x

Iklan

sucahyo adi swasono

Pegiat Komunitas Penegak Tatanan Seimbang (PTS); Call Center: 0856 172 7474
Bergabung Sejak: 26 Maret 2022

Rabu, 21 Desember 2022 17:18 WIB

Isyarat dan Peringatan Tuhan (4)

Bagaimanakah sebenarnya proses kebangkitan manusia ..? Bila Tuhan bisa menciptakan manusia, maka tentunya juga sangat mudah bagi-Nya untuk membangkitkan manusia dari kematiannya, meskipun tubuh manusia sudah tak bersisa sama sekali (QS Al-Hajj:7, QS Ar-Rum:27, QS Al-Isra 49-51, QS Yasin:78-79, QS Al-Qiyamah:3-4, Injil Yohanes Bab 5:28-29).

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Salam seimbang bagi saudara-saudara sebangsa dan setanah air!

Sebagaimana ulasan kami sebelumnya tentang gambaran dunia yang begitu dahsyat, peristiwa kiamat, yakni kiamat peradaban, namun bukan kiamat akhir dunia, sebab Tuhan masih menyisakan sedikit kehidupan di bumi ini. Terjadi proses pemulihan perbaikan keseimbangan di Bumi meskipun tidak sesempurna proses pemulihan keseimbangan di tahapan akhirat, karena kiamat akhir dunia, kehancuran yang terjadi adalah total, menyeluruh, tidak menyisakan kehidupan sama sekali di muka bumi.

Dengan kata lain, proses mem-format ulang bumi dilakukan secara total sehingga bumi dan langit, atmosfer yang menyelubunginya akan kembali kondisinya seperti pada waktu awal diciptakannya (QS Al-Anbiya:104, Injil Yeyasa Bab 34:4; Bab 51:6; Bab 65:17; Bab 66:22). Dan, kehidupan baru, peradaban baru yang akan dibangkit di tahapan kehidupan Akhirat, akan ditata dengan sistem keseimbangan yang sempurna.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Nah, selanjutnya bagaimana dengan gambaran proses kebangkitan manusia dan kehidupan di Akhirat, serta bagaimana sistem kehidupan di Akhirat dijalankan? Mari disimak uraian berikut ini.

Bagaimanakah sebenarnya proses kebangkitan manusia?

Bila Tuhan bisa menciptakan manusia, maka tentunya juga sangat mudah bagi-Nya untuk membangkitkan manusia dari kematiannya, meskipun tubuh manusia sudah tak bersisa sama sekali (QS Al-Hajj:7, QS Ar-Rum:27, QS Al-Isra 49-51, QS Yasin:78-79, QS Al-Qiyamah:3-4, Injil Yohanes Bab 5:28-29).

Manusia saat ini sudah mampu menciptakan teknologi kultur jaringan, yakni menumbuhkan tanaman dari potongan bagian-bagian tanaman di dalam media khusus. Dalam pembiakan hewan dikenal dengan teknologi kloning, membikin individu baru tanpa melalui proses perkawinan atau pembuahan. Sel-sel binatang yang akan di-kloning diambil dari bagian tubuh binatang yang kemudian diletakkan di dalam media khusus. Setelah tumbuh menjadi embrio, dipindahkan ke rahim binatang betina yang sejenis, seterusnya tumbuh dan berkembang hingga lahir individu baru.

Pada dasarnya, DNA (Deoxyribonucleic Acid) manusia bisa berubah selama manusia tersebut masih hidup, menyesuaikan dengan perilaku, sifat dan kebiasaan sehari-hari.  Manusia-manusia awal yang diciptakan Tuhan tentunya mempunyai wujud yang lebih sempurna dan seimbang. Namun seiring dengan perilaku, sifat dan kebiasaan sehari-hari yang cenderung tidak seimbang, maka mulailah timbul pelbagai penyakit dalam tubuh manusia, dan hal tersebut sedikit banyak akan merubah susunan kode genetik dalam DNA, dimana DNA sudah tak sesempurna lagi seperti pada saat dilahirkan. Itulah yang diwariskan kepada anak cucu menjadi penyakit turunan, atau biasa dikenal dengan ”dosa waris”, yaitu potensi penyakit fisik termasuk sifat atau perilaku yang cenderung negatif yang diwariskan dari orang tuanya.

Bila si anak mampu berjuang menjalankan kehidupan yang baik dan seimbang, maka dia bisa menghapus dosa waris tersebut, memperbaiki struktur DNA sehingga penyakit fisik ataupun potensi sifat-sifat negatif tidak akan muncul dalam kehidupannya. Makanya dalam Islam ada prosesi khitan atau sunat, dan di dalam Nasrani ada pembaptisan, sebuah ritual simbolik untuk mengarahkan perilaku anak agar menjalani kehidupan bersih-seimbang, sehingga akan menghapus potensi penyakit maupun sikap.

Perlu diketahui, bahwa DNA manusia adalah seperti microchip yang tertanam di setiap sel manusia, mampu merekam sifat atau perilaku baik ataupun buruk setiap manusia. Dan, saat manusia meninggal, DNA di dalam tubuhnya adalah rekaman terakhir dari perilaku manusia. Tuhan akan menyimpan dan mengamankan DNA terakhir tersebut, yang akan menjadi blue print atau rancangan dasar wujud setiap manusia ketika dibangkitkan di masa kehidupan akhirat. Jadi, jika seseorang saat sebelum meninggal, energi kehidupannya dimaksimalkan untuk berjuang menegakkan kebaikan atau keseimbangan, maka gelombang energi akan ditangkap dan direkam dalam DNA.

Ketika meninggal, orang tersebut mati membawa catatan sertifikat kebaikan dalam hidupnya. Dan, itu menjadi bekal utama saat menghadapi pengadilan Tuhan (penghakiman terakhir). Sebaliknya, seseorang jika sebelum meninggal banyak melakukan keburukan, maka hal itu juga terekam dalam DNA-nya dan menjadi catatan atau sertifikat buruk atas perilaku orang tersebut. 

Kemudian, ketika manusia dibangkitkan kembali pada tahapan kehidupan Akhirat, maka bentuk fisik masing-masing menyesuaikan dengan rekaman DNA saat meninggal (QS Al-Zalzalah:6-8). Bagi pejuang-pejuang penegak kehidupan seimbang, mereka akan dibangkitkan dengan fisik yang ideal menawan sesuai dengan rekaman DNA terakhir. Bagi yang berperilaku buruk, maka bentuk fisiknya juga akan seburuk perilakunya, meskipun selama hidup di Dunia berpenampilan menawan. Pada bagian-bagian tubuh yang cacat menunjukkan selama hidup sering digunakan untuk hal-hal yang buruk.

Mereka akan berkelompok-kelompok, yang fisiknya normal ideal berkumpul sesamanya, yang cacat atau buruk juga berkumpul dengan sesamanya (QS Al-Waqiah:7-10). Dari sinilah, tubuh masing-masing telah memberikan kesaksian atas perilaku mereka selama hidup di Dunia, dan keputusan pengadilan Tuhan tidak akan salah sedikitpun (QS Al-Qiyamah:14-15, QS Al-Fushilat:20-21).

Selanjutnya, mereka yang dibangkitkan dengan fisik ideal akan dikerahkan memasuki ruang kehidupan yang indah, nyaman dan seimbang, habitat ideal untuk manusia. Sebagian mereka yang pernah berjuang membangun dan menegakkan sistem kehidupan di dunia mengatakan, bahwa ruang dan pola penataan kehidupan surgawi, mirip dengan apa yang pernah mereka bangun di dunia, apakah Bait Allah, Kerajaan Allah, Madinah Al-Munawarah, ataupun tatanan yang pernah dibangun oleh nabi-nabi yang lain.

Namun demikian, surga atau jannah di akhirat lebih sempurna dari apa yang pernah diwujudkan para nabi atau rasul-rasul di dunia setelah Adam. Yakni, sebuah tatanan kehidupan yang benar-benar seimbang dalam semua aspeknya. Dan, di akhirat, setan dari bangsa jin ataupun manusia-manusia jahat perusak keseimbangan, semuanya telah diisolir di dalam neraka, tak bisa lagi membuat kerusakan di bumi selama-lamanya.

Sekian dan terima kasih, salam seimbang Indonesia_Nusantara.

*****
Kota Malang, Desember di hari kedua puluh satu, Dua Ribu Dua Puluh Dua.

Ikuti tulisan menarik sucahyo adi swasono lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB