x

Sumber ilustrasi: scoutmagazine.ca

Iklan

Ikhwanul Halim

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Selasa, 20 Desember 2022 15:32 WIB

Minum Bersama Boim

Boim sudah lama menjadi teman minum kami, sejak masa kuliah, kurasa. Dia adalah raja botol dan kaleng pada masa itu. Kami semua akan membawa berkrat-krat di bagasi mobil dan ke danau pada Jumat malam, menghabiskan beberapa jam mengeringkan botol dan kaleng dan berenang, lalu tidur tergeletak di rerumputan dalam kantong tidur.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Kami mendapat kabar bahwa Boim masuk rumah sakit, terbaring karena liver bengkak.

Sepertinya kami semua sudah meramalkannya.

Boim sudah lama menjadi teman minum kami, sejak masa kuliah, kurasa. Dia adalah raja botol dan kaleng pada masa itu. Kami semua akan membawa berkrat-krat di bagasi mobil dan ke danau pada Jumat malam, menghabiskan beberapa jam mengeringkan botol dan kaleng dan berenang, lalu tidur tergeletak di rerumputan dalam kantong tidur.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kami selalu mengandalkan Boim untuk menghibur, seperti saat dia memutuskan untuk berenang dalam kegelapan, kemudian bingung di tengah danau dan akhirnya berenang ke tepi yang salah di sisi lain danau. Polisi datang setelah dia bertelanjang mengetuk pondok wanita tua kecil. Atau saat dia membawa sekotak kembang api dan sebotol besar Jack Daniels, lalu mabuk dan tanpa sengaja menyalakan seluruh isi kotak di dalam tendanya.

Dia tidur di kursi depan truk malam itu, berbau bubuk mesiu dan alkohol. Ya, di situlah semuanya dimulai, tetapi bahkan setelah kami lulus, setelah kehidupan nyata dimulai dan tahun-tahun mulai berlalu, Boim adalah orang yang tepat untuk menemanimu pergi ke pusat kota dan membakar energi.

Dia memeriahkan semua pesta ulang tahun, pesta lajang, resepsi pernikahan, dan pesta kemenangan tim sepakbola. Dia bukan remaja penakut. Boim selalu membawa ‘minuman lelaki sejati’ sendiri, begitu dia menyebutnya. Bahkan, dia membawa lebih dari cukup ke pesta, dan selalu membayar lebih dari yang diminumnya di bar.

Boim suka minum, tapi dia tidak suka minum sendirian.

Kami semua menjalani hal-hal kehidupan yang biasa: pacar, putus cinta, pekerjaan yang membosankan, bos yang sangat bodoh, lebih banyak pacar, lalu beberapa pernikahan, beberapa bayi, beberapa perceraian. Tapi Boim tidak pernah menikah.

Dia tinggal di rumah bedeng yang sama di Jl. Mawar selama mungkin dua puluh tahun, dan bekerja di bengkel Ipung lebih lama dari itu. Satu hal tentang Boim, dia tahu cara berpesta, tetapi dia selalu muncul untuk bekerja keesokan harinya. Bahkan jika dia merasa mabuknya belum hilang dan tampangnya terlihat lebih buruk dari beruk.

Aku kira dia mendapatkan apa yang dia inginkan dalam hidup hanya dengan bergaul dengan para pria, minum dan berbicara tentang apa pun.

Jika salah satu dari kami ingin duduk dengan seorang teman, menumpahkan beberapa yang dingin ke perut melalui tenggorokan, dan menyemburkan krisis kecil menyedihkan apa pun yang muncul dalam kehidupan kecil kamu yang menyedihkan,  maka Boim akan menjadi orang yang kami hubungi, dan dia tidak akan pernah menolakmu. Dia akan duduk di sana bersamamu selama yang kamu inginkan, mengadu gelas minuman dan menambah ulang isinya, menganggukkan kepala, atau menggelengkannya, apa saja yang sesuai. Saat membakar sate halaman belakang dan resepsi pernikahan hotel, dia selalu benar-benar bersemangat, dan kami semua hanya duduk di sana dan menontonnya, menunggunya menjadi gila dan lucu sebentar.

Lalu dia akhirnya menjadi sedikit keterlaluan dan mempermalukan dirinya sendiri, dan kami harus menggotongnya, mencari sofa atau kamar tidur tamu di mana dia bisa tidur. Kemudian mendengarkan permintaan maafnya yang tulus dan jujur keesokan paginya.

Kami selalu memaafkannya. Kurasa, dengan cara mabuknya yang aneh, dia selalu menjadi batu ujian kami, bahkan saat hidup berputar di sekitar kami, sedikit terlalu cepat. Hal-hal berubah lebih dari yang kami inginkan tidak pernah benar-benar di bawah kendali kami ... Boim tetap sama: gampang ditebak, sedikit liar tetapi tidak pernah benar-benar berbahaya. Selalu ada untuk membantu kami kembali ke semula, mengingat siapa kami yang sebenarnya. Sekarang, dia ada di kamar rumah sakit itu. livernya membusuk.

Mereka bilang dia bukan kandidat transplantasi karena dia pecandu alkohol. Dan kami semua duduk di sini, di bar yang gelap dan kotor ini, mengangkat gelas untuk menghormatinya, mengetahui bahwa kami selama ini memanfaatkan dia, dan sekarang akhirnya kami sendirian.

 

Cikini, 20 Desember 2022

Ikuti tulisan menarik Ikhwanul Halim lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terkini