Yayasan Ayo Indonesia, Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Manggarai Timur bersama Kelompok Tani Mitra Kalabumbu, pada bulan Maret lalu tepatnya, Senin (21/3/2022), bertempat di rumah salah anggota kelompok tani di Kampung Kalabumbu, Kelurahan Watu Nggene, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur mengimplementasikan satu kegiatan dari Program Voice for Inclusiveness Climate Resilience Action (VICRA), yaitu berdiskusi untuk mengidentifikasi jenis bencana, kerentanan dan kapasitas berperspektif kesetaraan gender dan inklusi sosial (GESI). Peserta diskusi berjumlah 22 orang, terdiri dari 3 orang staf dari Yayasan Ayo Indonesia, 1 orang staf Dinas Pertanian Babupaten Manggarai Timur, 1 duta petani andalan, dan 17 anggota Kelompok Tani Mitra Kalabumbu, sebanyak 8 orang dari peserta diskusi tersebut adalah perempuan. Sumber penghidupan dari anggota kelompok tani mitra berasal dari hasil kakao, kemiri, dan sayur-sayuran.
Beny Dansis, Kepala Bidang Pengendalian dan Penanggulangan Bencana Pertanian dan Perizinan Pertanian Dinas Pertanian Kabupaten Manggarai Timur menuturkan bahwa Perubahan Iklim akibat dari pemanasan global berpengaruh terhadap sektor pertanian di kabupaten Manggarai Timur, dampak yang terjadi bersifat multidimensional, mulai dari kerusakan sumber daya infrastruktur pertanian, kehilangan sumber penghidupan petani, terganggunya sistem produksi pertanian hingga aspek ketahanan dan kemandirian pangan menjadi terancam sehingga berpotensi menurunkan kesejahteraan para petani dan masyarakat pada umumnya.
Dampak dari Perubahan iklim, lanjut Beny semakin terasa pada sektor petanian pangan, yakni bergesernya jadwal tanam akibat musim kekeringan yang berkepanjangan dan terjadinya serangan hama belalang setiap tahun yang merusak tanaman jagung, kacang-kacangan dan padi ladang.

Luas lahan padi sawah produktif di Kabupaten Manggarai tahun 2019 sebesar 21.461.2 Hektar, pada tahun 2020 meningkat menjadi 23.857,1 hektar namun tahun 2021 mengalami penurunan sebesar 2.095,58 hektar disebabkan oleh terjadinya kerusakan saluran irigasi akibat banjir dan kekeringan yang berlangsung selama 8 bulan. Kejadian yang berkaitan erat dengan perubahan iklim ini berpengaruh terhadap produktifitas padi sawah, berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Manggarai Timur tahun 2021, produksi padi sawah menurun secara signifikan dari 131,492,4 ton tahun 2020 menjadi 107.510,45 ton pada tahun 2021 (28,23 %), demikian juga produktiftas padi ladang menurun secara drastis yang disebabkan oleh pola curah hujan yang berubah bahkan tidak menentu dan pola budidaya yang belum tepat (sesuai kondisi iklim).
Tanaman pangan jenis Jagung sebagai salah satu sumber pangan dari masyarakat di Kabupaten Manggarai Timur, ungkap Beny juga mengalami penurunan produktifitas pada tiga tahun terakhir, dimana dari total produksi tahun 2019 yang mencapai angka 29.548 ton menurun sebesar 6.139 menjadi 23.318 ton pada tahun 2021.
Pada sesi diskusi yang difasilitasi oleh Rikhardus Roden Urut dan Florianus Hasi, untuk mengidentifikasi bencana, kerentanan dan kapasitas, peserta yang sebagian besar berpendidikan sekolah dasar (SD) hanya 1 orang yang berpendidikan terakhir SMP, 1 orang tamatan Sekolah Menengah Atas (SMA) dan 1 orang berpendidikan Sarjana, umumnya mengatakan bahwa bencana kekeringan dan curah hujan tinggi (bulan desember-febaruari) yang sering terjadi di Wilayah Kelurahan Watu Nggene sejak tahun 2000.

Yohanes Nerdi, salah satu peserta diskusi menyampaikan pendapatnya bahwa Budidaya sayur-sayuran menjadi kegiatan rutin kelompok tani mitra untuk memperoleh pendapatan bulanan, usaha ini sebagian besar dijalankan oleh perempuan, mulai dari kegiatan produksi hingga menjualnya di 3 pasar lokal dengan jarak kurang lebih yang terjauh 7 km dari Kampung Kalabumbu. Tanaman padi ditanam hanya untuk memenuhi kebutuhan beras, tidak untuk dijual, sedangkan sayur-sayuran, kakao dan kemiri menjadi komoditi penopang ekonomi mereka bahkan sebagian uang dari hasil penjualan Kakao dan kemiri digunakan untuk membeli sembilan bahan pokok.

Yohanes Nerdi, pemilik usaha NerdiFarm, Mbolata, Kelurahan Watu Nggene, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur/Foto RR
Pengalaman yang sama juga dialami oleh Vinsensius Setu, petani sayur-sayuran, kata dia, jika saya menyiram sayur-sayuran di atas lahan dengan kondisi permukaan tanahnya panas di sore hari justru sayur-sayuran menjadi layu dan tidak bertumbuh lagi kemudian, sehingga kami kehilangan rupiah atau pendapatan kami menurun karena mutu saayur-sayiran tidak bagus, lantas dijual dengan harga murah, yang penting menghasilkan uang. “ Kami belum mendapatkan pengetahuan atau tehnologi untuk mengatasi persoalan ini,” kata Vinsen.
Veronika Landis, 46 tahun mengaku pada 5 tahun terakhir serangan hama putih cukup tinggi sehingga hasil padi sawahnya terus menurun, serangan hama ini terjadi pada saat musim kering, tidak bisa diatasi meskipun disemprot berkali-kali. Sedangkan Hama busuk buah pada kakao juga yang paling banyak merusak buah buah dan biji kakao milikinya, terjadi pada saat musim hujan (bulan Desember sampai dengan Februari).
Baik Yustina Nggunu, Veronika Landis maupun Vinsensiu Setu dengan wajah penuh semangat dan semringah mengungkapkan, beruntung sejak 8 tahun lalu kami semua telah menjadi anggota dari lembaga keuangan non bank, yaitu Koperasi Kredit Ayo Mandiri, KSP CU Florette, dan Koperasi Mekar sehingga disaat kami mengalami gagal panen dan butuh uang untuk memenuhi kebutuhan keluarga khususnya untuk kebutuhan dasar dan pendidikan yang tidak bisa ditunda maka kami meminjam uang di Koperasi-koperasi tadi dengan bunga rendah. “Kami juga mendapat bantuan sosial langsung tunai (BLT) dan sembako dari Program Keluarga Harapan (PKH), kedua jenis bantuan pemerintah ini sangat membantu disaat mengalami kesulitan uang,” tambah Yustina.
Penulis : Rikhardus Roden

Segelas Kopi Arabika produksi KOPSEN KKM, Karya Mandiri Manggarai
Ikuti tulisan menarik Rikhardus Roden Urut Kabupaten Manggarai-NTT lainnya di sini.