesadaran yang tersesat sesaat.....
dan mereka menepi berbaris menunggu suapan berlendir
satu per satu menghitung pundi pundi organik di balik rompi
malam panjang sahut menyahut di antara gemuruh nadir langit
“ini waktu tersunyi yang diam menawarkan cakrawala”
mata di lorong gorong gorong menukik desis sederhana
belum tuntas abrasi mengerikan dengan kehormatan, tajam;
“budaya bertengger di pundak mahakarya hancur menyedihkan”
sementara sejarah tertabur batu batu sebagai tanda yang mendiang
sempurna memahami kehidupan saat menjelma pertahanan hidup
keterasingan membenamkan busa busa berbuih sambung nyawa
tiada iman yang merunduk yakin selain menyembah khianat
kerumunan hamba meraup kalap pun lara mendengus pati
Ikuti tulisan menarik Okty Budiati lainnya di sini.