Ada banyak hal mungkin atau tidak mungkin. Misal, telur bisa berdiri atau ayam bisa terbang. Teori (?) banyak. Tergantung kebutuhan personal maupun kelompok. Mau mempelajari apa, bagaimana, mau kemana. Mimpi selangit juga boleh, kok.
Seumpama mau melukis di atas kanvas, beli kanvas berikut kebutuhan material penunjangnya. Mau bikin kanvas sendiri untuk melukis, bisa, belajar lewat buku tentang itu, atau berselancarlah di jalur maya. Mau motret dengan kamera telepon seluler, sila cari objek tertepat sesuai kebutuhan kekuatan tekno penunjang di kamera tersebut.
Lantas. kapan memulai kegiatan kreatif? Ya, mulailah sekarang.
Semisal, mau belajar jadi penulis, menulislah sekarang. Penyuka cerpen menulislah cerpen sebanyak-banyaknya sekarang.
Enggak punya ide, mulailah dari satu kata atau satu kalimat paling diingat. Mau menulis puisi, esai, novel, hobi tulis menulis apa saja. Menulislah, jangan menunda. Lakukan, sekarang. Mulailah dari pustaka tersimpan di kepala.
Wah, masih kurang banyak. Bisa baca, nonton, jalan.jalan sore, nangkring di angkringan, rekreasi bersama keluarga, bikin grup diskusi cerah.ceria ringan-ringan saja, banyak banget cara memantik pikiran kreatif, mudah, murah. Apapun, kegiatan kreatif di luar kegiatan formal, atur waktu saja, tak saling tabrakan.
Mahasiswa, pelajar, berbagai profesi, setelah tugas formal usai langsung gaspol, kegiatan hobi kreatif. Tentu saja, setelah menjalankan kewajiban sebagaimana mestinya.
Punya laptop, misalnya, dilarang nganggur. Tidak punya alat bantu untuk menulis, datanglah pada sahabat, mohon ijin numpang ngetik sebentar. Manfaatkan telepon seluler untuk mengetik, pelahan tapi pasti.
Seumpama lagi punya kamera foto, dilarang nganggur. Potret apa saja sebanyak-banyaknya dari berbagai sudut selera.
Hobi motret pedagang kaki lima. Wuss! Klick! Teori menyusul oke juga. Asyik membaca, eh lupa, enggak motret.motret. Klick! Balik ke teori, seterusnya. Jalan pintas sederhana menjadi orang kreatif di segala hobi.
Seumpama lagi. Belajar jadi politikus ataupun jurnalis bermanfaat untuk publik. Pelajarannya ada di publik, belajar secara formal maupun nonformal. Kira-kira gitu deh. Apapun pilihan kreatif sesuai selera. Sila. Hanya ada kata. Mulailah sekarang.
Semakin banyak mengikuti ajang kompetisi/lomba tingkat Nasional maupun Internasional, hingga tingkat edukasi sederajat dimanapun untuk Mahasiswa/Pelajar Pancasila, semakin baik. Di sana memetik pelajaran kemenangan, juga kekalahan. Jangan takut salah atau kalah, itu, awal mula sebuah pelajaran.
Kalau enggak salah ada pepatah lama deh, belajar dari kekalahan. Ditambah ya. Di balik kekalahan ada pelajaran kemenangan, atau pula, di balik kesalahan ada pelajaran kebenaran.
Salah ataupun kalah. Bangkit. Kembali pada hakikat belajar tanpa henti. Sekalipun tengah terpuruk di titik.nadir. Sederhana. Hanya ada dua kata, 'Mau' atau 'Tidak Mau'.
Ada kalimat menarik, amat sederhana milik, Pusat Prestasi Nasional-Puspresnas Kemendikbudristek: JUJUR ITU JUARA.
Tafakur. Makrifat. Mufakat. Iman Ilahi, ada, pada diri setiap makhluk ciptaan-Nya. Mencoba berbagi, estafet, sebagaimana waktu alami memberi pelajaran gratis.
Ibu natural, banyak memberi setiap hari di sekitar hidup sehari-hari. Salam baik saudaraku.
***
Jakarta Indonesiana, Desember 28, 2022.
Foto: Dokumentasi Puspresnas Kemendikbudristek.
Ikuti tulisan menarik Taufan S. Chandranegara lainnya di sini.
